28.4 C
Jakarta

Haji dan Kontra-Terorisme: Upaya Persatuan, Perdamaian, dan Toleransi

Artikel Trending

Milenial IslamHaji dan Kontra-Terorisme: Upaya Persatuan, Perdamaian, dan Toleransi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Bulan haji semakin dekat. Mengacu pada Rencana Perjalanan Haji (RPH) oleh Kemenag RI, jemaah gelombang pertama dijadwalkan mulai masuk asrama haji embarkasi pada 3 Dzul Qa’dah 1444 H/23 Mei 2023, alias besok ini. Lusa, mereka akan mulai diberangkatkan secara bertahap ke Madinah untuk menjalani arbain. Sementara jemaah gelombang kedua, masuk asrama mulai 7 Juni 2023 dan akan diberangkatkan ke Jeddah mulai 19 Dzul Qa’dah atau 8 Juni mendatang.

Adapun wukuf di Arafah diperkirakan bertepatan dengan hari Selasa, 27 Juni 2023. Mulai 4 Juli 2023, jemaah haji Indonesia pun dipulangkan ke tanah air secara bertahap. Akhir kedatangan mereka di Indonesia dijadwalkan pada 16 Muharam 1445 H atau 3 Agustus 2023.

Berbicara tentang haji. Ziarah ke Makkah adalah perjalanan suci yang dilakukan jutaan umat Islam setiap tahun. Ia merupakan pengalaman spiritual-transformatif yang menekankan kesatuan, kesetaraan, dan pengabdian kepada Allah Swt. Sayangnya, belakangan ini, aksi terorisme membayangi ritual sakral ini. Menyorot nilai dan tujuan haji yang kontras dan ideologi menyimpang pendorong kekerasan pun menjadi perlu. Haji harus kembali ke cita idealnya: kontra-terorisme dan promosikan perdamaian.

Untuk diketahui, ibadah haji adalah kewajiban agama bagi umat Muslim yang mampu secara fisik dan finansial. Haji adalah waktu pemurnian spiritual, refleksi diri, dan mencari pengampunan. Umat Islam dari berbagai latar belakang dan kebangsaan berkumpul, melampaui perbedaan ras, kebangsaan, dan status sosial; berdiri sejajar di hadapan-Nya. Haji mempromosikan persatuan, kerendahan hati, dan rasa kemanusiaan bersama, membina ikatan persaudaraan antarumat Islam di seluruh dunia.

Khitah Haji untuk Kontra-Teror

Sementara haji mewujudkan nilai-nilai perdamaian, persatuan, dan pengabdian, terorisme yang mengaku mewakili Islam telah menimbulkan asosiasi negatif antara haji dan terorisme. Padahal, penting digarisbawahi, terorisme tidak mencerminkan ajaran Islam atau inti ibadah haji. Orang-orang yang melakukan kekerasan selama haji atau menyalahgunakan ibadah haji sebagai kedok agenda ekstremis adalah minoritas yang mendistorsi iman dan tidak menghormati kesucian haji itu sendiri.

Faktanya, pengalaman haji memiliki potensi luar biasa untuk kontra-terorisme dengan mempromosikan perdamaian dan toleransi beragama. Berkumpulnya jutaan umat Islam dari berbagai latar belakang memberikan kesempatan unik untuk dialog antaragama dan pertukaran kultur. Dengan membina hubungan tersebut selama haji, jemaah haji dapat mematahkan stereotipe, menantang kesalahpahaman, dan membangun jembatan pemahaman di antara komunitas multikultural.

Lebih lanjut, seluruh ritus selama ibadah haji mengandung napak tilas ihwal perdamaian, keadilan, dan kasih sayang yang merupakan inti ajaran Islam. Karenanya, ulama dan tokoh Muslim memiliki peran krusial dalam menyebarkan pesan toleransi dan melawan ideologi yang menyulut terorisme. Mereka dapat menggunakan platform haji untuk mengutuk ekstremisme, mempromosikan moderasi, dan menyerukan persatuan di antara umat Islam.

Selain itu, haji yang menghadirkan jutaan umat sedunia ke Makkah merupakan momen yang penuh dengan rasa kebersamaan, keagungan, dan keikhlasan. Adalah ironi jika dalam beberapa tahun terakhir, dunia telah dipenuhi oleh serangkaian serangan teror yang menghancurkan dan memisahkan umat manusia. Dalam konteks ini, penting bagi kita untuk melihat bagaimana haji dapat menjadi wasilah kuat untuk kontra-terorisme dan membangun dunia yang aman dan damai.

BACA JUGA  New-Khilafah dan Pemerkosaan Demokrasi di Indonesia

Di situlah kita perlu menjelajahi ruhiyah sejati atau khitah haji dapat membantu mengonter terorisme, tidak hanya di Indonesia tapi seluruh dunia. Khitah tersebut mengacu pada dimensi spiritual mendalam nan batiniah yang dialami para jemaah selama perjalanan mereka. Hanya melalui penghayatan batiniah itulah jemaah memperoleh pemahaman holistis tentang pesan damai-kasih dalam Islam, yang semuanya menjadi fondasi kuat untuk melawan paham-paham radikal pemantik terorisme.

Ibrah: Dari Persatuan Hingga Toleransi

Haji menawarkan peluang pendidikan dan pencerahan yang tak tertandingi. Para jamaah dapat mengikuti kajian dan pengajian yang diselenggarakan di berbagai tempat di Makkah dan Madinah, memberikan kesempatan belajar nilai-nilai Islam yang sejati, menjelajahi teks-teks suci, dan memahami ajaran-ajaran Islam dengan baik. Dalam konteks terorisme, pendidikan yang benar membantu menentang penyebaran ideologi atau yang disebut radikalisasi.

Selain itu, jemaah haji bersatu dengan tujuan yang sama: beribadah kepada Allah. Semangat kebersamaan dan persaudaraan yang terasa kuat selama haji dapat membentuk ikatan yang melampaui batasan sosial dan etnis. Dalam lingkungan yang inklusiflah, pesan perdamaian dan kerukunan dapat tersebar secara lebih luas. Itu penting dalam kontra-terorisme yang kerap muncul dari ketegangan antarkelompok sosial, keagamaan, dan etnis yang berbeda.

Ibrah lainnya ialah, selama ibadah haji, jamaah mengenakan pakaian ihram yang sederhana dan seragam. Tidak ada perbedaan antara kaya dan miskin, terkenal dan tidak terkenal, atau orang-orang dari latar belakang yang berbeda. Semua berada dalam keadaan yang sama di hadapan-Nya. Pengalaman rasa persatuan tersebut mengajarkan pentingnya kesederhanaan, kesetaraan, dan persaudaraan universal dalam toleransi yang memundar oleh propaganda terorisme.

Intinya, ibadah haji ke Makkah merupakan perjalanan iman, persatuan, dan pengabdian yang luar biasa. Haji menjadi pengalaman yang berpotensi melahirkan jiwa kontra-terorisme dengan memupuk pemahaman, menebar perdamaian, dan mempersatukan umat Islam seluruh dunia. Sementara tindakan terorisme yang berpotensi menghantu ibadah haji, penting untuk dibuat distingsi antara semangat haji yang hakiki, sesuai khitah, dengan ideologi menyimpang para teroris.

Dengan memahami esensi haji, kita bisa mewujudkan nilai-nilai perdamaian, persatuan, dan toleransi. Kontra-terorisme dalam konteks haji ditempuh melalui kekuatan persatuan, pengertian, dan kasih sayang antarsesama umat Islam. Tidak ada sekat ideologi, ras, bahkan pemahaman keislaman yang menyemarakkan takfirisme di kalangan teroris. Hanya dengan menggapai cita-cita ideal haji, umat Islam akan menjadi haji mabrur. Melalui kontra-terorisme, predikat mabrur tersebut tergapai seutuhnya.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ahmad Khoiri
Ahmad Khoiri
Analis, Penulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru