34 C
Jakarta
Array

Inisiatif Penghentian Kekerasan

Artikel Trending

Inisiatif Penghentian Kekerasan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Membangun merupakan hal yang sulit dan merusak adalah perkara yang sangat mudah. Memasukkan orang ke dalam penjara adalah mudah dan mengeluarkan mereka darinya adalah hal yang sangat sulit. Itulah hal terpenting yang saya pelajari ketika bertahun-tahun mendekam di penjara.

Saya selalu tekankan kepada saudaraku semua, seorang perwira polisi atau sipir penjara dapat dengan mudah memasukkanmu ke dalam penjara, akan tetapi untuk mengeluarkanmu, diperlukan persetujuan dari birokrasi yang panjang bahkan sampai ke tingkat menteri.

Almarhum Irjen Polisi (Purn.) Ahmad Ra`fat adalah sosok perwira tinggi kepolisian Mesir yang berhasil meyakinkan seluruh perwira, sipir dan kepala kepolisian di berbagai daerah untuk berbuat baik kepada seluruh tahanan. Dari hasil kerja kerasnya tersebut, sejak tahun 2001 sampai 2004, ia berhasil menyadarkan seluruh kader dan pimpinan al-Jama’ah al-Islamiyyah (JI) Mesir untuk kembali ke jalan yang benar dengan Inisiatif anti kekerasan yang digagasnya.

Selama 2001 sampai 2004 tersebut, penjara-penjara di Mesir adalah penjara terbaik di negara-negara Arab, di mana hubungan para tahanan dengan para perwira dan para sipir berjalan harmonis, bahkan beberapa tahanan khususnya kader dan pimpinan al-Jama’ah al-Islamiyyah, dapat melanjutkan jenjang pendidikan hingga tingkat magister dan doktoral.
Seluruh kader dan pimpinan gerakan Islamis mampu mengubah penjara menjadi lembah yang penuh pepohonan, bunga, buah-buahan. Mereka dapat memasak sendiri dan dapat berolah raga serta diberikan fasilitas seperti kursus permesinan. Mereka juga dapat belajar fikih agama dengan benar.

Saat itu, para sipir mendapatkan perintah untuk memberikan kesempatan bagi para keluarga untuk mengunjungi anggota keluarganya dari kalangan kader dan pimpinan gerakan Islamis, secara lebih leluasa, walaupun sebenarnya hal itu bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. Bahkan, seluruh aturan dan perundangan terkait penjara tidak pernah diubah sampai saat ini.

Hidup ini mengajariku bahwa perbuatan buruk selalu cepat hilang seperti terhembus angin, dan perkara kebaikan selalu dikenang selama ribuan tahun. Seperti realitas kehidupan yang diajarkan oleh Mantan Mursyid Am al-Ikhwan al-Muslimun, almarhum Sheikh Omar at-Tilmisani, “Wahai para kaderku, aku tidak menginginkan kalian masuk penjara.”

Saya teringat kehidupanku dulu yang berusaha menjerumuskan para kader ke dalam penjara. Saya tekankan bahwa mereka, kalangan gerakan Islam yang mengajak demonstrasi atau rapat-rapat umum, sebenarnya tidak pernah merasakan sabar hidup dalam penjara dan bahkan mereka sebenarnya takut menghadapi kematian.

Ketika saya memasuki penjara untuk menyadarkan para pemuda, saya dapat melihat dan merasakan perasaan seorang pemuda yang sudah tidak sabar mendekam di dalam penjara selama sebulan saja. Saya mengingat perasaan saya ketika mendekam seperempat abad di dalam penjara yang memberikan kecamuk kejiwaan, dan saya akhirnya sadar alangkah lebih baiknya jika masa muda para pemuda yang terseret ke dalam penjara karena saya, digunakan untuk belajar. Dan sekarang saya merasakan sulitnya mengobati penyakit kedengkian atas kekuasaan yang dilampiaskan dengan provokasi dan aksi perusakan yang berujung jeruji penjara.

Di usia senja ini, saya menemukan hikmah bahwa seorang pemimpin yang paling gagal adalah yang mengakibatkan ratusan kader dan anggotanya mendekam di dalam penjara, akibat kalimat provokatif yang diucapkan dengan sangat bersemangat, seperti pidato tokoh-tokoh kiri dan Nasseris di tahun 1960-an atau bahkan karena keputusan yang diambil tidak dimusyawarahkan atau dipelajari, sehingga kata-kata instruksi yang disampaikan, diartikan seperti perang sungguhan di medan pertempuran.

Saya hanya mengingatkan bahwa sebuah penjara itu terkunci dengan gembok besar yang di dalamnya tidak memberikan belas kasih, baik bagi penghuninya atau mereka yang dicari untuk dimasukkan ke dalamnya.

Saya tegaskan sekali lagi kepada pemimpin-pemimpin jamaah atau umat yang memiliki hati nurani. Anda, pemimpin jamaah atau organisasi, sungguh-sungguh tidak memiliki belas kasih kepada anak-anak dan kader-kader Anda, jika melibatkan mereka dalam kedengkian, provokasi, peperangan dan konflik berkepanjangan yang tidak diketahui ujungnya. Hentikanlah aliran sungai provokasi itu dan selesaikanlah perbedaan dengan bijaksana dan konstitusional. Andai Anda tak mampu menghentikan aliran sungai provokasi itu, maka kelak, sungai itu akan menjadi nahr dzikrayat (sungai kenangan) yang pahit dalam kehidupan Anda di masa yang akan datang dan Anda akan dikenang sebagai pemimpin yang gagal karena Anda telah banyak mengorbankan kader Anda.

*Mujahidin Nur*, Analis Islam dan Timur Tengah

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru