30.8 C
Jakarta
spot_img

Gembar-gembor Solusi Jihad dan Khilafah Muslimah HTI dalam Bela Palestina

Artikel Trending

KhazanahPerspektifGembar-gembor Solusi Jihad dan Khilafah Muslimah HTI dalam Bela Palestina
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Aksi Bela Palestina yang tergelar kurang lebih di 22 kota kembali diramaikan oleh kelompok terlarang, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), pada 2 Februari 2025, kemarin. Aksi yang diikuti dalam jumlah yang cukup besar ditengarai banyak tergabung dari kelompok Muslimah perempuan, meskipun juga hadir muslim laki-laki. Mereka sangat antusias dan bersemangat melakukan aksi militan membela para saudara muslim Palestina. Meski pada akhirnya ada maksud terselubung yang bermuara pada kampanye penegakan khilafah.

Beberapa hari lalu, saya membaca narasi di Facebook yang digaungkan oleh kelompok Muslimah HTI terkait “Aksi Bela Palestina dan urgensi menegakkan khilafah Islam tanpa kekerasan”. Dalam narasi tulisan tersebut para Muslimah HTI sangat berempati terhadap apa yang dirasakan oleh saudara kita di Palestina. Termasuk merespon berita kesepakatan gencatan senjata di wilayah Gaza, serangan Palestina pada awal Februari kemarin, hingga respon perlawanan terhadap Amerika maupun polemik yang dibawa Trump dianggap akan memicu konflik baru.

Narasi yang mengabarkan soal serangan terhadap Palestina memang merupakan salah satu langkah para Muslimah HTI dalam melakukan perlawanan. Begitu pula, banyak fenomena kelompok Islam transnasional ini selalu menunggangi isu terkini—yang berujung pada provokasi kampanye pendirian negara khilafah. Isu-isu ini meliputi pembebasan Palestina, isu makan bergizi gratis, isu pagar laut, hingga isu gas elpiji 3 kilogram, dan banyak lainnya.

Dari aksi yang tersebar, tidak bisa disangkal bahwa kelompok mereka telah menggurita sedemikian banyaknya dengan membangun upaya penetrasi ideologi yang sangat halus. Terlebih, aksi yang membesar tidak ditemukan indikasi mereka melakukan tindak aksi teror atau kekerasan. Sebagaimana narasi yang  ditulis oleh mereka di atas. Meskipun pada momentumnya—HTI telah dibubarkan pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Juli 2017 berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2017.

HTI memiliki agenda memperjuangkan ideologi khilafah Islamiyah, sudah barang tentu bertentangan dengan ideologi Pancasila dan UUD 1945. Bahkan pelarangan HTI pada 2017 hanya sebatas legal formal—yang sekenanya dari tokoh-tokoh HTI beserta simbol, atribut, dan antek-anteknya tidak dilarang. Bahkan, kini mereka masuk dan mengkampanyekan ideologi jihad dan khilafah dengan banyak nama lain, nama populer, tak hanya istilah Arab.

Muslimah HTI; Simpul Penting Jaringan

Strategi tak kalah jitu juga menyasar pada kalangan perempuan dan ibu-ibu. Penyasaran yang dilakukan kalangan perempuan, tidak bisa diremehkan. Ideologi HTI yang digaung-lantangkan oleh para Muslimah HTI selalu menyasar berbagai opini publik. Mereka menuliskan narasi keagamaan tekstual dan diskursus akademik yang kuat mempengaruhi kepercayaan dan pemikiran yang mengarah pada satu ideologi, satu cita-cita, yakni Khilafah Islamiyah.

Istimewanya, kelompok Muslimah HTI memiliki latar belakang akademik yang cukup baik. Bahkan mereka berprofesi sebagai guru, dosen, profesor, pengusaha, ASN, dan lain sebagainya. Sebab itu, mereka dapat membangun narasi ciamik sembari dengan sangat solid membangun komunitas, ruang kajian keagamaan di banyak mimbar, dengan basis kuatnya kepercayaan dan ikatan emosional mereka.

Mereka juga bisa mempengaruhi keyakinan dari ranah keseharian para perempuan saat berkumpul maupun berbincang di antara kelompok-kelompok kecil. Laporan IPAC yang secara khusus membahas mengenai perempuan dan radikalisme melalui jurnal Siti Mupida berjudul New Media dan Konflik Ekstremis Perempuan Indonesia memaparkan bahwa keterlibatan perempuan yang terpengaruh paham radikal mudah disinyalir melalui pertalian peran orang-orang terdekat misal keluarga, kerabat, majelis kelompok kecil—yang tidak jelas haluannya, hingga terpapar paham radikalisme melalui media sosial.

BACA JUGA  Mewaspadai Taktik Baru Rekrutmen Anggota Baru Kelompok Radikal-Terorisme

Dalam banyak penelitian, media sosial sangat mempengaruhi seseorang dengan sangat efektif. Salah satu faktor yang juga kerap terjadi misalnya, para perempuan ini dalam banyak kasus memiliki masalah yang cukup besar sehingga mendorong mereka mencari komunitas baru untuk menjadi jalan keluar dengan “memurnikan diri” melalui agama. Sehingga kemudian banyak berita beredar bahwa memang mudah mendoktrin ideologi ekstremisme dan menjaring banyak kader dari kalangan perempuan.

Menanggapi Solusi Jihad dan Khilafah

Kembali pada narasi jihad dan khilafah Muslimah HTI di atas, bahwa solusi atas derita kemanusiaan Palestina atas kekejaman Israel maupun reaksi Amerika, tetap pada tawaran jihad dan khilafah, tanpa kekerasan. Akan tetapi, penting untuk kita semua memahami apa urgensi solusi kelompok transnasionalis tawarkan. Jihad yang merupakan ideologi mereka memiliki konteks pemahaman tersendiri yang cukup keras dan justru keyakinannya berbeda dengan ideologi kebangsaan maupun Islam ramah.

Membaca pembahasan Fikih Jihad Hizbut Tahrir Indonesia yang ditulis Azman, memaparkan bahwa perintah jihad HT sangat jelas didasarkan pada Kitabullah dan Sunnah yang tidak perlu lagi ditakwil. Mereka menolak pengerdilan makna jihad yang hanya sebatas usaha seorang muslim untuk melawan hawa nafsunya. Lebih dari itu, HT mendasarkan pemikiran jihad dengan mengutip secara tekstual—pendapat empat ulama fikih yang terkenal. Dalam empat pemikiran ulama tersebut, bisa disimpulkan bahwa makna jihad adalah pengerahan seluruh kemampuan dan tenaga dalam berperang di jalan Allah.

Sementara itu mereka tak lepas menggaungkan khilafah dalam jihad sebab menurut HT hukum jihad tak akan sempurna kecuali dengan adanya khilafah. Menurut mereka, khilafah wajib ditegakkan agar hukum-hukum Islam dapat dijalankan dengan sempurna. HT juga mendasarkan khilafah karena iktikad mereka mewarisi jejak Rasulullah dalam masanya mendirikan khilafah.

Padahal, keyakinan ini telah dibantah sebetulnya oleh banyak pihak. Bahwa merujuk dalam ayat Al-Qur’an, tidak benar jika mendirikan khilafah adalah solusi. Nadirsyah Hosen dalam artikelnya berjudul “Benarkah Allah Menjanjikan Kembalinya Khilafah?” membahas bahwa kelompok HTI mengelabui solusi khilafah dengan merujuk pada surah an-Nur ayat 55.

Bahwa menurut mereka kembalinya khilafah sebagai wujud kekuasaan Islam merupakan janji Allah SWT adalah lemah dan keliru memahami makna tafsir. Kesimpulan surat tersebut tidak bicara soal sistem pemerintahan khilafah, bahkan kembalinya khilafah setelah bubar telah ditelisik dari berbagai sumber kitab tafsir—tidak satu pun menyinggung akan kembalinya Khilafah ‘ala Minhajin Nubuwwah.

Maka, solusi dan khilafah dari kelompok HTI adalah halusinasi mereka yang tidak bisa menerima kenyataan adanya NKRI. Dengungan Islam kafah, pentingnya Islam murni, untuk mendorong tegaknya negara Islam bukanlah solusi baik yang diwujudkan negeri ini. Jelas bertentangan. Begitu pula, aksi Bela Palestina yang digemborkan oleh kelompok ekstremis terutama Muslimah HTI dengan narasinya yang informatif-edukatif perlu dipahami secara kritis. Jangan hanya karena kita juga membela Palestina atas dasar kemanusiaan, kita ikut terperosok masuk golongan mereka.

Wallahu A’lam bi ash-Shawab…

Ni'am Khurotul Asna
Ni'am Khurotul Asna
Lulusan Pendidikan Agama Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung. Senang mendengarkan, mengkaji, dan menulis.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru