32.1 C
Jakarta
spot_img

Indeks Kota Toleran; Refleksi Intoleransi yang Kian Mengancam

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuIndeks Kota Toleran; Refleksi Intoleransi yang Kian Mengancam
image_pdfDownload PDF
Judul: Indeks Kota Toleran 2023, Penulis: Ikhsan Yosarie, dkk., Penerbit: Setara Institute, Tahun Terbit: 2024, Jumlah Halaman: 52 halaman, Bagis Syarof, S.H.

Harakatuna.com – Ingar-bingar intoleransi, ekstremis, radikalis, dalam satu tahun terakhir ini tidak begitu mencuat ke permukaan. Namun sebagai bangsa yang besar, hal tersebut tidak boleh mendiskresikan kewaspadaan kita atas ancaman tersebut. Pasalnya, kalau kita lengah untuk mencegah hal yang mengancam kesatuan bangsa tersebut, bukan tidak mungkin kemunculannya akan menimbulkan efek yang sangat besar, bahkan bisa menimbulkan perpecahan yang begitu besar.

Meskipun bangsa kita sedang sibuk memperbaiki diri karena banyaknya pengangguran, lapangan kerja berkurang, korupsi yang kian membludak, banyak kebijakan yang dikritik, pengkritik dibilang ‘nyinyir’, bahkan sampai ada tagar #kaburajadulu karena sebagian orang sudah capai dengan keadaan negeri ini yang semakin memburuk, kita tidak boleh lupa bahwa ancaman intoleransi sangat bebahaya dan dapat membuat bangsa ini semakin buruk ke depan.

Buku yang diterbitkan oleh Setara Institute ini adalah sebuah penelitian yang melihat berbagai daerah yang mempunyai indeks toleransi yang begitu tinggi. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi pantuman pemerintah pusat atau daerah, masyarakat, dan berbagai institusi yang bergerak di bidang penjagaan terhadap toleransi dan keharmonisan sosial di tengah situasi politik yang sedang berkecamuk.

Karya tulis ilmiah ini dirangkai dengan riset empiris oleh beberapa penulis, Ikhsan Yosarie dkk., untuk melihat indikator seberapa toleran sebuah kota dalam social aspect dan kebijakan pemerintah. Indikator utama yang dilaksanakan dalam riset ini teridir dari regulasi pemerintah daerah, kebijakan yang mensuport pluralisme, dan aksi nyata dalam menjaga keberagaman serta pensorotan terhadap kejadian intoleransi yang insidental.

Hasil dari penelitian ini mencatat beberapa kota yang mempunyai tingkat toleransi paling tinggi dan tingkat toleransi yang paling rendah. Adapun kota/kabupaten yang paling tinggi adalah Singkawang, Bekasi, Salatiga, Manado, Semarang, Magelang, Kediri, Sukabumi, Kupang dan Surakarta. Dan kota/kabupaten yang paling rendah adalah Depok, Cilegon, Banda Aceh, Padang, Lhokseumawe, Mataram, Pekanbaru, Palembang, dan Bandar Lampung.

Studi yang diambil dalam buku ini, membuka cara beberapa kota yang berhasil meningkatkan indeks toleransi di daerahnya, dengan mengeluarkan kebijakan yang inklusif, seperti penyediaan rauang publik bagi komunitas keagamaan, penerapan pendidikan toleransi, dan program sosial yang ditujukan untuk meredam konflik berbasis, agama, suku, ras, dan lainnya.

BACA JUGA  Cerdas Memilih Ulama, Model Pencari Sampah atau Penggali Emas?

Data-data hasil penelitian dalam buku ini diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam memberikan pandangan bagi masyarkat secara objektif, tentang kondisi toleransi di Indonesia. Dengan pendekatan kuantitatif, pembaca dapat melihat dan memahami keadaan sosial di masyarakat di berbagai kota secara lebih terstuktur, dan terukur.

Namun menjadi kelemahan dalam penelitian ini adalah kurangnya pendekatan secara kualitatif, yang dapat mendengarkan pendapat dari masyarakat, bagaimana keseharian mereka, bagaimana pengalaman mereka terhadap isu intoleransi atau toleransi. Buku ini hanya fokus menekankan di angka-angka secara kuantitatif. Dan penjangkauan penelitian ini masih terbatas di kota-kota, dan tidak mencakup ke desa-desa terpencil, yang bisa saja angkat intoleransi atau toleransinya tinggi, bahkan lebih tinggi dari perkotaan.

Penerbitan buku Indeks Kota Toleran 2023 ini sangat relevan untuk dibaca oleh berbagai kalangan masyarakat, akademisi, aktivis toleransi, pembuat kebijakan, dan siapa saja yang ingin tahu lebih mendalam tentang isu-isu toleransi. Dengan adanya buku ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya toleransi dan menjaganya secara kontinu.

Dan Buku ini juga dapat meningkatkan kewaspadaan kita terhadap intoleransi yang senantiasa akan ada di masyarakat. Karena meskipun tidak tampak ke permukaan, penggerak intoleransi pasti punya strategi lain, untuk menyebarkan intoleransi. Maka dalam hal ini kewaspadaan kita semua menjadi sangat penting untuk selalu dilaksanakan. Buku ini dapat menjadi rujukan yang penting dalam kajian-kajian tentang toleransi dan keberagaman agama, suku, ras dan lainnya.

Meski demikian, buku ini masih memiliki ketebatasan dalam pendekatan metodologi ilmiahnya. Dengan data-data yang sudah disajikan buku ini diharapkan dapat menyadar berbagai pihak, termasuk para stakeholder agar kebijakan-kebijakan yang dibuat dapat meningkatkan indeks toleransi di masyarakat Indonesia secara menyeluruh, dan menurunkan bahkan meniadakan indeks intoleransi yang kian mengancam kesatuan negara-bangsa.

Bagis Syarof, S.H
Bagis Syarof, S.H
Alumni Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru