26.7 C
Jakarta

Habib Luthfi bin Yahya dan Tugas Suci Para Ulama Memberantas Teroris

Artikel Trending

KhazanahTelaahHabib Luthfi bin Yahya dan Tugas Suci Para Ulama Memberantas Teroris
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Pada 30 Desember 2021 lalu, Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya atau yang akrab disapa Habib Luthfi, ditunjuk sebagai Ketua Kelompok Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Pembentukan gugus tugas pemuka agama atau ulama oleh BNPT. Lewat pembentukan Gugus Tugas tersebut, para ulama diharapkan berperan dalam penanggulangan terorisme di Indonesia.

Peran ulama dalam upaya memberantas terorisme di Indonesia menjadi sangat penting, hal ini karena para dedengkot terorisme bukanlah orang yang tidak paham agama. Lebih dari itu, keilmuan yang dimiliki oleh para teroris di Indonesia cukup tinggi, memiliki pesantren yang ditempati untuk mengenyam ilmu agama, seperti halnya: Abu Bakar Ba’asyir, Ali Ghufron, Hambali, Imam Samudra, Amrozi, dll. Kesemuanya adalah jebolan Jamaah Islamiyah (CNN Indonesia)

Dengan fakta demikian, peran ulama sebagai upaya memberantas terorisme yang di Indonesia sangat utama, sehingga ditunjuklah Habib Luthfi sebagai Ketua Ahli BNPT.  Jika melihat sepak terjang organisasinya, ulama karismatik asal pekalongan kelahiran 10 November 1947 itu tidak hanya sebagai seorang kiai dan pendakwah.

Ia juga menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia sejak 13 Desember 2019. Dirinya juga menjadi ketua MUI (Majelis Ulama Indonesia) Jawa Tengah serta menjadi ketua forum sufi internasional.  Keaktifan Habib Luthfi pada pelbagai organisasi keislaman menjadikan dia sebagai salah satu ulama karismatik yang dicintai oleh masyarakat Indonesia.

Ceramah santun dan meneduhkan

Habib Luthfi dalam setiap ceramahnya tidak pernah lepas untuk memberikan pemahaman tentang kebangsaan, persatuan yang harus dijaga oleh umat Islam yang tinggal di Indonesia. Penulis mengambil penggalan ceramah dalam Rutinan Selapanan Jum’at Kliwon Kanzus Sholawat Pekalongan Jum’at 7 Agustus 2020 yang disebarkan oleh aku youtube NU Chanel, berikut penyampaiannya:

“ Qolbun salim perlu dipupuk dalam diri karena itu luas artinya. Qalbun salim tidak hanya diakhirat saja, untuk di dunia juga. Bagaimana menerapkannya? umat Islam kompak dan rukun dengan segala kejadian yang ada, tidak mudah dibenturkan karena ruhnya hidup. jika ada berita, oh ini berita benar atau tidak, telinganya memfilter, di dukung oleh qolbun salim. Lalu berita fitnah yang lain akan memecah belah banga karena kita punya filter maka jiwanya hidup bisa menangkal berita tersebut sehingga tidak mudah terprovokasi dan membenci satu sama lain. Maka perlu dalam diri kita untuk meningkatkan Qolbun salim untuk menjaga kesatuan dan persatuan Indonesia”

BACA JUGA  Melihat Fenomena Takut Menikah, Benarkah Akibat dari Sistem Liberal?

Penggalan ceramah di atas hanyalah salah satu bagian dari ceramah yang memuat unsur kebangsaan, perdamaian yang diusung oleh Habib Luthfi. Lebih jauh, banyak sekali ceramah yang disampaikan oleh Habib Luthfi dalam menyikapi problematika kebangsaan saat ini, khususnya tentang perdamaian yang wajib dipupuk untuk keberlangsungan hidup bangsa Indonesia.

Pandangan Habib Luthfi tentang terorisme

Dilansir dari Kompas.com, Habib Luthfi menyampaikan bahwa terorisme dilatarbelakangi oleh banyak faktor, seperti; lingkungan, pertemanan bahkan keberadaan teknologi seperti akses media sosial yang cukup massif membuat seseorang ikut arus dalam aksi terorisme.

“Tema-tema agama bahwa pemerintahan sudah tidak sesuai lagi dengan apa yang kita anut, bisa melalui hp ke hp, pertemuan ke pertemuan, dengan mudahnya masyarakat termakan oleh hal-hal demikian,” ucap Habib Luthfi.

Apa yang disampaikan oleh Habib Lutfi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perpecahan bangsa Indonesia dengan motif kebencian terhadap pemerintah. Sehingga yang menerima informasi tersebut akan beralih pada kelompok Islam yang lebih menjanjikan kenyamanan, pindah kepada kelompok Islam yang memberikan kedamaian hati melalui janji syurga, meskipun melegalkan kekerasan bahkan pembunuhan.

Dengan penjelasan demikian, peran tokoh agama dalam menangkal terorisme sebagai upaya pencegahan, menyampaikan kepada masyarakat, anak muda dan seluruh golongan menjadi upaya yang harus terus digencarkan.

Fakta itu harus bisa disadari oleh para tokoh agama sebagai orang yang terjun dalam bidang dakwah menyampaikan kebenaran, dan menjadi educator bagi masyarakat luas. Apalagi dalam memberikan pemahaman tentang kerukunan umat beragama yang cukup kompleks, masyarakat harus diberikan pemahaman yang utuh bagaimana cara menyikapi perbedaan yang ada, informasi yang menimbulkan perpecahan.

Ruang itu harus diambil oleh tokoh agama untuk meminimalisir perpecahan antar umat dan menjaga kesatuan dan persatuan Republik Indonesia. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru