29.7 C
Jakarta

Gairah Perjuangan Abdul Qadir Hasan Baraja: Antara Ilusi dan Bayangan Semu

Artikel Trending

KhazanahTelaahGairah Perjuangan Abdul Qadir Hasan Baraja: Antara Ilusi dan Bayangan Semu
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Setelah penolakan yang panjang dari pelbagai pihak akan hadirnya khilafatul muslimin. Perlu kiranya kita semua mengetahui siapa pemimpin dibalik khilafatul muslimin yang secara gentleman dan tidak tahu malu melakukan konvoi dengan membentangkan spanduk-spanduk ajakan khilafah.

Sejak adanya konvoi itu, masyarakat dibuat tidak nyaman. Pelbagai opini publik muncul, perdebatan demi perdebatan semakin tidak terbendung. Hadirnya penjelasan densus 88 juga menjadi salah satu referensi wajib bagi kita untuk menolak hadirnya khilafatul muslimin.

Meskipun demikian, aktor  krusial yang perlu kita ketahui adalah pemimpin khilafatul muslimin, yakni Abdul Qadir Hasan Baraja, yang secara terang-terangan mengakui bahwa kehadiran khilafatul muslimin tidak lain adalah wujud panjang dari perjuangan Rosulullah sehingga terbentuklah organisasi yang berbasis khilafah itu.

Abdul Qadir Hasan Baraja lahir di Taliwang, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 10 Agustus 1944.  Ia bukanlah muslim biasa yang secara utuh ingin menjalankan perintah Allah dan Rasulullah. Ada misi yang terselubung dari sikapnya gairahnya yang berapi-api, yakni, melalui organisasi khilafatul muslimin, ia ingin khilafah bangkit dan menginginkan kaum muslim dipimpin oleh seorang khalifah.

Khilafatul muslimin ladang perjuangan

Di satu sisi kita berani tegas bahwa, organisasi khilafatul muslimin sangat bertentangan dengan Pancasila dan negara. Kehadiran pemerintah sebagai Lembaga yang bertugas secara resmi untuk mengurus negara sangat tidak diakui oleh pengikut khilafatul muslimin. Hal ini berdasarkan sepak terjang Abdul Qadir Hasan Baraja di masa lalu. Ia terlibat dalam aksi terorisme, yakni kasus terori Warman pada tahun 1979 dengan ditahan selama 3 tahun. Kemudian ditahan kembali selama 13 tahun karena berhubungan dengan kasus bom di Jawa Timur dan Borobudur pada tahun 1985.

“Yang harus kita ingat bahwa ketua atau pemimpin kelompok ini, itu adalah pernah terkait kasus terorisme. Jadi kalau nanti cari informasi tentang ketua, Abdul Qadir Baraja itu. Baraja itu dia terkait peristiwa teror sebelumnya,” ujar Aswin Siregar, Kepala Bagian Bantuan Operasi (Kabagbanops)dalam keterangannya, Rabu (1/6/2022).

Fakta tersebut menunjukkan, secara track record kepribadian, Abdul Qadir Hasan Baraja dekat sekali dengan terorisme. Apalagi, ia juga dengan Abu Bakar Ba’asyir, yang secara karir terorismenya, tidak bisa diganggu gugat.

BACA JUGA  Intrik Licik HTI: Menyebarkan Ideologi Khilafah Berkedok Isra’ Mi’raj

Meskipun demikian, ada fakta yang cukup membingungkan dari sosok Abdul Qadir Hasan Baraja bahwa, dalam wawancaranya dengan pihak suara.com, ia secara jelas mengklaim kehadiran convoi yang mengatasnamakan khilafatul muslimin berisi selebaran ajakan khilafah tersebut, merupakan salah satu strategi untuk mengenalkan kepada masyarakat tentang keberadaan organisasi islami itu. Dalam keterangannya, ia juga ingin mengenalkan kepada masyarakat tentang anggapan buruk yang selama ini disematkan kepada khilafah.

Lebih jauh, ia juga turut menyatakan anggota khilafatul muslimin ada orang yang taat kepada pancasila dan UUD-1945. Jika tidak taat pada kedua itu, maka berdosa dan masuk neraka. Ia juga menyangkal tentang keanggotaan khilafatul muslimin yang dekat sekali dengan terorisme. Padahal dirinya sendiri mantan nara pidana yang pernah terlibat terorisme. Benarkah penjelasan Abdul Qadir Hasan Baraja tersebut?

Wajib menolak apapun alasannya

Perlu dipahami bahwa, salah satu ambisi yang ingin dicapai oleh khilafatul muslimin yakni, mewadahi ummat Islam dalam berjama’ah melalui sistem kekhalifahan dan disebut Kekhalifahan Kaum Muslimin (Khilatul Muslimin) yang dipimpin oleh seorang Khalifah / Amirul Mu’minin.

Ini ambisi yang tidak jauh berbeda dengan HTI dan NII. Seperti apapun penjelasan Abdul Qadir Hasan Baraja berdasarkan wawancara yang dilansir di suara.com, kiranya menjadi bukti bahwa penjelasan itu sangatlah naif. Sebab berdasarkan ambisi keorganisasi, kehadiran khilafatul muslimin sangatlah bertentangan dengan cita-cita NKRI.

Seperti apapun penyangkalan yang diberikan oleh Abdul Qadir Hasan Baraja, kita belajar tentang gairah perjuangan yang luar biasa dari pemimpin khilafatul muslimin ini dengan kenaifan menjelaskan organisasinya. Kita juga bisa melihat bagaimana gairahnya yang berapi-api untuk menggerakkan massa melakukan konvoi demi mengenalkan organisasi yang sudah didirikannya pada tahun 1997 silam itu.  Jika dilihat dari misi keorganisasiannya, sangat berbeda dengan apa yang dijelaskan  Abdul Qadir Hasan Baraja ke publik. Dari penjelasan itulah kita juga menyadari, ambisi organisasi yang ditampilkan hanyalah khayalan semu dan ilusi semata. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru