31 C
Jakarta

FPI: Mazhab Skeptisisme Hari Ini

Artikel Trending

KhazanahPerspektifFPI: Mazhab Skeptisisme Hari Ini
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Meski sudah dinyatakan bubar barisan sejak akhir tahun kemarin, tetapi ide-ide ormas ini tetap akan terus lestari. Dalam rentang perjalanan antara 1998-2020, FPI memang turut serta mewarnai perjalanan umat beragama di Indonesia, khususnya umat Islam. Bulevar ormas yang satu ini dengan gerak gesitnya yang transnasional, memberikan dua dampak sekaligus. Dualisme ini yang seringkali mengalami benturan-benturan kecil yang tidak bisa terhindari.

Di satu sisi—atau lebih tepatnya dalam perspektif simpatisan FPI—mereka diklaim sebagai wasilah baru. Terbentuknya negara yang adil dan makmur seolah-olah ditentukan oleh visi dan misi yang ada dalam tubuh mereka. Sehingga dalam lintas perjalanan mereka, NKRI Bersyariah dimaksudkan sebagai konsep yang ideal.

Di sisi yang lain, ide-praksis dari FPI ditengarai sebagai munculnya bibit radikalisme. Atau mungkin dalam pandang yang lebih ekstrem lagi, ormas tersebut sudah menjadi sarang dari radikalisme sendiri. Hal-hal yang kerap dipertontonkan ormas tersebut dengan salah satu pentolan sekaligus imam besarnya kerap mendapat kritikan. Sementara klaim mereka sendiri, menguatkan bahwa yang dilakukan sudah mutlak sejalan dengan agama(Islam).

Catatan tetang aksi-aksi yang dipertontonkan tersebut dicatat dengan sangat cekatan oleh tirto.id. Total ada sekitar tujuh hal brutal dalam setiap perjalanan ormas tersebut, sejak didirikan sampai dibubarkan. Dari menggeruduk sekolahan sampai berulah di kantor kedutaan. Aksi-aksi brutal ini yang membuat sedikit-banyak orang memandang miring ormas yang diketuai Rizieq Shihab tersebut.

Patut dicatat pula, bahwa mereka selalu turun tangan setiap ada bencana yang melanda. Dari tsunami Aceh sampai Palu, ormas tersebut dengan nyata berkontribusi. Tetapi, keonaran yang dibuat mereka jauh lebih mendominasi daripada hal belusukan saat ada bencana. Dan  pasca-pulangnya Rizieq Shihab dari Mekkah mereka kembali beraksi dari kekerasan wacana sampai praksis.

Semenjak sang juru taktik dan pemegang kendali tersebut pulang dari tanah suci, kegaduhan bermunculan kembali. Keramaian saat penyambutan yang terus berlangsung sampai maulid di Petamburan. Kedua hal itu yang turut mendorong Rizieq Shihab mendekam di balik jeruji.

Skeptisisme dan Hegemoni Masa Lalu

Sebab FPI mengklaim dirinya ormas pembela Islam, maka mereka sendiri berlindung di balik baju agama. Tidak perlu terburu untuk menyanggah, saya akan jelaskan sedikit demi sedikit. Maksud dari berlindung di balik baju agama adalah segala sesuatu yang terlontar dari FPI, selalu atas nama agama. Sehingga, aksi-aksi brutal yang kerap dipertonton juga sejatinya berlindung di balik baju agama. Maka, tidak aneh, jika orang yang berusaha mengkronfrontasi hal tersebut justru dijudgement sebagai penentang syariat agama.

BACA JUGA  Puasa: Momentum Menahan Diri dari Nafsu Ekstremisme-Terorisme

Sejatinya mereka gagal paham ajaran Islam yang paling substansial dan ihwal di dalamnya. Secara lebih ringkas Islam terdiri atas dua kategori. Pertama, ajaran dasar yang bersifat absolut dan tidak bisa diganggu gugat. Kedua, ajaran bukan dasar yang bersifat nisbi. Sementara yang sering digembor-gemborkan oleh mereka lebih masuk pada ranah yang terakhir. Sewaktu-waktu bisa berubah seusai konteks yang ada (Harun Nasution, 1992: 122).

Di balik hal tersebut sejatinya muncul sebuah konservatisme agama. Hegemoni masa lalu masih saja turut mewarnai gerak-gerik mereka. Sehingga pernyataan Rizieq Shihab yang hendak mengkonstruk negara Indonesia menjadi negara bersyariah, bukan sesuatu yang aneh. Hal tersebut juga masih ada munasabah dengan fenomena pada tahun 2002, ormas tersebut menuntut agar memasukkan syariat Islam dalam pada pasal 29 UUD 24.

Hegemoni masa lalu yang dimaksud tidak lain adalah keberhasilan Islam masa awal yang menginspirasi mereka. Sehingga konsep Islam masa awal—yang memang selaras dengan konteks saat itu—dipandang sebagai sebuah konsep mutlak. Artinya, kemajuan dan kemakmuran hanya akan terpuni jika penerapan syariah Islam secara kafah. Tetapi, yang terlupa bahwa konteks dan realitas yang dihadapi saat ini jauh panggang dari api.

Mereka seolah-olah tidak siap menerima kemajemukan dalam tubuh negara. Sektarianisme turut mengungkung gerak-gerik mereka dalam khazanah Islam Indonesia. Penyerangan pekarangan sekolah Sang Timur dan memerintahkan agar menutup gereja, turut memperkuat tesis ini. Hal tersebut justru mencedarai dan menghapus nilai inklusif dalam tubuh agama Islam.

Sementara skeptisisme di tubuh ormas tersebut selalu muncul sebagai atensi atas kebijkan pemerintah. Skeptisisme sendiri, sebagaimana dalam Oxford Learner’s Dictionaries, temaktub [skepticism] an attitude of doubting that claim or statements are true or that something will happen. Kecurigaan terhadap sesuatu—dalam hal ini kebijakan—yang dianggap tidak benar dan jauh dari kata ideal. Sehingga perlawanan atas kebijakan terus bermunculan dari ormas tersebut.

Kritik terhadap kebijakan memang sesuatu yang niscaya, apalagi di negara yang konon demokratis. Tetapi, kritik yang amoral dan cenderung kepada aksi brutal patut dipersoalkan. Bagaimana pun mereka masih berlindung di balik baju Islam, sehingga ketidakwajaran yang muncul justru merekrut marwah Islam sendiri. Aksi brutal mereka yang condong profan sama sekali tidak layak menjadi bagian dari Islam. Dan beruntung, mereka dengan sedikit terpaksa bertekuk lutut di hadapan keputusan pemerintah, meski tidak mengaku kalah!

Moh Rofqil Bazikh
Moh Rofqil Bazikh
Mahasiswa Perbandingan Mazhab UIN Sunan Kalijaga. Mukim di Garawiksa Institute Yogyakarta. Menulis puisi di pelbagai media cetak dan online antara lain; Tempo, Kedaulatan Rakyat, Suara Merdeka, Tribun Jateng, Minggu Pagi, Merapi, Rakyat Sultra, Bali Pos, Harian Bhirawa, Lampung News, Analisa, Pos Bali, Banjarmasin Post, Malang Post, Radar Malang, Radar Banyuwangi, Radar Cirebon, Radar Madura, Cakra Bangsa, BMR Fox, Radar Jombang, Rakyat Sumbar, Radar Pagi, Kabar Madura, Takanta.id, Riau Pos, NusantaraNews, Mbludus.com, Galeri Buku Jakarta, Litera.co, KabarPesisir, Ideide.id, Asyikasyik.com, dll.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru