31.7 C
Jakarta

Hikmah Ramadhan: Jangan Biarkan Puasamu Sia-sia

Artikel Trending

KhazanahOpiniHikmah Ramadhan: Jangan Biarkan Puasamu Sia-sia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Di bulan Ramadhan ini, setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjalankan puasa dengan menahan lapar dan dahaga. Hal itu dimulai dari fajar hingga terbenamnya matahari. Akan tetapi ada di antara kaum muslimin yang melakukan puasa, akan tetapi ia tidak mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja yang menghinggapi tenggorokannya. Hal itu yang dahulu pernah diingatkan oleh Nabi SAW dalam hadisnya yang berbunyi:

رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والعطش

“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath-Thabraniy)

Melihat penjelasan hadis tersebut, langsung terbesit pertanyaan. Sebenarnya apa di balik ini semua? Mengapa amalan puasa orang tersebut tidak teranggap, padahal ia telah susah payah menahan dahaga mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, penulis terlebih dahulu ingin menyinggung rukun-rukun tentang puasa. Karena setiap ibadah wajib, mesti memiliki rukun. Karena rukun merupakan ketentuan yang harus dipenuhi dalam melakukan suatu ibadah. Bila tidak terpenuhi, maka ibadah tersebut tidak sah.

Dalam ilmu fikih, rukun puasa hanya ada dua. Pertama niat. Niat puasa Ramadhan merupakan pekerjaan ibadah yang diucapkan dalam hati dengan persyaratan dilakukan pada malam hari dan wajib menjelaskan kefardhuannya. Misalnya, saya berniat untuk melakukan puasa fardlu di bulan Ramadhan tahun ini, atau lengkapnya dalam bahasa Arab sebagai berikut:

 نـَوَيْتُ صَوْمَ غـَدٍ عَـنْ ا َدَاءِ فـَرْضِ شـَهْرِ رَمـَضَانِ هـَذِهِ السَّـنـَةِ لِلـّهِ تـَعَالىَ

“Saya niat mengerjakan ibadah puasa untuk menunaikan keajiban bulan Ramadhan pada tahun ini, karena Allah SWT semata.”

Sedangkan rukun yang kedua adalah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa. Seperti makan, minum atau hal lainnya yang masuk kedalam tubuh. Selain rukun, perlu diketahui juga, bahwa ada lima perkara yang dapat menyebabkan terhapusnya pahala puasa. Lima perkara tersebut adalah sebagai berikut:

Pertama, al-kadzbu yaitu berdusta atau bohong. Perbuatan ini kerap terjadi di kalangan masyaraka. Misalnya hanya beralasan untuk menghindar dari sebuah kesalahan sehingga dengan mudahnya untuk berbohong. Sebenarnya masalahnya itu kecil dan sepele, tapi tanpa berfikir, diri kita sendiri yang membuat masalah lebih besar dan menutupinya dengan berbohong yang berakibat pahala puasa kita terhapus.

BACA JUGA  Rekonsiliasi Pasca-Pemilu: Jalan Menjaga Solidaritas Kebangsaan

Kedua, al-ghibah yaitu membicarakan kejelekan orang lain. Orang yang pandai ngomongin orang lain ini juga tergolong dari amal yang akan menyebabkan terhapusnya pahala puasa. Oleh karena itu, dalam salah satu maqalah disebutkan “Salamatul insan fii hifdzil lisan”, selamatnya seseorang tergantung orang tersebut dalam menjaga lisannya. Maka dari itu, jagalah lisan kita dari perkara-perkara yang dapat mengurangi bahkan menghapus pahala puasa kita.

Ketiga, an-namimah yaitu mengadu domba. Hal ini sudah tidak asing dalam kehidupan sehari-hari apalagi dalam dunia politik. Partai yang satu menjelekkan partai yang lain, atau ormas yang satu menganggap paling benar dan menjelekkan ormas yang lain, antar organisasi bahkan antar personal. Yang salah dianggap benar, dan yang salah sengaja dibenarkan. Padahal dibalik itu semua terdapat dosa besar yang terkadang diri sendiri tidak merasa bahwa hal tersebut dapat menghapus pahala puasa.

Keempat adalah Sumpah palsu. Penulis tidak mampu menyebutkan satu persatu dari setiap orang, mungkin sekarang cobalah kita instrospeksi diri. Sudah berapa kalikah kita bersumpah atas nama Allah selama hidup khususnya di bulan Ramadhan. Padahal sumpah tersebut tidak benar adanya. Jangankan suatu hal yang sudah pasti dan konkret kesalahannya, suatu kebenaran pun tidak dianjurkan untuk mengutarakan sumpah atas nama Allah.

Kelima atau yang terakhir, adalah melihat aurat lain jenis (wanita) dengan syahwat. Hal ini tidak dapat dipungkiri terjadi pada seluruh lapisan masyarakat. Apalagi di zaman yang serba modernisasi dan teknologi canggih. Sekarang semua orang tidak harus pergi ke tempat-tempat terlarang. Akan tetapi orang bisa melihat aurat seorang wanita hanya tinggal duduk manis di depan laptop atau HP di dunia maya. Baik berupa foto maupun dalam bentuk video.

Kelima perkara tersebut, jika dilakukan, maka dapat menghanguskan amal ibadah puasa Ramadhan. Oleh karena itu, kita harus hati-hati dan ekstra waspada. Semoga kita semua terhindar dari hal dan perkara tersebut, agar amal puasa kita tidak sia-sia dan diterima disisi Allah SWT. Namun tergantung pada niat dan kesungguhan diri kita untuk menghindarinya. Semoga kita senantiasa istiqamah dalam kebenaran. Amin Ya Rabb al-Alamin.

Ridwan Bahrudin
Ridwan Bahrudin
Alumni Universitas Al al-Bayt Yordania dan UIN Jakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru