31.7 C
Jakarta

Ibu dan Peran Urgennya Memberantas Radikalisme

Artikel Trending

KhazanahPerempuanIbu dan Peran Urgennya Memberantas Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Wanita adalah penyeimbang dalam kehidupan, ia laksana air yang dapat memadamkan api. Siti Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Nabi Adam memiliki peran besar dalam keberlangsungan hidup Nabi Adam kala itu. Melahirkan putra-putri Nabi Adam, membersamai dan menemani perjuangan Nabi Adam itu yang dilakukan Ibu Hawa.

Perempuan berjalan berdampingan dengan laki-laki untuk mewujudkan sebuah keluarga yang sakinah dan warohmah. Di era yang serba canggih dan modern ini perempuan juga bisa mengisi berbagai jabatan strategis di berbagai lembaga. Namun mereka tetap tahu kewajibannya sebagai seorang ibu.

Di luar rumah mungkin mereka pemimpin, direktur, pejabat, pekerja, dan beberapa profesi lainnya. Tapi setelah sampai di rumah, ia adalah seorang ibu yang penuh kasih sayang. Zikriati (2018) mengungkapkan bahwa wanita adalah figur utama dalam terciptanya sebuah keluarga yang harmonis, hal tersebut dikarenakan kemuliaan dan keselamatan keluarga dimulai dari seorang perempuan.

Mereka memiliki peran ganda yakni sebagai ibu sekaligus sebagai pendidik. Masa depan anak ada ditangan ibunya, bagaimana ia akan mencetak dan mengarahkan anaknya adalah tugas seorang ibu.

Seorang penyair bernama Hafiz Ibrahim menyatakan bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi buah hatinya. Itu adalah sebuah pernyataan yang amat benar, ibu adalah guru pertama bagi anaknya. Ikatan batin antara ibu dan anak terjalin dari dalam kandungan. Setelah anak lahir ibulah yang akan memberikan kasih sayang paling tulus, berbagai hal ibu ajarkan kepada permata jiwanya. Sosok tangguh itu selalu bangun dikala anaknya menangis, menyusui setiap waktu dan mengorbankan waktunya untuk mengurus abang bayi.

Anak adalah kertas putih yang masih sangat suci, ia lahir dan tumbuh dari kasih sayang orang tuanya. Lingkungan yang baik dan nyaman akan mencetak generasi yang baik pula. Anak memiliki sifat imitasi yakni meniru orang-orang disekitarnya. Ini yang membuat orang tua memiliki kewajiban untuk senantiasa berbuat baik. karena perlakuan, perbuatan, dan tindak tanduknya selalu terekam di diri anak. Sebuah pepatah yang mengatakan bahwa “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya” adalah sebuah pepatah yang benar adanya.

Seorang anak tumbuh bercermin pada orang tuanya, maka dari itu pentingnya para orang tua untuk menjadi suri tauladan bagi buah hatinya. Ibu yang baik akan melahirkan generasi yang baik. Dan ibu yang baik tidak akan membiarkan anaknya kekurangan, termasuk salah satunya adalah kekurangan ilmu.

Dalam diri ibu selalu ada jiwa pendidik, dan konsep ibu adalah madrasah ula bagi buah hatinya. Guru pertama yang akan menanamkan banyak hal, mengajari berjalan, berbicara, dan beberapa ilmu dunia maupun akhirat. Ibu memiliki peran krusial dalam tumbuh kembang anaknya.

Ibu; Madrasah Pertama

Tangis haru mengiringi kelahiran sang jabang bayi, saat itu pula ada seorang ibu yang baru saja mempertaruhkan nyawanya demi seorang bayi lahir ke dunia. Ketika ia menangis untuk pertama kalinya beriringan dengan senyum merekah dan tangis bahagia kedua orang tuanya. Kini tugas ayah ibu bertambah ketika Allah telah menitipkan bayi mungil ke kehidupan mereka.

Itu adalah saatnya mereka untuk saling bahu membahu membesarkan buah cintanya dengan saksama. Seorang wanita yang biasanya dimanja oleh orang tuanya, bepergian kesana kemari semaunya, kini harus mengurangi egonya. Merawat sang jabang bayi supaya tumbuh menjadi anak yang berguna bagi nusa, bangsa, agama dan keluarga.

Tugas seorang wanita ketika menjadi ibu menjadi berlipat ganda, mulai dari menemani buah hatinya terjaga di malam hari, memberikan asi hingga mengajarkan nilai kehidupan. Ingatkan siapa yang pertama kali mengajarimu mengeja kata, menemanimu melangkah, memberikan segalanya demi kebahagiaanmu. Ia adalah manusia  paling tulus di muka bumi, namanya adalah ibu. Hal ini yang membuat setiap anak harus senantiasa menghormati, menyayangi dan menjaga ibunya.

Sepatah-dua patah kata terucap hingga kini kamu mampu berbicara lancar. Guru pertama itu adalah seorang ibu. Ia mengenalkan berbagai hal tentang dunia, dari nama hewan, tumbuhan, dan berbagai kosa kata lainnya. Pengetahuan anak di dapat dari orang terdekatnya yakni ibunya, maka dari itu perlunya menjadi seorang wanita yang cerdas.

BACA JUGA  Urgensi Pendidikan Bagi Perempuan dalam Islam

Karena kelak wanita-wanita ini akan melahirkan generasi cerdas dan mumpuni. Apabila ada anak hebat dan cerdas, cobalah untuk melihat pola asuh yang ibunya terapkan. Habit atau kebiasaan seperti apa yang diterapkan seorang ibu akan mempengaruhi pola dan tingkah laku anak.

Menjadi ibu bukan hanya perkara membesarkan anaknya, memberi makan maupun minum. Melainkan bagaimana cara mendidik anak, menanamkan pemahaman agama yang baik, mengenalkan Tuhan dan cara untuk menyembah Tuhan. Hal ini dilakukan untuk bekal mereka ketika dewasa. Seorang anak yang hidup di lingkungan agamis maka akan mencetak anak yang agamis. Begitu Pula sebaliknya anak yang tidak dikenalkan dengan agama dan Tuhan maka ia akan jauh dari itu semua.

Memberantas Radikalisme

Seorang yang telah kenyang tidak akan mencari makanan yang akan membuatnya semakin kenyang. Sama seperti seorang yang telah tahu ilmu agama tidak akan mencari tahu mengenai beberapa aliran yang akan menjerumuskan kedalam jurang radikalisme. Banyak diantara para teroris adalh seorang yang sedang mencari jati diri, mencari Tuhan, mencari tahu kebenaran agama yang sedang ia anut. Apabila ia telah memiliki pondasi yang kuat dalam bidang keagamaan, maka ia tak akan mencari-cari. Aliran-aliran yang condong pada radikalisme.

Dalam hal ini peran ibu menjadi sangat krusial, dimana yang sudah dijelaskan di atas bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anaknya. Maka dari itu ibu memiliki kewajiban untuk mengajarkan dan memahamkan anaknya mengenai ilmu agama. Hal ini yang bisa dijadikan  pegangan ketika dewasa. Saat kuliah, bekerja atau saat anak sudah hidup di perantauan. Ia akan dihadapkan dengan berbagai aliran-aliran yang apabila ia tidak memiliki pondasi yang kuat ia akan terbawa arus.

Aliran-aliran tersebut membawa doktrin kemurnian Islam yang mengacu pada radikalisme. Mereka menyebarkan paham-paham kepada kawula muda yang sedang dalam proses pencarian jati diri untuk bergabung dalam aliran radikalisme.

Menurut Emna Laisa (2014) radikalisme diartikan sebagai paham yang ditandai dengan empat unsur dengan karakteristik sebagai berikut: tidak toleran dan tidak bisa menghargai pendapat maupun keyakinan orang lain, sikap fanatik yang berlebihan dengan menganggap pendapat maupun alirannya yang paling benar dan yang lain salah, memiliki sikap eksklusif dan sangat berbeda dengan kebanyakan orang, memiliki sikap revolusioner menggunakan segala cara termasuk kekerasan untuk mencapai tujuan yang sedang diinginkan.

Seorang yang telah terpapar virus radikalisme akan sangat sulit untuk keluar, maka dari itu untuk mencegahnya. Sebagai seorang ibu hendaknya, pertama, mengajarkan dan menanamkan nilai tauhid atau ketuhanan sejak dini. Kenalkan anak dengan Allah dan berbagai ritual seperti sholat, mengaji dan budaya lainnya.

Kedua, ajarkan anak untuk mengenal toleransi. Para kaum radikal selalu menganggap ia paling benar dan orang lain salah. Ketika anak diajarkan toleransi yakni menghargai perbedaan ketika dewasa ia bisa menyaring. Tidak memakan mentah-mentah doktrin-doktrin radikalisme.

Ketiga, selalu bimbing dan pantau anak. Meskipun mereka telah dewasa, telah mengerti mana yang baik dan buruk. Tugas sebagai orang tua belum usai, selalu pantau dan awasi anak Anda. Berikan perhatian dan jadilah teman bagi anak, supaya mereka bisa terbuka kepada orang tuanya.

Beberapa kasus anak muda yang tergabung dalam gerakan terorisme adalah mereka yang jauh dan adanya jarak dengan orang tua. Maka dari itu selalu awasi gerak-gerik anak, pantau organisasi dan aktivitas yang sedang ia lakukan. Hal ini untuk mengantisipasi bergabungnya anak pada sindikat terorisme.

Keempat, mendoakan akan untuk kebaikan dan keselamatan. Doa dari seorang ibu bagaikan anak panah yang selalu tepat mengenai sasaran. Selipkan selalu doa terbaik untuk kebaikan dan keselamatannya. Doakan supaya anak tidak terjerumus pada lebah hitam terorisme. Menangkal radikalisme yang bisa dilakukan adalah menjaga anggota keluarga kita dari aliran-aliran dan kelompok radikal.

Setiap anggota keluarga harus senantiasa mengingatkan apabila ada salah satu anggota keluarganya yang hendak melenceng dari syariat dan bergabung dengan jaringan terorisme.

Anisa Rachma Agustina
Anisa Rachma Agustina
Mahasiswa Prodi PAI, Penggiat Literasi Pena Aswaja INISNU Temanggung.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru