Harakatuna.com – Puasa merupakan salah satu ibadah yang memiliki kedudukan penting dalam ajaran Islam, yang diwajibkan pada bulan Ramadan dan disunahkan pada waktu-waktu lainnya, seperti puasa Senin-Kamis, puasa Ayyamul Bidh, serta puasa dalam bulan Syakban. Namun, terdapat pertanyaan yang sering muncul mengenai hukum puasa pada akhir bulan Syakban, yaitu menjelang dimulainya bulan Ramadan.
Bulan Syakban adalah bulan yang berada tepat sebelum bulan Ramadan. Dalam tradisi Islam, umat Muslim disunahkan untuk memperbanyak amal ibadah pada bulan ini, termasuk puasa sunnah. Namun, puasa pada akhir bulan Syakban atau beberapa hari terakhir menjelang Ramadan sering menimbulkan perdebatan di kalangan ulama.
Hukum Puasa pada Akhir Bulan Syakban
Puasa pada akhir bulan Syakban sebelum memasuki bulan Ramadan memiliki beberapa pandangan yang berbeda di kalangan ulama, sebagai berikut:
1. Tidak Disunahkan untuk Puasa Terakhir di Syakban Secara Khusus
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa tidak disunahkan untuk berpuasa pada akhir bulan Syakban secara khusus atau khusus puasa hanya pada beberapa hari terakhir bulan tersebut. Rasulullah SAW tidak menganjurkan untuk berpuasa secara berlebihan pada akhir Syakban.
Hal ini berdasarkan beberapa hadits yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW tidak secara rutin berpuasa pada hari-hari terakhir bulan Syakban, dan beliau cenderung untuk tidak berpuasa pada sebagian besar hari terakhir bulan tersebut. Sebagai contoh, hadits dari Aisyah r.a. yang berkata:
“Rasulullah SAW tidak berpuasa pada bulan Syakban lebih banyak daripada bulan-bulan lainnya, kecuali puasa yang beliau lakukan dalam bulan Ramadan dan puasa yang beliau lakukan pada bulan Syakban itu adalah puasa yang beliau lakukan hampir setiap waktu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Puasa yang Dilarang Adalah Puasa Hanya Pada Beberapa Hari Terakhir Syakban
Ada pendapat yang menyatakan bahwa puasa hanya pada beberapa hari terakhir bulan Syakban dilarang karena dikhawatirkan bisa menyelisihi kebiasaan Rasulullah yang tidak berpuasa pada hari-hari tersebut, dan itu bisa menyebabkan umat Muslim bingung dalam menandai awal Ramadan. Hadits dari Abu Hurairah r.a. menjelaskan:
“Janganlah kamu mendahului puasa Ramadan dengan berpuasa pada beberapa hari terakhir dari bulan Syakban, kecuali bagi orang yang biasa berpuasa, maka dia boleh berpuasa.” (HR. Muslim)
Hal ini menunjukkan bahwa berpuasa hanya pada beberapa hari terakhir Syakban tanpa alasan yang sah (misalnya, kebiasaan puasa sunnah) sebaiknya dihindari karena bisa dianggap sebagai tanda meragukan datangnya bulan Ramadan.
3. Diperbolehkan Puasa di Akhir Syakban dengan Niat Puasa Sunnah yang Lain
Walaupun ada larangan khusus untuk berpuasa hanya pada akhir Syakban dengan niat mempersiapkan Ramadan, jika seseorang memiliki kebiasaan berpuasa pada hari-hari tertentu, seperti puasa Senin-Kamis atau puasa sunnah Ayyamul Bidh, maka puasa di akhir bulan Syakban boleh dilakukan asalkan ia mengikuti kebiasaan puasa sunnah tersebut dan tidak dimaksudkan sebagai puasa khusus untuk mengakhiri bulan Syakban.
Hukum puasa pada akhir bulan Syakban dalam pandangan Islam secara umum adalah tidak disunahkan untuk berpuasa secara khusus pada beberapa hari terakhir bulan tersebut. Puasa tersebut bisa menjadi masalah jika dilakukan hanya untuk mempersiapkan Ramadan. Namun, apabila puasa tersebut adalah bagian dari kebiasaan puasa sunnah seperti puasa Senin-Kamis atau Ayyamul Bidh, maka puasa tersebut diperbolehkan.
Oleh: Fahrur Rozi.