30 C
Jakarta

Haruskah NU-Muhammadiyah Negoisasi (dengan) Ormas Radikal?

Artikel Trending

EditorialHaruskah NU-Muhammadiyah Negoisasi (dengan) Ormas Radikal?
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Ormas dan organisasi Islam bertumbuh pesat. Orang-orang dari ragam aliansi mendirikan ormas baru. Tak jarang dari mereka berakar atau alihan dari ormas Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Atau, bisa disebut, mereka ini bertubuh “ganda”.

Selain Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah masih banyak ormas Islam di Indonesia. Tetapi hanya dua-duanya tersebut, bagi para peneliti, yang memiliki program, tujuan, dan jejak rekam baik dan moderat. Hal ini terlihat dari bagaimana perilaku anggotanya secara umum.

Dengan bertubuh ganda inilah mereka memiliki tujuan dan tampilan bermacam-macam. Orang-orang ini terkadang mengaku Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Tetapi pada saat lain mereka mengaku FPI, HTI dan MMI.

Bisa juga orang-orang macam ini, siang mengaku Nahdlatul Ulama. Malam mengaku Muhammadiyah. Tetapi pagi mengaku FPI. Atau, pengikut ormas ini siang malam berbungkus Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Tetapi tampilan dalamnya FPI dan HTI.

Nahasnya, “rombongan orang” ini bisa memainkan peran lebih gerilya. Terbaca dari persoalan-persoalan yang mengiringi keindonesiaan, mereka selalu melangkah beda. “Rombongan orang” ini lebih memilih jalan lain. Atau, bahkan berpendapat dengan klaim semburan “isu-isu miring”. Rombongan orang ini bagi banyak orang disebut penumpang gelap ormas Islam.

Penumpang gelap ini terlihat masih bersemayam di tubuh kedua ormas besar Indonesia itu: Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Diskursus dan varian islamnya menggentayangi.

Penumpang gelap ormas biasanya, gerakan dan nalarnya memakai nalar islamisme. Mereka ini juga cenderung marayakan Islam dengan memilih jalan ekskapis. Juga lebih condong fatalis dan memilih mendahulukan nahi mungkar daripada amal makruf. Jenis klaim tafsir kebenarannya akan ajaran Islam juga sepihak.

BACA JUGA  Tutup Pintu Konten Radikal Melalui Sanksi Hukum

Segala apa yang dipraktikkan diatasnamakan Alquran dan Sunah. Penumpang gelap macam HTI, Salafiyyun, Ikhwani, FPI, dan sebagainya, menisbatkan diri mereka dengan Islam. Permainan logikanya, siapa yang memerangi penumpang gelap ini, mereka telah memerangi Islam itu sendiri. Padahal tak semua yang dikerjakan ormas Islam, apalagi ormas radikal, adalah keseluruhan mewakili umat Islam.

Tetapi bagi penumpang gelap ormas radikal, mereka merasa memiliki surga sendiri dan menganggap orang dan ormas lain tak mungkin mendapatkannya. Apalagi memilikinya.

Lahirnya penumpang gelap ormas radikal tiada lain dari faktor ketidaksetujuan kepada kebijakan-kebijakan para elite dan ormas Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Mereka tidak puas akan keputusan-keputusan yang terbuat dan didaratkan oleh kalangan eliet ormas Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah yang, lebih membebek kepada penguasa, dan budaya liberalisme Barat.

Menurut mereka Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah telah hilang poros akal sehat dan tujuan utamanya: mendidik masyarakat kecil dan muslim sendiri. Telah lumpuh karena tidak menjadi garda terdepan untuk menuntaskan masalah sosial dan Islam di tubuh Islam, dan cenderung berjarak kepada mereka: umat muslim sendiri di Indonesia.

Haruskah NU-Muhammadiyah negoisasi dengan ormas radikal?

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru