Harakatuna.com. Rafah – Komentar keras Presiden Donald Trump terhadap Hamas muncul sehari setelah ia mengancam akan memberikan konsekuensi berat kepada kelompok tersebut jika tidak segera membebaskan sandera yang masih ditahan di Gaza. Ancaman tersebut menyusul ketegangan yang meningkat antara Israel dan Hamas setelah serangan yang terjadi pada Oktober 2023, yang mengakibatkan lebih dari 1.200 orang tewas dan sekitar 250 orang disandera.
Pada Kamis (6/3), Hamas, yang oleh Amerika Serikat digolongkan sebagai organisasi teroris, menanggapi ancaman Trump dengan menyatakan bahwa pernyataannya tersebut telah memaksa Israel untuk keluar dari kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.
Trump, dalam unggahan di platform Truth Social miliknya, menegaskan bahwa Hamas harus segera membebaskan sandera yang masih ditahan. “Bebaskan semua sandera sekarang. Jangan tunda, dan segera kembalikan semua mayat orang-orang yang kalian bunuh, atau kalian akan MUSNAH,” kata Trump. Ia juga menambahkan, “Saya mengirimkan kepada Israel semua yang dibutuhkannya untuk menuntaskan perang ini, tidak seorang pun anggota Hamas akan selamat jika kalian tidak melakukan apa yang saya katakan.”
Fase pertama gencatan senjata Gaza yang dimulai beberapa waktu lalu diperkirakan akan berakhir pada Sabtu (8/3). Selama gencatan senjata ini, Hamas telah membebaskan 33 sandera Israel dan lima warga Thailand. Sementara itu, Israel juga telah membebaskan sekitar 2.000 tahanan Palestina.
Sementara itu, Gedung Putih, pada Rabu (5/3), mengonfirmasi bahwa mereka telah melakukan pembicaraan langsung dengan Hamas. Sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa diskusi tersebut berfokus pada upaya pembebasan sandera Amerika yang masih berada di Gaza. Juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, menyebutkan bahwa pembicaraan itu merupakan “upaya dengan itikad baik untuk melakukan apa yang benar bagi rakyat Amerika.”
Kantor Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, juga mengeluarkan pernyataan terkait hal ini, menyatakan bahwa Israel telah menyampaikan pandangannya kepada Amerika Serikat mengenai pembicaraan langsung dengan Hamas.
Perang yang terjadi di Gaza dimulai setelah serangan besar-besaran Hamas terhadap Israel pada Oktober 2023. Serangan tersebut menyebabkan banyak korban tewas dan melibatkan penyanderaan massal. Sebagai respons, serangan balasan Israel telah menyebabkan lebih dari 48.400 warga Palestina tewas, menurut data yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan di Gaza.