Harakatuna.com- Jika kehidupanmu hari ini mengikuti FYP TikTok, mulai dari makanan, tempat nongkrong, hingga gaya hidup, berarti sedang tidak baik-baik saja. Mengapa demikian? Artinya siklus kehidupan yang dijalani oleh kamu menjadikan media sosial sebagai standar. Jelas! Kondisi ini sangat mengkhawatirkan karena selain ikut-ikutan, seseorang yang hidup berdasarkan standar media sosial, akan merasa ketinggalan zaman dan kurang update terhadap sesuatu yang sedang marak dibicarakan.
Dalam rilis dari DataReposrtal tentang Digital 2023 October Global Statshot Report, setidaknya telah ada 106.518.000 pengguna aplikasi TikTok di tanah air pada Oktober 2023. Kondisi ini membuat negara Indonesia menjadi negara terbesar ketiga pengguna TikTok. Pengguna TikTok didominasi oleh Generasi Z, mayoritas Gen Z menggunakan aplikasi TikTok (24%) sebagai sumber informasi dalam kehidupannya. Youtube menjadi posisi selanjutnya dengan presentase 23%, kemudian Instagram dengan angka 22%.
Gen Z juga dikenal sebagai kelompok masyarakat yang mengakses TikTok dengan durasi panjang dalam satu kali kesempatan akses. Dengan kondisi ini berarti, informasi yang disampaikan melalui TikTok akan lebih banyak diakses oleh Gen Z dibandingkan dengan aplikasi lain. Oleh karena itu, FYP TikTok akan berpengaruh terhadap kehidupan seseorang, utamanya Gen Z, sebagai kelompok yang paling banyak menggunakan TikTok.
HTI dan Bayang-bayang Virus Radikalisme
Kondisi ini memang perlu menjadi perhatian kita semua karena, kita seperti kehilangan arah dalam menentukan kehidupan atau menjalani kehidupan sehari-hari. Sebab segala referensi mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, semua bergantung pada media sosial. Bahkan setiap barang yang digunakan, bisa jadi dibeli karena sedang viral.
Di antara banyaknya aspek kehidupan yang menjadikan media sosial sebagai standar, salah satu aspek yang mengkhawatirkan pula adalah informasi keagamaan. Virus radikalisme/terorisme, juga dikhawatirkan terdapat di TikTok.
Dibubarkannya HTI sejak 2017 silam bukanlah sebuah kenyataan akhir yang diterima oleh masyarakat Indonesia. Reinkarnasi organisasi licik terlarang ini terus menjelma dan eksis dalam berbagai ruang kehidupan, masuk dalam berbagai sektor yang membuat kita, utamanya generasi milenial, akan semakin kecolongan jika tidak segera mengambil peran di dalamnya.
Representasi ustaz-ustaz hijrah atau kajian-kajian yang mengajak anak muda untuk berjunga kembali pada Islam dan FYP di TikTok, menjadi salah satu tantangan besar. kondisi tersebut menciptakan ruang aman tersendiri bagi Gen Z dalam menjalani kehidupan di tengah ketidakpastian, pencarian identitas, hingga hausnya informasi agama yang relate dengan kehidupan pribadi.
Gerakan yang sangat apik untuk menyebarkan ideologi khilafah tidak pernah surut. Sebab seluruh tulisan-tulisan di dalamnya, menyerukan untuk diterapkannya sistem khilafah. Tantangan bonus demografi semakin membuka cakrawala, serta tidak bisa menafikkan kenyataan yang nantinya akan diisi oleh mereka, para pengikut khilafah. Maraknya konten-konten keagamaan di media sosial yang tidak terbendung, tidak sedikit dari mereka yang jatuh hati ikut dalam berbagai pemikiran. Konten keagamaan yang tidak diterima secara utuh menyebabkan kesalahpahaman dalam memaknai konsesus negara, narasi intoleransi, serta penolak-penolakan terhadap sistem pemerintahan yang tidak bersyariah dan menyimpang dari ajaran Islam.
Anak Muda dan Sinergi Membangun Bangsa
Tanpa menegasikan pemuda-pemuda lainnya. Secara de jure dan de facto, anak muda memiliki peran untuk berani melawan arus utama radikalisme yang semakin lama kian tidak terbendung. Semua harus optimis dengan melakukan berbagai cara, menebarkan konten-konten positif, ikut serta terhadap penggunaan media sosial secara santun, literatur keislaman yang mumpuni, pengetahuan yang bisa dipertanggung jawabkan serta komitmen penuh terhadap negara Pancasila.
Platform media sosial seperti TikTok, perlu diperbanyak dengan konten-konten keagamaan yang menampilkan Islam dan damai. Dengan begitu, informasi keagamaan yang dikonsumsi oleh Gen Z, akan sangat beragam. Hari ini kita sedang berebut FYP TikTok agar konten yang diproduksi bisa menjangkau oleh banyak Gen Z. Tentu hal yang paling penting adalah substansi dari konten keagamaan yakni Islam yang bernafaskan kebangsaan dan kecintaan terhadap NKRI, bukan justru menyerukan penegakan khilafah di Indonesia. Wallahu A’lam.