27.5 C
Jakarta

Gus Nur dan Predikat Ustadz yang Disandangnya

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanGus Nur dan Predikat Ustadz yang Disandangnya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Akhir-akhir ini ada seorang ustadz kondang yang gemar memprovokasi massa. Dialah Gus Nur atau Nur Sugik. Gus Nur seringkali menyampaikan dalam media sosial terlebih di akun YouTubenya terkait segala keburukan rezim orde baru meskipun itu hanya sebatas tuduhan semata.

Provokasi Gus Nur tentunya menggiring publik membenci pemerintah. Padahal Allah Swt. memerintahkan semua rakyat untuk mematuhi pemimpinnya karena pemimpin itu bagaikan nahkoda yang mengantarkan seseorang meraih kebajikan. Pemimpin memang manusia tentu banyak kesalahan yang pasti dia lakukan. Kesalahan-kesalahan tersebut sebaiknya direspon dengan pikiran yang terbuka sehingga tidak mudah dipersalahkan melainkan diperbaiki (ditegur).

Tindakan Gus Nur sekalipun menurutnya adalah kritik tidak selamanya dapat dibenarkan. Karena seorang ustadz hendaknya menyampaikan kata-kata yang bijak, santun, dan berakhlakul karimah. Ustadz tidak boleh memprovokasi massa sekalipun memiliki banyak pengaruh. Sebab provokasi itu akan mengantarkan para jamaah melakukan tindakan-tindakan ekstrim. Sebut saja demonstrasi, aksi-aksi teror, dan hate speech (ujaran kebencian).

Ustadz-ustadz seperti Gus Nur bisa dikatakan banyak di Indonesia. Mereka memiliki pemikiran yang serupa seperti ustadz Khalid Basalamah, ustadz Maher at-Thuwailibi, ustadz Felix Siauw, dan beberapa ustadz ekstrimis yang lain. Mereka menghadirkan kebencian di tengah-tengah masyarakat dengan cara berlindung di balik teks-teks keagamaan. Ustad semacam itu tak ubahnya para kafir Quraisy yang menentang dakwah Nabi Muhammad Saw. dan gemar menjual ayat-ayat untuk kepentingan pribadi.

Sebagai rakyat hendaknya kita tetap patuh kepada pemimpin karena itu adalah perintah agama. Tidak perlu terprovokasi oleh ustadz-ustadz radikal seperti Gus Nur itu. Kita tetep fokus melakukan segala hal yang baik demi kemajuan tanah air. Mencintai tanah air bagian dari syariat Islam. Sedangkan, memprovokasi massa merupakan bagian dari ekspresi ketidaksukaan terhadap tanah air. Sungguh mereka sangat berdosa!

BACA JUGA  Benarkah Politik Sebatas Menang-Kalah, Bukan Benar-Salah?

Ditindaknya Gus Nur oleh aparat kepolisian karena sikap provokatifnya merupakan bagian dari konsekuensi perbuatannya sendiri. Sebut saja, menghina NU sebagai transportasi yang sopirnya ugal-ugalan. Gus Nur hendaknya menerima hal itu. Tidak perlu membenarkan sendiri dan tetap menyalahkan orang lain. Siapapun yang menanam kebaikan maka dia akan memetiknya. Sebaliknya, ia yang menanam keburukan maka ia akan menerima konsekuensinya sendiri.

Sesungguhnya Gus Nur tidak pantas menyandang status ustadz karena perkataan dan perbuatannya bertentangan dengan karakteristik seorang ustadz. Karakteristik ustadz itu meliputi bertutur kata yang sopan, melakukan perbuatan yang santun dan menegakkan nilai-nilai moderasi. Kita bisa meniru ustadz-ustadz yang baik ketika bertutur selalu menggunakan hati sehingga diterima di hati pula oleh para jamaahnya. Semisal, ustadz Quraish Shihab yang dalam menyampaikan dakwah selalu dengan menggunakan pesan-pesan yang menggugah sehingga kehadirannya diterima tanpa dipersoalkan. Quraish Shihab tidak pernah memprovokasi massa malahan mempersatukannya karena persatuan adalah sesuatu yang dikehendaki oleh Islam.

Sebagai penutup, Gus Nur hendaknya melakukan titik balik dalam hidupnya setelah keluar dari jeruji besi. Jadikan hukuman yang dijalaninya sebagai ibrah dari perjalanan hidupnya. Jadilah ustadz yang cukup menyampaikan pesan-pesan moderasi sehingga mampu mempersatukan perpecahan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru