29 C
Jakarta
spot_img

Ibu Kota Nusantara: Dari Jawa-Sentris Menuju Indonesia-Sentris

Artikel Trending

Milenial IslamIbu Kota Nusantara: Dari Jawa-Sentris Menuju Indonesia-Sentris
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Pernah mendengar kalimat ‘Jawa adalah kunci’? Tentu kalimat tersebut sangat familiar di kalangan masyarakat dalam berbagai aspek, mulai dari hierarki sosial sampai kontestasi politik, Jawa kerap dinomorsatukan daripada yang lainnya. Orang menyebutnya sebagai ‘Jawa-sentris’, suatu predikat yang bagi satu kalangan merupakan lambang superioritas, namun bagi kalangan lainnya dianggap biang diskriminasi. Mengapa demikian?

Isu Jawa-sentris, perlu digarisbawahi, telah menjadi perdebatan panjang dalam konteks pembangunan dan kebijakan di Indonesia. Istilah tersebut mengacu pada kecenderungan kebijakan nasional yang dianggap lebih menguntungkan atau terfokus pada Jawa, khususnya Jawa bagian barat, dibanding wilayah lain di Indonesia. Kritik dari luar Jawa berdatangan karena merasa termarjinalkan secara sosial, politik, dan ekonomi-pembangunan.

Bagi mereka, Indonesia sebagai negara archipelago, seharusnya menjadi dasar bagi pembangunan inklusif. Namun, kenyataannya, Jakarta dan sekitarnya kerap menjadi pusat perhatian dalam perencanaan dan pelaksanaan kebijakan nasional. Hal tersebut menyebabkan ketimpangan mencolok antara Jawa dan luar Jawa, yang pada gilirannya memengaruhi kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Tentu, kritik terhadap Jawa-sentris bukan hanya mengenai ketimpangan pembangunan, melainkan juga tentang representasi politik dan pengambilan keputusan. Banyak pihak meyakini, keputusan-keputusan penting yang memengaruhi seluruh negeri sering kali diambil tanpa mempertimbangkan kepentingan dan kebutuhan spesifik daerah lain, sehingga tak jarang memantik perasaan teralienasi oleh sistem.

Di situlah, Ibu Kota Nusantara (IKN) menemukan perannya. Isu-isu tentang Jawa-sentris mesti disudahi tidak saja untuk mengantisipasi konflik horizontal di masa-masa yang akan datang, tetapi juga meratakan pembangunan demi kemajuan Indonesia itu sendiri. Alih-alih Jawa-sentris, negara ini wajib Indonesia-sentris. Transformasi ke arah tersebut kemudian menemukan momentum aktual, yaitu melalui IKN.

Ihwal Urgensi Indonesia-Sentris

Urgensitas Indonesia-sentris menjadi semakin jelas untuk menciptakan kesetaraan dan keadilan sosial di seluruh negeri. Indonesia-sentris artinya memberikan perhatian seimbang kepada semua daerah, dengan memahami bahwa setiap wilayah memiliki potensi dan tantangan yang diperhatikan secara merata. Tentu saja hal itu tidak hanya soal pemerataan pembangunan, tetapi juga integrasi sosial dan kohesi nasional.

Indonesia-sentris juga mencakup upaya untuk memperkuat identitas nasional yang inklusif. Pluralitas mesti diakui dan dihargai sebagai aset, bukan sebagai penghalang. Dengan demikian, pemerintah wajib lebih serius mendengarkan aspirasi berbagai daerah untuk memastikan bahwa kebijakan nasional dirancang dan diimplementasikan dengan mempertimbangkan lokal yang majemuk.

Seluruh elemen masyarakat harus sadar, Indonesia yang beragam merupakan kekuatan sekaligus kelemahan. Indonesia-sentris akan mendesain negara yang kaya akan budaya dan sumber daya ini siap bersaing di panggung internasional. Dalam konteks itu, meninggalkan pola pikir Jawa-sentris yang kontras dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika adalah hal yang niscaya. Lantas, bagaimana keragaman tersebut menjadi kelemahan?

Jawabannya, jika Jawa-sentris tidak segera dibenahi. Bukan mustahil, separatisme akan menghantui di masa-masa yang akan datang, karena mereka yang teralienasi secara sosial-politik dan ekonomi akan rentan menuju polarisasi. Urgensitas ‘Indonesia-sentris’ berusaha menghalau kemungkinan-kemungkinan buruk tersebut, dan IKN merupakan solusi yang mesti didukung bersama. Jawa-sentris itu, masanya, sudah selesai.

BACA JUGA  Tahun Baru 2025: Apa yang Harus Kita Waspadai Ihwal Radikal-Terorisme di Indonesia?

Masa depan Indonesia tergantung pada kemampuannya untuk merangkul semua bagian dari negara ini secara adil dan merata. Melalui Indonesia-sentris, tidak hanya pembangunan negara saja yang seimbang, tetapi fondasi persatuan dan kesatuan yang notabene inti dari keberadaan bangsa ini juga akan semakin kokoh. Atas semua itu, relevan sekali untuk disimpulkan, bahwa IKN merupakan titik tolak kejayaan Indonesia itu sendiri.

Indonesia-Sentris Melalui IKN

Pembangunan IKN, sekali lagi, yang harus menjadi persepsi bersama masyarakat, adalah langkah strategis pendekatan Indonesia-sentris dalam pembangunan nasional. Dengan memindahkan pusat pemerintahan dari Jakarta ke luar Jawa, megaproyek tersebut tidak sekadar memindahkan lokasi administrasi, tetapi juga meredakan ketimpangan pembangunan yang telah lama terjadi antara Jawa dan luar Jawa.

Sebagaimana maklum, selama beberapa dekade, Jawa, terutama Jakarta, menjadi pusat politik, ekonomi, dan sosial Indonesia. Kondisi membuat daerah-daerah lain tertinggal jauh—untuk tidak mengatakan terisolir. Ketimpangan itu memicu berbagai masalah, mulai dari ketidakadilan sosial hingga urbanisasi yang tidak terkendali, yang berujung pada kemacetan, polusi, dan masalah infrastruktur lainnya.

IKN hadir sebagai solusi mengatasi masalah-masalah tersebut dan mendorong pembangunan yang merata. Transformasi ibu kota adalah simbol komitmen nasional untuk memperkuat Indonesia-sentris, di samping kesempatan untuk mempercepat pembangunan di luar Jawa, mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah lain, dan menciptakan keseimbangan dan pemerataan dalam pembangunan nasional.

Selain itu, IKN dirancang menjadi kota ramah lingkungan, berteknologi tinggi, dan berkelanjutan—tentu saja dalam kerja-kerja yang panjang hingga nanti. Melalui pemanfaatan SDA dan SDM secara optimal, IKN merupakan proyeksi pusat inovasi yang mencerminkan multikulturalisme tanah air. Di sisi lain, IKN dalam konteks Indonesia-sentris juga terletak pada peran strategisnya memperkuat persatuan nasional.

Di situlah ada PR besar yang menunggu kesadaran masyarakat. Keberhasilan IKN sebagai proyek Indonesia-sentris adalah mustahil tanpa dukungan dan partisipasi aktif semua pihak, termasuk masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan sektor swasta. Karena itu semua orang harus paham, IKN bukan proyek infrastruktur belaka. Ia adalah langkah menuju transformasi besar dalam pembangunan nasional.

Sejak hari ini, mari bersama mengupayakan, dengan giat yang sungguh, agar IKN menjadi katalisator pembangunan yang Indonesia-sentris dan selaras dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Jadikanlah IKN langkah konkret menuju Indonesia lebih baik: setiap daerah mendapatkan kesempatan setara untuk berkembang dan berkontribusi dalam membangun bangsa besar dan berdaulat, tanah air tercinta: Indonesia.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru