25.6 C
Jakarta
Array

Film Ayat-Ayat Cinta 2, Menampilkan Islam Penuh Kasih dan Toleran

Artikel Trending

Film Ayat-Ayat Cinta 2, Menampilkan Islam Penuh Kasih dan Toleran
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Film Ayat-Ayat Cinta 2, yang baru saja dilounching,  menuai berbagai reaksi dari masyarakat yang menontonnya. Pendapat suka dan tidak suka jelas mewarnai penayangan film yang diangkat dari novel yang ditulis Kang Abik. Wajar saja, sebab, karya seni memang tidak bisa memuaskan semua lapisan masyarakat.

Nah, ulasan yang akan dibahas kali ini akan melupakan sejenak celah-celah kekurangan dari film yang diperankan oleh sederet artis papan atas seperti Fedi Nuril, Tatjana Saphira, Dewi Sandra, Arie Untung, Pandji Pragiwaksono, Chelsea Islan, dan Dewi Irawan. Dari segi jumlah penonton yang hadir menyaksikan, film besutan dapur produksi MD Pictures ini telah menembus angka lebih dari 2.300.000. Prestasi spektakuler yang ditorehkan film dalam negeri yang pemutarannya hampir berbarengan dengan film luar negeri papan atas seperti Star Wars dan Jumanji.

Unik nan apiknya, selain menyoal isu cinta, film ini mengangkat topik Islam yang sarat cinta dan toleransi. Permasalahan kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia turut dibangkitkan kembali dalam film yang mendapuk diva kondang negeri ini sebagai pembawa lagu latar. Suara Rossa, Krisdayanti, Isyana Sarasvati, dan Raisa Andriana menghiasi musik yang menyemarakkan adegan demi adegan film yang menampilkan Fahri sebagai tokoh utama.

Film ini terbilang relevan sebagai oase di tengah gersangnya persatuan bangsa ini. Seperti yang masyarakat ketahui, Indonesia mulai memasuki fase darurat kerukunan dan persatuan. Politik terlalu keji memainkan isu SARA hingga menyebabkan bangsa ini nyaris terpecah. Politik memanas-manasi kelompok yang mayoritas seperti kaum muslim untuk menebar kebencian kepada mereka yang minoritas. Silang pendapat pun berbuntut demo sana-sini. Berita pengrusakan tempat ibadah kaum minoritas pun tak terelakan kabarnya. Anak-anak kecil pun kian berani mengolok-olok kawan sepermainannya yang memiliki keyakinan atau etnis yang berbeda.

Ambil Sisi Baik

Film ini mengingatkan masyarakat Indonesia untuk kembali berefleksi tentang pijakan yang selama ini mereka lupakan. Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang selama ini melandasi sikap bangsa pelan-pelan harus mulai disemai kesuburannya. Nilai-nilai mengenai perbedaan namun satu jua wajib kembali digenggam di jiwa maupun sikap dan perkataan setiap bangsa Indonesia. Pada salah satu adegan di film yang mengambil latar tempat di Edinburgh ini, Fahri, seorang dosen mengeluarkan pernyataan yang menampar penonton soal rasa nasionalisme yang mungkin telah goyah. Fahri melontarkan ujaran, “Pancasila itu di sini (sembari menunjuk bagian jantung, yang dimaksud hati). Bhinneka Tunggal Ika itu di mana-mana.” Betapa ini menyadarkan masyarakat Indonesia bahwa di manapun warga Indonesia berpijak, Pancasila semestinya tetap dipegang teguh.

Fahri juga memberikan cerminan kepada bangsa ini bagaimana seharusnya bersikap. Fahri mengingatkan kaum muslim tentang meskipun pemeluk agama Islam mendominasi di Indonesia, Pancasila tetap dijadikan landasan bersikap bagi warga negara Indonesia. Indonesia bukan negara yang dibangun di atas satu agama, bukan pula negara yang memegang asas agama. Indonesia berdiri berkat persatuan dan kesatuan banyak golongan. Fahri mencontohkan pula soal Islam tidak mengizinkan umatnya menanam kebencian kepada siapapun. Islam itu tentang damai dan berbuat baik kepada siapa saja. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu baik apapun keadaannya, meski itu menyakitkan. Fahri juga menekankan tentang yang harus dicinta ya cinta itu sendiri, dan yang harus dibenci ya kebencian itu sendiri.

Pesan yang disampaikan lewat film ini begitu mendalam tentang kesatuan dalam keberagaman. Betapa kebaikan hanya soal kemanusian, kebaikan tidak perlu pandang bulu. Tolong menolong tidak lantas harus melihat dulu apa agama orang yang akan ditolong. Perang bukan tentang agama yang buruk melainkan sikap picik yang memang ada di jiwa orang itu. Agama tetap mengajarkan kebaikan. Film ini juga membawa kesejukan bahwa teroris itu bukan soal agamanya. Citra kaum muslim dan Islam yang selama ini dipikirkan oleh sebagian besar kaum barat merupakan salah besar. Islam adalah agama yang cinta damai dan penuh kasih serta rahmat dari Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Keindahan Islam diwujudkan Fahri lewat sikapnya yang tidak pernah marah meski banyak orang lain agama menjahatinya. Fahri ingin mengubah anggapan orang, Islam bukan penghancur dunia.

Lagi-lagi, penonton harus cerdas dalam memetik sisi positif dari film yang tayang. Ayat-Ayat Cinta 2 mungkin terlihat naïf karena menampilkan sosok Fahri yang terlalu sempurna dan baik untuk ukuran manusia. Namun, bukan tidak mungkin para penonton ikut membenahi diri supaya bisa mendekati gambaran sosok Fahri tersebut. Fahri mungkin adalah jawaban kegelisahan masyarakat mengenai perdamaian. Fahri menyuruh bangsa ini bersatu padu menghadirkan kerukunan serta persatuan di Indonesia, apapun situasinya. Jika itu telah dilaksanakan, gesekan dan gangguan macam apapun tidak akan mampu menghancurkan persatuan bangsa ini.

*Shela Kusumaningtyas, Alumnus Ilmu Komunikasi Undip, Bergelut dalam dunia tulis.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru