29.7 C
Jakarta

Inilah Perintah Cinta Versi Ushul Fikih yang Wajib Anda Ketahui

Artikel Trending

Asas-asas IslamFikih IslamInilah Perintah Cinta Versi Ushul Fikih yang Wajib Anda Ketahui
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Belakangan ini banyak ditemukan hadis-hadis yang berkaitan dengan perintah nabi untuk mencintai habaib (keturunan Nabi Muhammad saw.). Hadis ini ditampilkan ditampilkan oleh golongan yang pro kepada salah satu habib yang baru saja pulang ke Indonesia. Di antara hadis itu adalah yang dinukil oleh Ibn Rajab dalam kitabnya, Fath al-Bary li Ibn Rajab, juz 1, hlm. 65

أَحِبُّوْا اللّه لِمَا يَغُدُّوْكُمْ بِهِ مِنْ نِعَمِهِ وَأُحِبُّوْنِي لِحُبِّ اللّه وَأُحِبُّوْا أَهْلِ بَيْتِيْ لِحُبِّيْ

“hendaknya kalian mencintai Allah swt. karena Dia telah memberi kalian nikmat, dan cintailah aku lantaran kalian mencintai Nya, dan cintailah keluargaku lantaran kalian mencintaiku” (HR. Tirmidzi).

Namun kiranya, apa yang telah dituliskan untuk merekam ajaran nabi tidak sepenuhnya mewakili apa yang diinginkan oleh nabi, sebagaimana tulisan tidak bisa memuat sepenuhnya kondisi, dan ekspresi orang yang menulis. Untuk itu dibuatlah metode untuk mengetahui maksud dari nabi khususnya pada hadis di atas.

Mengenai penjelasan metode untuk memahami semisal hadist tersebut, Abd Wahab Khalaf dalam kitabnya, Ilm Ushul al-Fiqh, menyebutkan bahwa umat Islam dikenai hukum wajib, sunnah, dan seterusnya, dengan catatan hukum tersebut tidak berkaitan dengan aspek emosional.

Contoh yang digunakan dalam pembahasan ini adalah sabda nabi “La Taghdlab” (jangan marah). Dengan hadis ini sejatinya nabi tidak tertentu melarang umat Islam untuk marah, karena marah merupakan sifat thabi’iyah (naluri) yang pasti ada dalam diri manusia. Perihal yang sebenarnya dilarang adalah ejewantahan dari sifat tersebut berupa mencaci, mengumpat, memukul, dan sebagainya.

BACA JUGA  Begini Hukum Wanita I'tikaf di Masjid pada Malam Lailatul Qadar

Satu lagi, Abd Wahab Khalaf pada (Ilm Ushul Al-Fiqh, hlm.116) memberikan contoh kutipan makna hadis yang sangat mirip dengan hadis di awal

اَحِبُّوْا اللّهَََ لِمَا اَسْدَى عَلَيْكُمْ عَلَى نِعَمِهِ

“hendakya kalian mencintai Allah swt. lantaran Dia telah memenuhi nikmat kallian”.

Pada hadis tersebut, secara tekstual dipahami bahwa nabi menyuruh kita mencintai Allah swt., namun sejatinya nabi mentaklif umat Islam untuk senantiasa merenung dan mengingat dengan berdzikir, bersyukur kepada Allah swt.. Bagaimana tidak demikian, dari penjelasan ini didapatkan pemahaman bahwa, hanya mengatakan cinta kepada Allah tanpa disetai taat kepada-Nya adalah sebuah omong kosong.

Berdasarkan metode yang disampaikan oleh Abd Wahab Khalaf ini, hadis yang disinggung di awal -tentang perintah nabi untuk mencintai Habaib (keluarga nabi)- sekalipun secara tekstual nabi menyuruh mencintai Allah swt., Nabi Muhammad saw., dan keluarga nabi, tapi sejatinya yang diperintahkan adalah perilaku yang terlahir dari mencinta ketiganya, berupa taat dalam melakukan perintah sekaligus menjauhi larangan Allah dan utusan-Nya, bukan fanatik, kemudian mengabaikan ajaran-ajaran pokok Islam, berupa al-Hurriyyah (kebebasan), al-‘Adalah (keadilan), al-Musawa (kesama-rataan).

Ahmad Azaim, Mahasantri Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru