27.9 C
Jakarta

Hati-hati!!! Beginilah Kelompok Radikal Bersilat Lidah

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanHati-hati!!! Beginilah Kelompok Radikal Bersilat Lidah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Istilah “radikalisme” yang dialamatkan kepada kelompok yang gemar melakukan kekerasan menjadi ngetrend akhir-akhir ini. Anehnya, kelompok tersebut tidak menerima jika dipanggil “radikal”, apalagi disebut “teroris”.

Biasanya kelompok radikal menyerang balik dengan sebutan sesat, kafir, dan murtad. Mereka tidak pandang siapa yang sedang diserang, meski sesama muslim. Selagi tidak sepemikiran, pasti mereka langsung serang dengan kata-kata sarkas.

Kelompok radikal tidak terima jika disebut dengan “radikal”. Mungkin, Anda bertanya dengan nada heran, “Kok bisa?!” Saya pikir, memang begitu cara kelompok radikal sembunyi tangan. Mereka tidak ingin tindakan bejatnya ketahuan.

Anda cukup hiraukan saja atas ketidaksetujuan kelompok radikal terkait sebutan itu. Anda cukup mengetahui ciri-ciri kelompok radikal. Habib Husein Jakfar Al-Hadar menyebutkan ciri-ciri kelompok radikal ada 3.

Pertama, menggunakan kekerasan sebagai solusi. Kedua, mengatasnamakan jihad dalam tindakan kekerasan. Ketiga, meletakkan kepentingan politik di atas kepentingan kemanusiaan.

Menggunakan kekerasan sebagai solusi adalah sesuatu yang keliru. Karena, solusi yang baik dalam berdakwah adalah sikap yang lemah lembut. Hal ini dapat dilihat dari dakwah Nabi yang dilakukan dengan sikap lemah lembut dan penuh cinta.

Seandainya Nabi berdakwah dengan sikap yang keras seperti yang dilakukan kelompok radikal pasti umat beliau akan menjauh. Ketika menjauh, Islam tidak akan berkembang sampai sekarang.

Biasanya kelompok radikal berdalih dalam dakwahnya seperti yang dilakukan Sayyidina Umar. Perlu digarisbawahi, bahwa Umar itu bukan keras, tapi tegas. Tegas dan keras itu beda. Tegas bersikap lemah lembut dan berkarismatik.

BACA JUGA  Ciri-ciri Calon Pemimpin yang Layak Dipilih pada Pilpres Tahun Ini

Terus, jihad juga sering dijadikan dalih oleh kelompok radikal dalam segala perbuatannya. Memang Islam memerintahkan pemeluknya berjihad. Tapi, yang penting diperhatikan adalah bentuk jihad yang dimaksud. Apakah jihad sebatas peperangan? Ataukah jihad memiliki cakupan makna yang sangat luas?

Jihad itu memiliki ruang yang luas. Jihad bukan hanya sebatas perang. Jihad dapat diterjemahkan dengan tindakan yang positif. Semisal, belajar, bekerja, dan seterusnya. Jihad belajar dapat dilakukan oleh pelajar (maha(siswa)). Sedang, jihad bekerja dapat dilakukan oleh pekerja.

Begitu sangat luas cakupan jihad. Karena itu, jangan batasi jihad dengan perang. Membatasi jihad dengan perang akan mengantarkan seseorang melakukan aksi-aksi terorisme yang dilarang oleh agama. Banyak orang yang melakukan bom bunuh diri di tempat-tempat tertentu karena salah memahami jihad.

Penting juga diperhatikan, bahwa meletakkan kepentingan politik di atas kepentingan kemanusiaan adalah sesuatu yang sangat keliru. Banyak orang yang mengabaikan nilai kemanusiaan untuk kepentingan pribadi mereka. Mereka yang terpenting menang sendiri. Dan, tidak peduli orang lain.

Tindakan radikal yang seperti itu adalah tindakan yang perlu diwaspadai. Nabi lebih mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan bersama. Tindakan Nabi yang bijaksana ini dapat dilihat dalam keterlibatan Nabi dalam Perjanjian Hudaibiyah. Nabi benar-benar merangkul semua perbedaan.

Sebagai penutup, penting untuk waspada diri, bahkan lebih hati-hati dalam menghadapi kelompok radikal. Mereka kelihatan “polos”. Tapi, mereka sesungguhnya lihai dalam bersilat lidah. Mereka seakan yang disebut Al-Qur’an dengan munafik.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru