Harakatuna.com. Surabaya. Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) tidak jelas arahnya. Pandangannya bertentangan dengan perilakunya. Ia mengkritik sistem politik yang berjalan di Indonesia, tetapi ia juga menikmati sistem tersebut.
Hal itu disampaikan oleh Joko Susanto dalam pengantarnya sebagai pembanding bedah buku Kontroversi Dalil-dalil Khilafah dan Khilafah HTI dalam Timbangan yang diadakan oleh Badan Semi Otonom (BSO) Penalaran FISIP Universitas Airlangga Surabaya pada Jumat (29/9/2017) di Auditorium Fakultas Hukum Univesitas Airlangga, Surabaya, lantai 3.
“Satu sisi mengkritik demokrasi dan nasionalisme tapi pada saat yang sama menikmati anugerah demokrasi dan nilai lebih dari nasionalisme,” katanya di hadapan 250-an peserta yang hadir pada acara tersebut.
Menurut Joko, kritik yang selalu dilontarkan HTI kepada pemerintah itu bukan untuk membangun, melainkan untuk mencuri dukungan untuk berdirinya khilafah. Di mata HTI, khilafah seolah sebagai satu-satunya solusi.
“Mereka selalu melakukan kritik terhadap kekurangan yang dijalankan negara dengan harapan mendapatkan dukungan dari umat dengan sistem khilafah. Bagi HTI, khilafah adalah solusinya,” jelasnya.
Dosen Hubungan Internasional itu mengungkapkan, bahwa produk barat pada hakikatnya merupakan hasil inspirasi dari ilmuwan muslim.
“Peradaban barat sebenarnya banyak kontribusi dari ilmuwan muslim. Aneh kalau orang HTI menggugat semua produk dari Barat yang akarnya juga terinspirasi dari Islam dan ilmuwan muslim,” ujarnya.
Syakirnf