29.8 C
Jakarta

Hilangkan Arus Hoaks dan Radikalisme Melalui Momentum Isra Mi’raj

Artikel Trending

AkhbarNasionalHilangkan Arus Hoaks dan Radikalisme Melalui Momentum Isra Mi’raj
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. JakartaPeristiwa Isra Mi’raj sebenarnya adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad SAW.  Ini sebagai tanda bahwa Allah SWT itu menyayangi hamba-Nya. Masyarakat Arab pada waktu itu menampik Isra Mi’raj ini. Peristiwa ini mereka sebut sebagai berita hoaks atau berita yang tidak benar. Maka sepatutnya hikmah Isra Mi’raj ini adalah masyarakat menghilangkan arus hoaks yang marak seperti saat ini.

Wakil Ketua Pembina Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP Perti) Dr. KH. Anwar Sanusi, SH, S.Pel, MM, menyampaikan bahwa sepatutnya berita-berita itu harus tersaring terlebih dahulu. Kemudian berita yang kelihatannya sumbernya tidak jelas harus kita buang, dengan adanya hikmah Isra Mi’raj ini.

“Demikian juga dengan radikalisme, karena radikalisme ini banyak sekali definisinya. Tapi yang saya maksud radikalisme yang negatif. Yang tidak ada kasih sayang dan bisa merusak bangsa ini. Oleh sebab itu selain tadi dengan berita-berita hoaks itu memang harus kita hilangkan. Juga kita harus menumbuhkan kasih sayang sebagaimana Allah SWT memberikan kasih sayang kepada Nabi Muhammad,” ucap Anwar Sanusi. Pesan ini ia sampaikan dalam rilis media pada Kamis (11/3/2021).

Karenanya, pria yang juga mantan Ketua Umum Ormas Perti periode 2005-2011inta masyarakat tebarkan kasih sayang. Sekalipun kebapada umat lintas agama. Dalam Islam ada Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Wathoniyah yang. Artinya pergaulan antar sesama anak bangsa, baik itu berbeda agama, berbeda suku, berbeda  ras dan sebagainya.

“Dan selain persatuan dan kesatuan juga menyangkut yaitu kesehatan spiritual. Nah salah satu ‘oleh-oleh’  dalam Isra Mi’raj adalah perintah shalat, yang dari 50 kali menjadi 5 kali. Hikmahnya itu terhadap kesehatan spiritual. Yakni orang yang mau melaksanakan shalat itu harus berwudhu terlebih dahulu. Itu artinya adalah isyarat agar orang itu harus bersuci terlebih dahulu. Jadi Isra Mi’raj itu adalah orang yang harus menjaga kesucian, menjaga kesehatannya,” tutur Anwar.

Tokoh Agama Semangati dengan Sejarah Isra Mi’raj

Lebih lanjut, pria kelahiran Indramayu, 11 September 1953 itu menambahkan bahwa hikmah shalat itu sendiri yaitu Innas Sholata Tanha ‘Anil Fahsyai Wal Munkar. Dimana salah satu hikmah salat itu sendiri adalah mencegah kemungkaran dan mencegah kejelekan, yang mana juga termasuk mencegah paham radikalisme. Sehingga menurut Anwar, hikmah shalat yang pertama, kesehatan, kedua persatuan (berjamaah), ketiga mencegah kemungkaran yang berupa radikalisme.

Selain itu, Anwar juga menyebut bahwa dalam membangun peradaban yang beradab juga berdasarkan etika-etika yang ada. Ia menyebut tidak boleh makmum mendahului imam, karena kalau makmum mendahului imam itu tidak sah.

“Seperti pada era kepemimpinan saat ini, kita hidup di negara yang banyak berbagai perbedaan, selain itu juga ada ayatnya di surat An-Nisa ayat 59, ‘Yaaa aiyuhal laziina aamanuuu atii’ul laaha wa atii’ur Rasuula wa ulil amri minkum’, yang mana maksudnya adalah taat kepada Allah, taat kepada Rasul dan juga taat kepada pemimpin, tentunya pemimpin yang sah.  Jadi disini juga hikmah dari ibadah shalat itu juga harus mentaati kepada pemimpin yang sah,” terangnya.

BACA JUGA  Dua Puluh Pendakwah Indonesia Kenalkan Konsep Dakwah Moderasi Beragama di UEA

Disini menurut Anwar pentingnya peran para tokoh masyarakat dan juga tokoh agama. Karena menurutnya ulama adalah ‘warosatul anbiya’, artinya  para ulama ini adalah pewaris para nabi dan rasul, khususnya Nabi Muhammad. Sehingga para ulama dan juga para tokoh-tokoh masyarakat harus bisa menjadi contoh dan panutan daripada orang-orang yang menguikutinya.

“Karena menjadi pemimpin itu juga harus bertanggungjawab atas kepemimpinannya, walaupun kepemimpinan non formal. Kalau pemerintah kan kepemimpinan formal,  tetapi kalau tokoh masyarakat tokoh agama itu kan kepemimpinan non formal,” ungkapnya.

Maka ia menyebut bahwa peran para tokoh agama dan tokoh masyarakat itu harus mengajak masyarakatnya atau umatnya bahwa nilai-nilai Isra Mi’raj ini adalah nilai-nilai yang penuh dengan kasih sayang, nilai-nilai keimanan untuk menyingkap setelah adanya cobaan-cobaan. Yang mana menurut Anwar cobaannya adalah ketika Siti Khadijah, istri Nabi Muhammad, dimana istrinya adalah istri yang disayangi yang berjuang seluruh hartanya.

“Ketika Siti Khadijah mau meninggal di dalam sebuah riwayat diceritakan ‘wahai suamiku, andai kata memang perjuangan ini masih juga memerlukan tulang belulang saya, maka tulang belulang saya siap untuk menjadi perjuangan’, .Nah itu kan luar biasa istri Nabi Muhammad, Siti Khadijah itu,” katanya menceritakan.

Paratokoh Harus Bisa Sampai Semangat Positif Isra Mi’raj

Oleh sebab itu dengan Isra Mi’raj ini Anwar Sanuri mengingatkan agar, Pertama,  para tokoh itu juga harus bisa menyayangi hamba-nya, dan juga harus bisa taburkan kasih sayang.  Kedua, untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Ketiga, untuk memperbaiki kualitas shalat, karena shalat itu ‘Tanha ‘Anil Fahsyai Wal Munkar’. Shalat itu artinya bahwa itu akan menangkal kejahatan, menangkal keburukan, menangkal radikalisme dan juga menangkal hoaks.

“Keempat, karena peristiwanya ini terjadi di malam hari ketika orang pada tidur, oleh sebab itu khususnya  bagi umat yang beragama Islam, mari kita tambahkan dengan shalat tahajud. Mari kita memperbaiki diri dengan keluarga kita. Karena ini juga sebagai bagian untuk menangkal hoaks dan radikalisme. Dan yang Kelima, dengan adanya hikmah Isra Mi’raj ini bahwa kita mempercayai bahwa itu adalah kekuasaan Allah SWT,” ujar mantan anggota Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) ini mengakhiri.

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru