Dengarkan artikel ini
Harakatuna.com. Pati. Mahasiswa STIBI harus mampu menggali kembali, menemukan dan mengkaji karya ulama’ nusantara. Hal tersebut diungkapkan oleh A. Ginanjar Sya’ban dalam sesi diskusi buku Mahakarya Islam Nusantara di kampus STIBI Syekh Jangkung, Kabupaten Pati, Sabtu siang (7/10).
Pesan tersebut ditegaskan kepada seluruh mahasiswa STIBI yang mengenyam program Sejarah Peradaban Islam (SPI) dengan logat medok khas Kabupaten Pati.
“Mayoritas Muslim Indonesia jarang memiliki perhatian terhadap karya ulama Nusantara. Padahal mereka memiliki banyak karya yang dahsyat, bahkan di Eropa, Tanah Haramain, Afrika, banyak karya ulama Nusantara yang karyanya masih digunakan bahkan populer hingga kini,” terang Ginanjar.
Alumni Lirboyo tersebut juga mengingatkan, “Kita itu kaya akan khazanah peradaban di dunia internasional dengan karya-karya ulama’ fenomenal kita, jika perhatian kita kurang maka karya ulama Nusantara akan musnah. Yang lebih ironi, akan banyak yang mematahkan dan menganggap ulama Nusantara hanya mitos, menganggap bahwa Islam Nusantara adalah sekadar Islam pinggiran,”
“Untuk itu, kita harus menggali karya mereka agar tidak menjadi bangsa yang kehilangan identitas software peradabannya,” lanjutnya.
Sejalan dengan Ginanjar, penulis buku Masterpiece Islam Nusantara Zainul Milal Bizawie menambahkan, “Sejarah itu bukan hanya cerita masa lalu perjalanan, akan tetapi, kita membuat sejarah untuk membangun masa depan, jelasnya.
Kegiatan yang dimotori oleh Pustaka Compass itu dihadiri oleh sivitas akademika STIBI, stake holder Kec. Kayen, dan Banom NU Kecamatan Kayen serta masyarakat sekitaran Kecamatan Kayen.
(fakhrudin)
