25.4 C
Jakarta

Gawat, Masjid Jadi Sarang Penyebaran Virus Corona

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanGawat, Masjid Jadi Sarang Penyebaran Virus Corona
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Masjid dibangun pada masa Nabi sebagai tempat yang berpotensi memberikan kemaslahatan. Salah satunya, melaksanakan shalat dan berdiskusi soal keagamaan. Dua hal ini masih dijalankan sampai sekarang.

Kemaslahatan masjid tentu tidak bertentangan dengan kaidah ushul fikih: “Dar’u al-mafasid awla min jalbi al-mashalih”. Menolak kemafsadatan lebih utama daripada menarik kemaslahatan. Lantas, bagaimana jika masjid lebih mementingkan kemaslahatan daripada menghindari kemafsadatan?

Masjid adalah tempat ibadah umat Islam. Islam sendiri adalah agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw. untuk menyelamatkan manusia dari segala macam kemafsadatan. Sebut saja, perbudakan, intimidasi perempuan, dan lain-lain.

Islam adalah agama yang mudah. Pada penggalan ayat Al-Qur’an disebutkan: “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Qs. al-Baqarah/2: 185).

Kemudahan ini sering diaplikasikan dalam Islam. Semisal, seorang musafir dapat menjamak dan meringkas shalatnya, orang yang udzur mendapatkan dispensasi tidak berpuasa, dan seterusnya. Kemudahan ini dianugerahkan Allah kepada manusia. Karena, kata Gus Mus, agama itu bukan buat Allah, tetapi buat manusia.

Agama itu buat manusia, maksudnya, hendaknya tidak mengganggu beberapa hal yang berkaitan dengan manusia: agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Lima hal ini sering disebut dengan “Daruriyyah al-Khamsah”, lima kebutuhan penting yang harus dijaga.

Kembali pada soal masjid yang masih mementingkan kemaslahatan shalat jamaah dibandingkan menghindari kemafsadatan Virus Corona merupakan suatu masalah yang berlawanan dengan nilai-nilai Islam yang lebih mementingkan keselamatan jiwa manusia. Nabi Muhammad Saw. sudah menyarankan umatnya shalat di rumah masing-masing atau dalam bahasa sekarang “social distancing”. Bahkan, redaksi azan “Hayya ala ash-Shalah” sebagai ajakan shalat berjamaah di masjid, diganti dengan redaksi “Shallu fi rihalikum”, shalat di rumah masing-masing.

BACA JUGA  Berpuasalah, Agar Kamu Selamat dari Kejahatan Radikalisme

Biasanya takmir masjid yang masih “ngotot” mengadakan shalat berjamaah secara tidak langsung telah melanggar aturan syariat dan imbauan pemerintah. Masjid semacam ini jelas menjadi sarang penyebaran Virus Corona. Penyebaran penyakit yang berbahaya. Penyakit yang telah meresahkan banyak orang di belahan dunia.

Dilansir dari media CNN Indonesia, baru-baru ini ditemukan tiga orang terdeteksi suspect Virus Corona di Masjid Kebon Jeruk Jakarta Barat. Terpaparnya jamaah ini jelas karena mereka masih nekat mengadakan perkumpulan di masjid tersebut berupa shalat jamaah. Itulah akibat dari apa yang mereka perbuat sendiri.

Melalui kenyataan ini dan melonjaknya angka positif Corona di Indonesia cukuplah menjadi pelajaran bagi kita semua untuk terus berhati-hati berinteraksi dengan banyak orang yang dikhawatirkan terpapar virus ini. Saya khawatir para jamaah yang nekat sudah lupa dengan pesan Al-Qur’an surah an-Nisa’ ayat 59 untuk mentaati keputusan pemerintah, seperti “social distancing”, menjaga jarak sosial ini.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru