27.9 C
Jakarta
Array

Internalisasi Pancasila Sebagai Benteng Radikalisme

Artikel Trending

Internalisasi Pancasila Sebagai Benteng Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Indonesia merupakan negara demokrasi yang penuh dengan keberagaman, berbagai budaya, agama, dan suku mewarnai bangsa ini. Namun kesadaran akan pentingnya menghormati perbedaan masyarakat masih sangat kurang. Hal ini tidak menutup kemungkinan adanya aliran ekstrim yang timbul di masyarakat. Ditambah lagi dengan munculnya aksi radikal yang mengatasnamakan agama membuat gencar masyarakat sekitar.

Adanya Pancasila yang menjadi ideologi bangsa harus bisa terinternalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat. Karena setiap nilai yang terkandung dalam Pancasila memiliki makna yang luhur. Lain hal Pancasila merupakan landasan untuk menciptakan dan mempertahankan perdamaian di tanah air.

Ketuhanan Yang Maha Esa

Aspek ketuhanan merupakan aspek dasar untuk memupuk moral dalam berbangsa dan beragama. Aksi radikal yang mengatasnamakan agama lebih sering terkait dengan Islam. Padahal Islam sejarahnya merupakan agama yang penuh dengan kasih sayang rasa kemanusiaan dan menjunjung tinggi toleransi. Tentu jika  yang terjadi kali ini adalah terorisme, maka hal itu tidak dibenarkan dari nilai – nilai keislaman yang dibawa Rasulullah SAW.

Nilai – nilai ketuhanan yang dikehendaki Pancasila adalah ketuhanan yang positif yang digali dari nilai–nilai substansi agama-agama yang bersifat membebaskan, menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan. Ketuhanan yang bersifat toleran dapat memberi semangat kegotong rorongan dalam rangka menjunjung tinggi etika sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan penempatan sila ketuhanan di atas sila yang lain, politik negara diharapkan mendapat akar spiritual dan dasar moral yang kuat. Ketuhanan yang maha esa tidak hanya menghormati agama masing–masing melainkan menjadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran keadilan, kebaikan kejujuran dan persaudaraan.

Maka dari itu dalam bermasyarakat harus tetap berpegang pada nilai ketuhanan yang maha esa yang berarti dapat menjadi pondasi moral dan etika, agar keadilan, agar membentengi aliran ekstrem dan perdamaian Indonesia dapat terwujud.

Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab

” Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki–laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa–bangsa dan bersuku–suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. ” ( Qs. Al-Hujurat ; 13 )

Dari ayat diatas telah dijelaskan bahwa kemanusiaan adalah hal yang perlu dalam hidup yang berbangsa. Saling menghargai, menghormati dan menjunjung tinggi toleransi sangat diperlukan dalam menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, karena bila dalam kebhinekaan tidak didasari dengan kemanusiaan maka hal itu akan menjadi timbal balik.

Pancasila juga seharusnya dijadikan sebagai prinsip pemberadaban manusia dan bangsa Indonesia. Masalah–masalah nasional yang menentukan jalannya sejarah bangsa Indonesia sepatutnya dipertanyakan dan direfleksikan dalam kerangka Pancasila, terutama sila kemanusiaan yang adil dan beradab.

Tindakan dan perilaku yang sangat bertentangan dengan sila perikemanusiaan tidak sepatutnya mewarnai kebijakan dan perilaku aparatur negara dalam kehidupan publik. Kekerasan, kemiskinan, ketidakadilan dan kesenjangan hidup merupakan kenyataan yang sungguh bertentangan dengan rasa keadilan dan kemanusiaan, dan oleh karena itu dihapuskan dari perikehidupan bangsa.

Relasi antar manusia harus tetap berpegang pada sila kemanusiaan yang adil dan beradab. Untuk menghindari aksi radikal yang tidak mempertimbangkan sisi kemanusiaan.

Persatuan Indonesia

Prinsip ketiga Pancasila meletakkan dasar kebangsaan sebagai simpul persatuan Indonesia, suatu konsepsi kebangsaan yang mengimplementasikan persatuan dalam keragaman, yang tertera pada semboyan negara, yakni bhineka tunggal ika.

Alhasil Indonesia merupakan sebuah bangunan dengan beribu kaki di bawahnya, jika salah satu ada yang menghancurkan kaki-kaki itu maka secara perlahan maka akan hancur. Perlunya pemahaman akan persatuan agar tidak menghancurkan Negara Kesatua Republik Indonesia ini masih tetap bisa berdiri kukuh di era perubahan zaman ini.

Jika keberagaman terbinkai dalam rasa menghormati dan toleransi maka persatuan akan terwujud. Dengan begitu aksi–aksi radikal tidak terjumpai lagi

Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan

Dalam sila ke empat ini merupakan representasi dari prinsip demokrasi dan kerakyatan. Sila ini sangat relevan bagi Indonesia yang merupakan negara demokrasi. Kembali pada sikap saling menghargai dan toleransi agar demokrasi yang harmonis terwujud.

Namun bakan dirasa percuma jika perwakilan dari rakyat masih menjadi paradoks terhadap prinsip demokrasi. Alhasil sila ini tidak bisa dipercaya oleh masyarakat sehingga timbul sikap ekstrim di masyarakat.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Dalam sila ini keadilan secara kolektif diperlukan dalam membentengi aliran radikal. Adil dalam sila imi tidak hanya pemimpin rakyat terhadap rakyatnya, melainkan juga pada masyarakat sendiri. Kesadaran terhadap sikap proposional dalam bermasyarakat agar saling memahami satu sama lain. Maka perdamaian di Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat terwujud.

Semua kembali pada kesadaran diri sendiri dalam mengharagai perbedaan di bangsa ini. Karena tidak semata–mata yang dianggap benar tidak selalu benar begitu juga sebaliknya. Indonesia akan memiliki nilai lebih atas perbedaan jika antar masyarakat dapat saling menghormati.

*Achmad Aulinsya Rival Anam, Mahasiswa Progam Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru