27.9 C
Jakarta

Hukum Bekerja di Tempat Hiburan Malam

Artikel Trending

Asas-asas IslamFikih IslamHukum Bekerja di Tempat Hiburan Malam
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. – Sangatlah terasa betapa sulitnya menemukan lapangan usaha untuk sekadar mencukupi kebutuhan rumah tangga. Terutama bagi mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan. Maka ketika ada lowongan usaha, mereka segera berebutan untuk mendapatkannya. Meski, terkadang usaha yang dilakukan berupa kemaksiatan dan hal yang diharamkan, seperti bekerja di tempat hiburan malam. Lantas, bagaimanakah hukum bekerja di tempat hiburan malam?

Dalam literatur kitab klasik, dapat dijumpai beberapa keterangan yang menyatakan bahwa Allah memberikan kebebasan bagi makhluk-nya untuk berkelana mencari rezeki yang telah tersedia di bumi ini, karena memang pada asalnya mencari rezeki hukumnya adalah mubah.

Sebagaimana firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 198 berikut,

لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَبْتَغُواْ فَضْلاً مِّن رَّبِّكُمْ

Artinya : “Tiada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.”

Hal ini juga selaras dengan keterangan kaidah fikih dalam persoalan muamalah berikut,

الأَصْلُ فِى الْأَشْيَاءِ الْإِبَاحَةُ

Artinya : “Segala sesuatu pada dasarnya adalah boleh”

Namun demikian, perlu diperhatikan bagaimana cara mencari rezeki tersebut. Apabila seseorang yang bekerja di tempat hiburan malam, melakukan pekerjaan yang tak sejalan dengan norma agama, maka hukumnya haram. Hal ini karena dia telah membantu dalam perkara kemaksiatan.

Sebagaimana dalam kitab Is’adur rafiq, juz 2, halaman 127 berikut,

ومنها أي من معاصى البدن الاعانة على المعصية أي على معصية من معاصى الله بقول او فعل او غيره ثم ان كانت المعصية كبيرة كانت الاعانة عليها كذالك

BACA JUGA  Bolehkah Driver Ojol Pria Membonceng Perempuan Bukan Mahram?

Artinya : “Termasuk dari  maksiat badan adalah saling membantu atas suatu maksiat dari beberapa maksiat kepada Allah, baik itu dengan ucapan, perbuatan, maupun lainnya. apabila maksiat tersebut termasuk dalam kemaksiatan yang besar, maka hukum membantu juga tergolong maksiat yang besar pula.”

Selain itu, gaji yang didapatkan dari pekerjaan itu juga diharamkan dan tidak boleh disedekahkan kepada orang lain. apabila seseorang menyedahkannya, maka sedekah yang dilakukan dihukumi tidak sah dan tidak diganjar pahala.

Sebagaimana dalam penjelasan kitab Ahkamul Fuqoha berikut,

وفى نفس الكتاب اجرة العمل الذى يتعلق بالمعصية حرام والتصدق به منها لايجوز ولايصح إهـ.

Artinya : “Dalam redaksi kitab upah seseorang dari pekerjaan yang berhubungan dengan perkara maksiat dihukumi haram. Tidak diperbolehkan untuk disedekahkan dan dihukumi tidak sah.”

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa, apabila seseorang yang bekerja di tempat hiburan malam, melakukan pekerjaan yang tak sejalan dengan norma agama, maka hukumnya haram. Hal ini karena dia telah membantu dalam perkara kemaksiatan. Selain itu, gaji yang didapatkan dari pekerjaan juga diharamkan dan tidak boleh disedekahkan kepada orang lain.

Demikian penjelasan mengenai hukum bekerja di tempat hiburan malam. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Zainal Abidin Bondowoso
Zainal Abidin Bondowoso
Intelektual Muda

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru