26.7 C
Jakarta

Hikmah Ramadhan: Ramadhan Mengajak Kita Bertakwa

Artikel Trending

KhazanahOpiniHikmah Ramadhan: Ramadhan Mengajak Kita Bertakwa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Puasa, seperti disyariatkan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya dapat mengubah diri menjadi pribadi yang bertakwa. Sebagaimana yang termaktub dalam ayat wajibnya puasa, “La‘allakum tattaqūn”, “agar kalian menjadi bertakwa”. Takwa inilah yang menjadi prestasi seorang hamba dalam berpuasa dimanapun berada.

Takwa itu merupakan harapan. Dalam artian, dengan puasa kita menjadi bertakwa. Bukan hanya ketika berpuasa saja, tapi secara terus menerus, untuk bulan-bulan dan tahun-tahun berikutnya. Takwa juga merupakan predikat yang harus diupayakan oleh setiap hamba. Karena takwa tidak bisa diperoleh secara instan.

Hal ini menjadi menarik untuk dicermati, karena takwa memang bukan predikat yang bisa kita dapatkan dengan berpangku tangan, atau hanya sekadar berharap kepada Allah SWT. Justru takwa harus dikejar oleh seorang hamba, dengan niat tulus, ibadah yang sungguh-sungguh, dan mengaplikasikan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk memperoleh takwa, setidaknya ada empat indikator penting yang harus dicermati bersama. Indikator ini dijelaskan langsung oleh Imam Ali radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan:

Pertama, al-khawfu minal Jalīl (rasa takut kepada Allah Yang Maha Agung). Selain selalu merasa diawasi kapan dan dimanapun, orang yang bertakwa juga harus mengakui bahwa selain Allah SWT adalah kecil. Jika sudah merasa takut pada hal-hal kecil, seperti bencana alam dan lainnya, maka selayaknya kita harus lebih takut kepada Dzat yang mengatur itu semua, yaitu Allah SWT. Indikator ini menunjukkan bahwa puasa menghendaki peningkatan keimanan, khususnya pada prinsip tauhid.

Kedua, al-‘Amalu bi al-tanzīl (beramal sesuai tuntunan Syari’ah). Disebut bertakwa, jika seseorang itu menjalankan apa yang menjadi perintah Allah SWT, serta menjauhi segala apa yang dilarang-Nya. Puasa merupakan latihan utama dalam menerapkan itu semua. Karena puasa merupakan salah satu dari rukun Islam, serta perintah yang ada di dalam al-Quran dan Sunnah.

BACA JUGA  Kebebasan Manusia dan Peradaban Anti-Radikal

Ketiga, al-Qona’atu bil qalīl (ridha dengan yang sedikit). Terkadang jiwa manusia menghendaki yang banyak, obsesi tinggi, namun seringkali tidak dibarengi dengan ridha atas ketetapan Allah SWT. Dengan puasa, kita diajarkan untuk menerima walaupun sedikit, bersyukur dengan apa yang didapat, serta berkeyakinan penuh bahwa Allah SWT telah menciptakan segala sesuai dengan kadarnya. Untuk melatihnya, hendaknya kita selalu melihat ke bawah untuk hal-ihwal duniawi, dan melihat ke atas untuk perkara ukhrawi.

Keempat atau indikator terakhir, al-isti’dādu liyawmi al-rahīl (menyiapkan untuk kehidupan akhirat). Ya, disebut bertakwa jika seseorang itu memberikan prioritas untuk kehidupan yang kekal. Karena sebaik-baik bekal untuk akhirat adalah takwa (wazaduu, Fainna Khoirozzadi al-taqwa). Selain itu, ada adagium arab masyhur yang berbunyi, man ‘arafa bu’da as-safari ista’adda, “barangsiapa yang tahu jauhnya perjalanan, maka ia akan bersiap dengan bekal cukup”.

Sungguh beruntung siapa yang mendapatkan predikat tersebut. Selain mampu menjauhkan diri dari hal yang dilarang, kita juga harus mampu melakukan apa yang diperintahkan. Begitulah puasa mendidik kita. Ibadah spesial yang memberikan banyak pelajaran kepada siapapun yang mau mengambilnya. Semoga kita bisa menjadi tuan rumah yang baik untuk tamu yang agung; bulan Ramadhan. Tak lupa kita berdoa kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan dan istiqomah untuk memaksimalkan kedatangannya, dan menjadi pribadi yang lebih baik setelahnya.

Ridwan Bahrudin
Ridwan Bahrudin
Alumni Universitas Al al-Bayt Yordania dan UIN Jakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Artikel Terkait

Artikel Terbaru