31.4 C
Jakarta

Habib Rizieq dan Peta Politik Islam Mendatang

Artikel Trending

KhazanahPerspektifHabib Rizieq dan Peta Politik Islam Mendatang
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada tanggal 10 November lalu Habib Rizieq Syihab (HRS) telah pulang ke tanah air. Kedatangannya disambut seperti pahlawan. Ribuan bahkan jutaan orang berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta dan di rumahnya untuk menyambut kedatangannya. Kepulangan HRS telah ditunggu jutaan umat Islam di Indonesia.

Harus diakui bahwa HRS telah berhasil mengubah peta politik Islam saat ini. Gerakan ABI 212 pada tahun 2016 yang lalu telah mengubah lanskap politik Islam di Indonesia. Menurut pengamat politik Islam seperti Vedi R. Hadiz, perubahan lanskap politik Islam sebenarnya mulai terlihat pada pemilu 2014 namun puncaknya pada tahun 2016. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun peta politik Islam di Indonesia sudah berubah.

Sosok yang berpengaruh besar dalam perubahan lanskap politik tersebut adalah HRS. Habib Rizieq mampu menggerakkan massa dari berbagai kalangan umat Islam. Bahkan tidak jarang dari anggota NU maupun Muhammdiyah yang ikut serta menjadi partisipannya. Keberhasilannya dalam menghapus sekat identitas keormasan adalah kemampuan tersendiri yang dimiliki oleh HRS.

Bahkan HRS juga mampu menyatukan pemikiran politik Islam dari ormas lainnya, terutama mereka yang ingin mewujudkan formalisasi hukum Islam. Cita-citanya dalam mewujudkan NKRI Bersyariah adalah buah dari pembacaannya atas realitas kegagalan Islam politik sebelumnya. Wacana tersebut hadir sebagai antitesa pemikir politik khilafah Islamiyah yang telah gagal diwujudkan dan nasionalisme sekuler yang telah menjamur dalam perpolitikan nasional.

Dengan wacana seperti ini, HRS mencoba menyelematkan Indonesia dari kunkungan politik jahiliyah yang ada di Indonesia. Kemampuannya dalam menghapus sekat lintas ormas dan merumuskan pemikiran politik Islam yang dapat merangkul semua aktivis Islam politik menjadikan dirinya sebagai sosok yang kharismatik. Dengan modal seperti ini, HRS dianggap sebagai juru selamat Indonesia dari kunkungan sistem jahiliyah.

Kembalinya ke Indonesia tidak membuat HRS sulit untuk membangun jejaring massa. Sebagaimana yang sudah lazim diketahui bahwa saat ini Habib Rizieq memiliki massa yang tergabung dalam jaringan alumni 212. Alumni 212 merupakan sebuah jaringan lintas ormas Islam di Indonesia. Mereka masih konsisten mengikuti arahan dari Habib Rizieq meskipun selama ini arahan tersebut berasal dari Arab Saudi.

Salah satu arahan yang diberikan pada saat HRS di Arab Saudi adalah menginstruksikan Alumni 212 bergabung ke dalam barisan Prabowo-Sandi. Mereka mendeklarasikan untuk ikut serta dalam koalisi kubu 02. Namun keikutsertaannya dalam barisan 02 bukan dikasihkan secara gratis. Transaksi-transaksi kebijakan maupun ide ada dalam persyaratan tersebut. Alih-alih ingin mengulang sejarah kedua kali (Pilkada DKI) namun ternyata gagal di tengah jalan.

BACA JUGA  Mengonstruksi Ruang Digital yang Steril dari Ekstremisme-Terorisme

HRS dan alumni 212 tentu tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Saat ini Prabowo telah masuk dalam koalisi pemerintah. Namun kubu alumni 212 tidak akan berkecil hati sebab sang komando mereka telah datang. HRS mulai hari ini bisa membangun basis massa dan aliansi untuk dipertaruhkan pada politik di masa mendatang.

Hal ini bukan tugas sulit bagi sosok kharismatik seperti HRS. Ia bisa membangun jejaring dengan partai politik Islam yang masih konsisten dengan arah perjuangannya dalam menegakkan syariat Islam. Maka strategi kerjasama yang dapat dibangun selanjutnya adalah dengan mengajak koalisi partai yang sejalan dengan pemikiran politik Islamnya, yakni sama-sama ingin mewujudkan formalisasi syariat Islam.

Salah satu partai yang akan diajak koalisi adalah PKS dan Masyumi yang baru diaktifkan kembali beberapa minggu yang lalu. Untuk saat ini visi dan misi yang ingin digapai oleh Masyumi gaya baru adalah penerapan syariat Islam secara konstitusional. Keinginan seperti ini sama dengan cita-cita yang ingin diperjuangkan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Dengan demikian kekuatan formalisasi syariat Islam secara konstitusional akan semakin kuat.

Dari situlah Habib Rizieq akan mengajak untuk berkoalisi. Habib Rizieq memiliki jumlah massa yang cukup banyak untuk merebut kekuasaan dan merealisasikan formalisasi Islam secara konstitusional. Dengan langkah seperti ini maka tidak heran apabila sejak kedatangan HRS ke Indonesia diwarnai dengan berbagai upaya ‘pelemahan’ langkah politik oleh pemerintah.

Dari langkah ini sebenarnya pemerintah melakukan ‘blunder’ karena sudah menganggap bahwa HRS merupakan ancaman bagi negeri ini. Kondisi seperti ini justru membuat para simpatisannya akan memperkuat benteng pertahanan untuk mengawal HRS. Apabila negara melakukan represi terhadap HRS semakin kuat, maka kekuatan pendukung dari partisipannya juga akan semakin kuat. Apalagi, sekarang sedang ramai-ramai menerang Habib Rizieq karena kabur dari rumah sakit.

M. Mujibuddin SM
M. Mujibuddin SM
Alumnus Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru