29.7 C
Jakarta

Inilah Makna Kadrun yang Tidak Banyak Diketahui Orang

Artikel Trending

Asas-asas IslamTafsirInilah Makna Kadrun yang Tidak Banyak Diketahui Orang
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kehidupan selalu berkembang, kehidupan selalu berubah mengikuti zamannya. Perubahan-perubahan dalam bidang apapun tidak terelakkan lagi dengan pesatnya kemajuan. Bahkan bahasa dan agamapun tidak pernah bisa melepaskan diri dari perubahan. Salah satu wujud dari perkembangan dan perubahan bahasa adalah munculnya istilah kadrun di tengah kehidupan bermasyarakat kita. Tentu, munculnya istilah kadrun ini akan bisa menimbulkan berbagai macam pemaknaan dan penafsiran.

Memang muncul perdebatan di media sosial kita mengenai tafsir dari istilah kadrun. Ada yang berpendapat bahwa kadrun itu merupakan akronim dari kata “kadal” dan “gurun”. Tentu dalam kajian bahasa, kata kadrun bisa bermakna denotasi maupun konotasi. Bermakna denotasi apabila pemaknaan kadrun ini mengacu kepada sebuah hewan reptil yang hidup di gurun. Sedangkan bermakna konotasi apabila pemaknaan kadrun ini menjadi sebuah sindiran dan sebuah label untuk kelompok tertentu.

Tafsir Kadrun dan PKI

Dalam penggunaannya, istilah kadrun cenderung kepada makna konotasi. Yaitu sindiran yang ditujukan kepada kelompok-kelompok yang mabuk agama, bergaya khas Arab dengan sering memakai jubah, menyerukan gerakan syariatisasi kehidupan, suka melakukan tindak kekerasan dan sering menjadi oposisi pemerintah.

Tentu penyematan kadrun kepada kelompok tersebut dilakukan oleh kelompok yang pro pemerintah. Baginya, kelompok kadrun ini sering kali menggunakan isu-isu sektarian, dan sering memanfaatkan agama -khusunya Islam- untuk melakukan propaganda dan penyerangan terhadap pemerintah.

Namun bagi oposisi, makna kadrun bukan seperti yang dibicarakan kubu pro pemerintah. Baginya, kadrun adalah sebuah istilah yang dimunculkan oleh simpatisan PKI untuk menyerang dan mengkriminalisasi ulama. Karena PKI itu ateis dan memusuhi ulama oleh karennya PKI berusaha menghancurkan para Ulama.

Namun ada lagi yang mengatakan bahwa kadrun itu berasal dari bahasa Arab, yang asal katanya adalah “kadara” yang bermakna kotor. Jadi kelompok-kelompok yang berpikiran kotor, suka menebar hoak dan memecah belah persatuan bangsa, bertindak intoleran, tertutup bisa dimasukan kedalam golongan kadrun.

Terlepas dari perdebatan pemaknaan istilah Kadrun antar kubu yang pro dan oposisi pemerintah. Menurut peneliti LIPI, Asvi Warman Adam, munculnya istilah kadrun baru muncul setelah pilkada DKI 2012 hingga pilpres 2019. istilah ini muncul setelah populernya istilah cebong dan kampret. Istilah kadrun belum muncul pada zama PKI 1965. Menurutnya, istilah seperti kadrun, cebong dan kampret bersifat memecah belah dan tidak sehat. Istilah ini digunakan untuk mengelompokkan kawan dan lawan yang berkelanjutan.

BACA JUGA  Tafsir Ayat Perang: Melihat Konteks Qs. al-Taubah [9]: 29 dalam Tafsir Buya Hamka

Kadrun, Pengdangkalan Agama Dan Radikalisme

Makna kadrun dalam penggunaannya memang sering disematkan kepada kelompok yang mabuk dan berjubah agama, yang menghalalkan tindakannya -termasuk tindak kekerasan- dengan dengan balutan agama.

Kelompok kadrun ini memaknai terma agama hanya sesuai dengan keinginan-keinginan mereka saja. Seperti penggunaan terma kafir dan jihad. Kelompok kadrun ini seringkali menggunakan terma  jihad dalam konteks peperangan saja. Sehingga dengan menggunakan slogan jihad, mereka menentang pemerintah yang sah, mendiskretsikan kelompok yang berseberangan, dan melakukan kekerasan dengan tindakan agama.

Gusdur sendiri pada tahun 2002 pernah menuliskan sesuatu kelompok yang cirinya mirip dengan kolompok kadrun. Tentu saat menulis, kata kadrun ini belum muncul. Bagi Gusdur orang-orang yang sering mengenakan jubah dan mabuk dengan istilah Arab seperti penggunaan kata “ana” untuk sebutan saya, dan “antum” untuk penyebutan kamu adalah orang-orang yang berorientasi Arabisme. Orang ini berusaha mengimpor segala yang berbau Arab ke Indonesia tanpa disertai dengan penyesuaian dengan budaya Indonesia.

Karena terbiasa memaknai paham agama secara dangkal. Seperti memaknai jihad dengan perang, orang kafir wajib diperangi, wajib menegakkan syariat dalam segala bidang. Dan memaknai dengan sederhana ayat Al-Quran “Asyidda a’la al-kuffar ruhama baynahum” bersikap keras terhadap orang kafir dan bersikap lembut terhadap sesama muslim. Akhirnya kelompok kadrun ini cenderung tertutup, intoleran, dan bahkan sering melakukan kekerasan terhadap liyan.

Tindak kekerasan yang dilakukan oleh sebagian kadrun atau sebagian orang Islam adalah bukti telah terjadinya pendangkalan pemahaman agama secara hebat. kekerasan dengan balutan agama, yang dilakukan oleh siapapun dan dimanapun adalah tindakan radikalisme. Karena bagaimana mungkin melakukan kekerasan padahal dengan jelas tidak ada doktrin dalam agama yang melegalkan tindak kekerasan.

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru