26.8 C
Jakarta

Hadapi Ekstremisme dengan Narasi Positif, Jangan Gunakan Kebijakan Represif

Artikel Trending

AkhbarNasionalHadapi Ekstremisme dengan Narasi Positif, Jangan Gunakan Kebijakan Represif
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com, Jakarta – Kasus radikalisme, terorisme dan ekstrimisme melonjak tinggi di masa Corona. Kasus ini menyita perhatian berbagai kalangan. Kasus ini dibahas dalam Web seminar tentang ilusi negara Islam yang ditayangkan melalui saluran YouTube International NGO Forum on Indonesian Development (Infid).  Seminar online ini menyimpulkan hadapi ekstremisme dengan narasi positif jauh lebih penting dari membuat kebijakan represif.

Pesan ini disampaikan oleh akademisi dari Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) Universitas Gadjah Mada Muhammad. Iqbal Ahnaf pada Selasa (12/05) dalam penyajiannya mengungkap fakta bahwa cara ektif hadapi ekstremisme dan radikalisme dengan narasi positif. Pihaknya mengira langkah ini akan  lebih manjur ketimbang pemberlakuan kebijakan represif.

Ia mencontohkan narasi itu seperti narasi yang menganggap pemerintah gagal menangani COVID-19. Bersamaan dengan itu masalah kemiskinan, masyarakat yang tidak bisa beli makan atau sakit tidak bisa berobat jauh lebih penting diurus pemerintah.

“Itu adalah isu-isu yang sangat disenangi mereka (ekstremis). Dalam bahasa mereka, itu mengungkap kebobrokan penguasa. Jadi, mengungkap kegagalan sistem yang ada,” kata Ahnaf.

BACA JUGA  Kepala BNPT Minta Waspada Perkembangan Ideologi Kekerasan di Bawah Permukaan

Hadapi Ekstremisme dengan Narasi Positif

Ahnaf mengungkapkan bahwa kelompok ekstrem itu sebetulnya sudah tidak besar lagi. Akan tetapi, mereka biasanya menemukan ruangnya dalam narasi yang dia sebut mentalitas korban.

“Mentalitas korban itu penting sebagai bukti kalau umat Islam dizalimi. Makanya, mereka bicara soal Rohingya, soal Uyghur, soal Palestina, dan konteks-konteks umat Islam yang lain. Jadi, kelompok ekstrem itu bisa atraktif, bisa jadi karena pengalaman, tetapi bisa juga karena narasi yang dia terima,” kata Ahnaf.

Apabila penganut ekstremisme itu hidup di dalam lingkungan penuh diskriminasi, menurut Ahnaf, akan membuatnya makin mudah tertarik dengan gagasan ilusi negara Islam itu.

“Oleh karena itu, isu-isu yang bisa mengarah ke sana itu bisa menjadi faktor penting bagi mobilisasi mereka. Itu menurut saya yang ruangnya masih sangat luas di tengah masyarakat,” kata Ahnaf.

Menurut dia, seharusnya pemerintah membangun kontranarasi yang dapat menunjukkan kepada penganut ekstremisme bahwa pandangannya salah soal Islam yang dijadikan korban.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru