27.1 C
Jakarta
Array

Hubungan Orientalisme dengan Kolonialisme dalam Studi Kolonialisme di Jawa

Artikel Trending

Hubungan Orientalisme dengan Kolonialisme dalam Studi Kolonialisme di Jawa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kajian Orientalisme yang teramat kompleks, memberikan ruang bagi berbagai studi untuk bersentuhan dan bersapaan dengannya. Seperti dalam buku Orientalism, Edward W Said, yang mengaitkan hubungan antara orientalisme dan kolonialisme. Diamana bagi Said orientalisme merupakan sebuah alat bagi bangsa Barat untuk mengetahui bangsa Timur. Orientalisme yang juga merupakan imperialisme atau kolonialisme bangsa Barat terhadap Timur.

Dalam buku Edward Said, “Orientalism”, Dengan melihat perkembangan kajian Orientalisme abad ke 18 yang menurut Edward Said kurang lebih dapat untuk digambarkan dan dianalisis sebagai sebuah lembaga yang berkaitan dengan orang-orang timur – dalam membuat pernyataan-pernyataan tentang Orientalis, memberikan pandangan-pandangan terhadap Orientalis, menggambarkannya, mempelajarinya, menetapkannya dan menguasainya. Singkatnya, Edward Said menjelaskan bahwa Orientalisme sebagai gaya bangsa Barat untuk mendominasi dan menguasai bangsa Timur.

Dalam tulisan Andre, Titin dan Koko tentang Orientalisme dan Edward W. Saidmereka menjelaskan bahwa kolonislisme seperti sebuah ideologi, dimana mereka bangsa kolonial akan berusaha mengasai dan menyentuh seluruh struktur atau tatanan pengetahuan manusia yang sudah ada. Aspek penting dari kolonialisme ini adalah, pengumpulan dan penataan informasi yang ada pada suatu wilayah tentang tanah-tanah dan penduduk yang dikunjunginya, dengan bertujuab untuk menjadikan seluruhnya tunduk terhadap kekuasaan kolonial.

Sebagaimana kolonialisme yang terjadi di bumi pertiwi. Indonesia memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah ruah. Salahsatunya adalah rempah-rempah, yang menjadi gaya tarik bagi Indonesia. Rempah-rempah pada masa itu, banyak dicari oleh bangsa Asia dan Eropa. Sehingga tidak dipungkiri, jika Indonesia menjadi salah satu sasaran kolonialisme.

Tulisan ini, bertujuan untuk memberikan sebuah gambaran tentang orientalisme yang merupakan sebuah alat. Yang mana alat ini mampu dipakai oleh aspek lain dengan membawa tujuan pribadinya, salah satunya kolonialisme. Dengan memberikan gambaran terhadap studi kolonialisme di Jawa, akan memudahkan melihat sisi dari kolonialsme dalam orientalisme.

Sekitar abad ke 16 M, kapal-kapal Eropa mulai memasuki lautan Nusantara, dengan kekuatan pelayaran dan perdagangan Eropa yang mendominasi perairan Asia Tenggara, termasuk Indonesia hingga abad ke 20 M.Perilaku kolonialis, khususnya Belanda terhadap Indonesia, dapat dilihat salah satunya adalah pengaruh Eropa terhadap Jawa atas sastra Jawa dan Tradisi Sejarah. 

Dalam tulisan Andre, Titin dan Koko tentang Orientalisme dan Edward W. Saiddi dalam orientalisme teks-teks sejarah dunia barat dikaji dengan dihadapkan pada tes-teks dunia timur. Yang mana teks itu diterima, disetujui, dimodifikasi, ditantang, dibuang dan kembali diproduksi oleh para cendekia negara-negara koloni. Di sisi lain, Sears memfokuskan diri pada bagaimana tindakan-tindakan para bangsawan lokal dan para cendekia sebagai “pelaku sosial yang dikondisikan” terdorong oleh logika dan kebutuhannya, dan bahkan kadang kala dihubungkan dengan usaha Belanda untuk merepresentasikan dan mengkontrol produksi sastra dan sejarah Jawa.

Salah satu cara yang digunakan kolonialis Belanda di Jawa adalah dengan memasukkan paham teosofi, yaitu sebuah gerakan yang menghidupkan ajaran kuno, yang tidak hanya berkaitan dengan ketuhanan, akan tetapi juga kearifan, kebatinan dan alam ghaib. Ajaran ini mengakui adanya persamaan inti ajaran dalam agama yang mengusung pluralisme, dimana menganggap bahwa semua agama adalah sama, selama mengutamakan kebaikan, toleransi, kasih sayang atau yang mengutamakan kemanusiaan dan lain sebagainya.

Gerakan Teosofi di Jawa dapat dilihat dari buku yang berjudul Ernes Douwes Dekker: A Nation Inspired, sebagai berikut:

  1. Seperti pemikiran Douwes Dekker yang menjadikan dua wayang Kresna dan Arjuna dalam lambang Indesche Partij, di atas lembaran kuning emas. Kresna yang berdiri di sebalah kiri dan Arjuna berdiri di sebalah kanan yang masing-masing mengangkat tameng lonjong. Di sekeliling tameng terdapat tulisan: rawe-rawe rantas, malang-malang poetoeng, yang artinya hancur semua yang menjadi penghalang. Kemudian, di atas dua tokok wayang tersebut, bertengger seeokor garuda dan dua bilah keris. Salah satunya keris yang berliku merupakan peninggalan Majapahit dan keris yang lurus merupakan warisan dari Mataram.
  2. Indesche Partij merupakan partai politik pertema di Hindia, yang menyerukan Hindia untuk orang Hindia”. Lambang partai Indische Partij bukan hanya merupakan sebuah simbol yang dimilki partai tersebut, akan tetapi lambang ini memiliki pengaruh adanya gerakan Theosofi yang didirikan oleh Ernes Douwes Dekker, pada tahun 1912.
  3. Kresna dan Arjuna merupakan dua tokoh yang telah lama menjadi idola priyai Jawa. Kresna yang dikenal dengan kesaktiannya dan memiliki kemampuan dalam meramal, berubah bentuk menjadi raksasa serta dapat menghidupkan orang mati. Sedangkan Arjuna memiliki sifat cerdik dan pandai, pendiam, teliti, sopan dan santun,serta berani dan suka melindungi yang lemah.
  4. Sasaran gerakan Theosofi merupakan para elit atau para pemuka. Sehingga dengan demikian gerakan ini, dapat tersebar dan cepat memberikan pengaruh. Sebagaimana Kresna dan Arjuna yang sudah menjadi idola para priyai Jawa, mejadi sebuah alat dalam menyebarkan gerakan Theososfi.
  5. Menurut Iskandar, yang telah meneliti gerakan Theosofi di Tanah Air sejak tahun 1980-an, mengatakan bahwa propaganda gencar lewat wayang membuat banyak priyai Jawa tertarik ikut. Seperti, Radjiman Wedyodiningrat, yang dalam setiap pertemuan dan ceramahnya sering berbicara tentang wayang. “Dia selalu menyampaikan ajaran Theosofi lewat simbol wayang dan menekankan Theosofi yang bercorak Hindu-Buddha yang tidak berbeda dengan Jawa,” kata Iskandar dalam buku Teosofi, Nasionalisme dan Elite Modern Indonesia.
  6. Menurut Profesor David Reeve, peneliti Universitas New South Wales, Australia, dari tahun 1880-an hingga akhir 1920-an, Gerakan Teosofi menjadi bagian penting dalam kehidupan intelektual di Eropa, Amerika, Australia dan Asia, terutama di negara-negara kolonial. Walaupun gerakan ini, bukan merupakan gerakan yang mendominan, akan tetapi idenya memiliki kekuatan yang strategis untuk mempengaruhi, mengusai atau mendominasi suatu lembaga. Dalam stratifikasi masyarakat kolonial, ide gerakan memberikan tempat pertemuan yang penting anatara Eropa dan pribumi.

Dengan demikian dapat dilihat, bahwa Gerakan Teosofi dari Douwes Dekker di Jawa, merupakan salah satu dari strategi politik kolonialisme dalam mempengaruhi pandangan, pola pikir dan bahkan budaya dari masyarakat Jawa. Dengan menyentuh elite kalangan atas, menjadikan suatu gerakan dari kolonialisme dengan mudah masuk dan mempengaruhi masyarakat.

Orientalisme yang diketahui sebagai sebuah studi kajian yang mempelajari keseluruhan tentang bangsa Timur, baik dari segi keilmuan, pandangan, budaya, sosial dan lain sebagainya. Dan kolonialisme merupakan sebuah ideologi negara kolonial untuk menguasai keseluruhan suatu wilayah. Dengan inilah posisi orientalisme sebagai sebuah alat bagi suatu tujuan, seperti dalam kolonialisme.

Daftar Pustaka

Asy’ari, Su’aidi. 2005. “Orientalisme Dan Kajian Islam di Indonesia”, Studi Tentang        Model Islam Politik. (Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan: Kontekstualita) Vol. 20           No. 2

Harkantiningsih, Nanik. 2014. “Pengaruh Kolonial di Nusantara” (Majalah Arkeologi:      Kalpataru) 

Said, EdwardW. 1978. “Orientalism(Amerika: Random House)

2012. “Ernes Douwes Dekker: A Nation Inspired”(Tempo)

Sumber Internet

http://ab_saleh.staff.ipb.ac.id/files/2012/04/Sejarah-Gerakan-Theosofi-di-Indonesia.pdf

https://www.academia.edu/6906176/170889867-Paper-Edward-Said-Tentang-Orientalisme

https://www.academia.edu/33561872/Orientalisme_oleh_Edward_W._Said

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru