26.7 C
Jakarta
Array

Haedar Nashir: Berdakwah Butuh Cara Simpati dan Empatik

Artikel Trending

Haedar Nashir: Berdakwah Butuh Cara Simpati dan Empatik
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Surabaya — Dalam Rapat Koordinasi dan Halaqah Nasional Da’i, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan acara ini penting dan strategis, meski pekerjaan Lembaga Dakwah Khusus (LDK) terbilang sunyi. Kenyataannya tidak banyak peminatnya dan tidak begitu populer.

“Lembaga ini punya pekerjaan yang sulit dan tidak mudah. Apa yang sudah dilakukan oleh LDK menunjukkan tanda-tanda kemajuan,” paparnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (15/12).

Dalam pidatonya, Haedar mengatakan, jika Muhammadiyah sudah mengazam sesuatu, daya dorongnya sangat tinggi. Tantangan dakwah Muhammadiyah semakin tinggi, semakin berat. Karena itu perlu strategi khusus.

Haidar mengatakan, dalam realitas sosial, dapat disaksikan bersama telah terjadinya perubahan peta dakwah. Belakangan ini hadirnya komunitas-komunitas baru juga membutuhkan kehadiran dai-dai Muhammadiyah yang memiliki wawasan keislaman yang mumpuni. “Agar bisa melahirkan Islam sebagai petunjuk maka masih memerlukan kemampuan dan strategi baru,” tuturnya.

Dalam perkembangannya komunitas-komunitas baru memerlukan materi dan model dakwah khusus. Setelah reformasi kelompok puritan segera mendapatkan tempat di masyarakat. “Karena masyarakat membutuhkan suatu kepastian nilai. Di beberapa kota-kota besar misalnya, mereka menjadi majelis taklim dan kelompok tarekat baru,” katanya.

Dalam dinamika politik sekarang ini, ada kecenderungan politik yang mengeras, dan melahirkan kecenderungan politik identitas. Sehingga ormas-ormas besar yang ada menjadi tumpuan untuk membimbing moral ke arah kehidupan masyarakat.

Haedar juga mengatakan, jika ada persoalan moral keagamaan, maka yang menjadi rujukannya adalah ormas Islam besar seperti Muhammadiyah. Dalam usia Muhammadiyah yang ke-106 tahun, Haedar mengatakan, patut disyukuri bahwa telah dianugerahi kemampuan mengelola amal usaha. Karena itu wajib untuk merawatnya.

“Kita harus yakin dengan potensi yang telah dimiliki. Sudah sepantasnya untuk berjuang serta mengembangkannya. Kita memiliki modal berupa kepercayaan, rekam jejak dan jaringan yang luas untuk mengembangkan Muhammadiyah,” ucapnya.

Dia mengatakan, organisasi dakwah harus menawarkan tiket ke surga bagi umatnya dengan cara-cara yang empati dan simpatik.

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Artikel Terkait

Artikel Terbaru