31 C
Jakarta

Good Looking: Estetika Visual yang Penting dalam Dakwah

Artikel Trending

KhazanahOpiniGood Looking: Estetika Visual yang Penting dalam Dakwah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Beberapa waktu lalu, media ramai memberitakan potongan ucapan Menteri Agama, Fachrul Razi yang dalam banyak unggahan berkata bahwa radikalisme bisa masuk lewat orang-orang yang good looking, termasuk hafiz Quran. Banyak orang kebakaran jenggot menyerbu pernyataan Pak Menteri, dengan aneka pembenaran atas nama membela kebenaran.

Saya tidak dalam posisi mengomentari secara berlebihan preferensi Menteri Agama, Fachrul Razi yang berkata demikian, tapi poin utama yang harus disorot adalah soal kewaspadaan. Bahwa radikalisme bisa masuk lewat siapa saja; tidak terlepas rupawan atau tidak, ataupun punya kapasitas keilmuan agama dalam tafsir kebenarannya.

Radikalisme “Good Looking”

Mari kita sedikit melipir dari perdebatan tentang ucapan Menteri Agama itu. Kalau kita mencoba menelisik substansi good looking yang saat ini sedang hype, kita akan secara sadar bahwa good looking adalah privilege untuk mendapatkan akses lebih terhadap sesuatu. Dalam hal ini yang ingin saya eksplorasi adalah good looking dan dampak terhadap kemajuan dakwah.

Good looking, atau estetika visual sangat berpengaruh dalam penyampaian pesan dakwah. Setidak-tidaknya, ketika kita enggan mendengar petuah yang disampaikan seseorang, namun dalam benak kita sudah terstempel bahwa ia punya estetika visual yang baik, kita akan bersedia mendengarkannya. Poinnya adalah: good looking, atau ditarik lebih panjang menjadi estetika visual, memiliki fungsi sangat penting dalam dakwah.

Kita bisa lihat bagaimana ustaz-ustaz dengan gaya dan tampilan anak muda yang mampu menyihir sejumlah kalangan. Nama mereka meroket. Misi mereka barang kali tercapai. Dan, ideologi atau pemahaman keagamaan mereka tersampaikan secara cantik kepada publik. Dengan menggunakan bungkus yang indah, isi atau konten dakwah mereka “laku” di pasaran.

Tidak hanya pembawaan atau tampilan yang trendi lagi modis–anak muda banget, tapi konten dakwah di berbagai media sosial mereka pun ciamik. Mulai dari video, gambar, sampai audio berupa podcast mereka buat dengan niat dan rapi. Mereka menyadari bahwa estetika visual menjadi hal yang esensial dalam proses dakwah di era digital.

Di era digital seperti sekarang, adu argumentasi tentu tidak hanya perang gagasan dan pemikiran, tapi juga keindahan atau estetika visual yang dipublikasikan. Kita semua sepakat untuk kontra terhadap narasi radikalisme-ekstremisme, dan ketidaksetujuan terhadap hal tersebut tidak lagi bisa hanya disampaikan melalui pidato yang menggebu atau tulisan yang menggugah. Penyampaian dalam bentuk media kreatif menjadi penting, dan bahkan bisa jadi yang utama.

BACA JUGA  Film Horor Berlatar Agama, Seberapa Berbahaya?

Berdakwah tentang keindahan Islam dalam rupa toleransi, menerima kemajemukan, menjungjung tinggi kemanusiaan, dan mementingkan kebangsaan-keindonesiaan harus dibalut dengan keindahan visual. Hal yang indah apabila tidak dikemas dengan baik tidak akan terlalu ditangkap oleh masyarakat, khususnya milenial. Mereka, objek dakwah hari ini adalah pengguna media sosial yang aktif, maka estetika visual dalam meresonansikan Islam yang ramah menjadi keharusan.

Dakwah adalah usaha menyampaikan kebenaran Islam dengan cara yang baik dan indah. Dakwah hari ini sudah berbeda dengan ratusan tahun lalu; metode, pendekatan, serta bentuk dakwah pun berbeda. Hari ini kita hidup dalam era digital, semua ada dalam genggaman. Seluruh aktivitas utama manusia modern dipengaruhi oleh isi gawai.

Pembentukan karakter dan pemikiran pun tentu dipengaruhi oleh apa yang dibaca, didengar, dan ditonton pada gawai. Termasuk orientasi keislaman seseorang. Masyarakan urban yang kesehariannya disibukkan dengan aktivitas melalui media digital, pasti mereguk nilai, ilmu, dan amal Islam dari internet. Mereka membuka Youtube, Instagram, Facebook, hingga portal-portal media Islam untuk mencari tahu tentang suatu hukum atau hikmah Islam. Mereka menggunakan mesin pencarian untuk mendapatkan informasi tentang apa yang ingin diketahui.

Daftar alamat portal media Islam pada halaman pertama, khususnya yang teratas akan menjadi pilihan. Mereka membaca kemudian mengamini, selanjutnya pemahaman itu masuk ke dalam alam bawah sadar dan menjadi pengamalan konkret. Kalau itu sesuatu hal yang tidak tepat, mengerikan bagi kehidupan kemasyarakat dan kebangsaan, entah berapa banyak individu yang punya pemahaman keliru. Berawal dari penasaran dan ingin belajar malah berlanjut pada kekakuan-keekstreman beragama.

Kemampuan menggunakan berbagai macam instrumen teknologi digital untuk menghasilkan konten dakwah yang indah harus terus dipelajari. Ketika kita tahu bahwa masyarakat adalah pengguna media sosial, namun kita abai dan memilih menggunakan pendekatan dakwah yang kuno dan biasa saja, malah akan sulit. Pesan kedamaian yang kita suarakan tidak akan menggema. Media digital harus menjadi arena sekaligus sarana menggelorakan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

Good looking atau estetika visual dalam arti yang lebih luas tidak dapat dimungkiri mempunyai peran penting dalam usaha menyampaikan pemikiran. Kesadaran itu harus terus dibangun, dan dipraktikkan dalam bentuk pelatihan keterampilan menggunakan media digital. Membumikan keterampilan tersebut kepada para Islamis ramah nan toleran sama dengan upaya dakwah itu sendiri.

Akbar Malik
Akbar Malik
Mahasiswa FIB Undip. Menyukai isu keberagaman, kemanusiaan, dan kebudayaan. Sesekali menulis esai di sejumlah media online.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru