Harakatuna.com. Jakarta – Di situasi dunia yang penuh dengan ketidakpastian baik dari segi ekonomi dan politik, muncul sebuah pertunjukan baru yaitu merebaknya ekstremis sayap kanan. Mayoritas para ekstremis menjunjung tinggi supremasi kulit putih dan tidak melakukan kekerasan bagi pihak yang tidak sesuai dengan pandangannya.
Pada awal Oktober 2020, FBI telah menerima bahwa kelompok sayap kanan di Amerika Serikat yang menjadi bibit-bibit terorisme baru. Upaya mereka untuk menculik Gubernur Michigan menjadi tindakan wujud teror yang mereka lakukan.
FBI penilaian bahwa tujuan para ekstremis sayap kanan ini adalah untuk menciptakan dampak sosial yang besar. Mereka berupaya memengaruhi kebijakan pemerintah dengan membawa sejumlah kepentingan. Mayoritas para penganut ekstrem sayap kanan membawa sentimen rasisme, anti Islam, anti LGBT dan supremasi kulit putih.
Dewan Keamanan PBB mencatat peningkatan signifikan terhadap angka teror dari sayap kanan yang mencapai 320 persen secara global dalam kurun waktu 5 tahun, akibatnya fenomena ini menjadi isu global.
Fenomena gelombang baru terorisme. David C. Rapoport melalui bukunya ‘The Four Waves of Rebel Terror’ dan 11 September ‘sampai saat ini bahwa gelombang terorisme baru terdapat empat gelombang. Pertama, “Anarchist Wave” pada tahun 1880 cara upaya Narodnaya Volya di Rusia untuk menggulingkan pemimpinnya. Kedua, yaitu tahun 1920 dengan kelompok anti kolonialisme pada Perang Dunia I. Ketiga, pada tahun 1960, yaitu dikenal dengan nama New Left Wave. Sebuah kelompok yang anti terhadap penindasan negara-negara barat. Gelombang ini memperhitungkan dengan memperhitungkan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Terakhir adalah pada tahun 1990, timbangan dengan kelompok gelombang kelompok radikal mengatasnamakan agama. Munculnya kelompok teroris Al-Qaeda menjadi pertanda gelombang keempat yaitu eksistensi kelompok agama.
Menurut Sean Spence, Mahasiswa Doktoral Manajemen Risiko Keamanan University of Portmouth, geliat teror yang semakin gencar oleh kelompok sayap kanan, menandakan adanya gelombang kelima, yaitu teror baru yang beraliran sayap kanan. Kelompok ini didominasi orang kulit putih yang beraliran ekstrem.