26.1 C
Jakarta

Felix Siauw dan Mengingati Khilafah yang Absurd

Artikel Trending

Milenial IslamFelix Siauw dan Mengingati Khilafah yang Absurd
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Saya menyadari Felix Siauw bertepuk dada saat menjelaskan tentang Khilafah. Dia mengatakan bahwa khilafah adalah masa depan umat Islam. Namun banyak orang menistakannya. Menurutnya, orang-orang yang menistakan dan alergi pada khilafah ini kemungkinan punya dua kendala.

Pertama, buta sejarah dan tidak kurang pengetahuannya. Kedua, penguasa ini tahu betul, bahwa khilafah itu bukan hanya sejarah dan masa lalu seperti IRS. Tapi juga masa depan, kepastian janji dari Allah dan Rasul-Nya, umbuhnya.

Felix Mengada-ngada

Pengetahuan Felix Siauw terhadap sejarah berjalannya bangsa-bangsa dunia teranggap sudah final. Karena itulah dia bisa mengklaim bahwa yang lain tidak tahu total.

Berawal dengan klaim sana-sini, Felix Siauw membuat kompilasi pikiran dan narasi sejarah yang kosong. Menurutnya, bila Kristen Katolik Eropa Barat bersatu di bawah IRS, maka Eropa Timur dengan Kristen Ortodoksnya bersatu di bawah Kekaisaran Byzantium, dengan Konstantinopel ibu kotanya dan bersatu dengan di bawah satu komando, maka apakah kaum muslim punya kisah yang sama?

Menurut Felix Siauw, Islam punya cerita yang sama. Felix membuat sinopsis dengan mengawali cerita tersebut dari kisah Perang Salib. Bagi Felix, Perang Salib seharus diterima sebagai konsekuensi kewajaran sejarah. Namun, begitu bahasannya tentang Khilafah, tentang jihad fisabilillah, mendadak orang alergi.

Bagi Felix Siauw, Khilafah adalah kepastian sejarah, sama seperti IRS, Khilafah, dan bagian-bagiannya yang waktu itu melindungi tumpah darah kaum muslim saat Perang Salib. Masa khilafah, Sultan Utsmani Mehmed Celebi mengutus Walisongo hingga Nusantara bisa mengenal Islam, yang akhirnya jadi inspirasi kemerdekaan. Menurutnya pula, khalifah yang menerima baiat Sultan Agung dari Kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. Juga yang memerintahkan kapal-kapal perangnya menjaga Aceh dari rongrongan Belanda. Maka itu menurutnya, khilafah pernah ada di Indonesia dan Indonesia sudah pernah melaksanakan sistem khilafah.

BACA JUGA  Ketika Ulama dan Intelektual Membebek Pada Penguasa

Cerita Kosong

Dari mana cerita itu didapat? Saya kira hanya Felix Siauwlah yang memiliki cerita itu sendiri. Sedangkan kita bahkan sejarawan Indonesia/Indonesianis tidak pernah memiliki data, fakta dan pengetahuan termaksud, sehingga bisa dikatan tidak berpengetahuan oleh Felix.

Tapi benarkah cerita  Siauw di atas? Sudah terlalu banyak bantahan-bantahan yang dilontarkan oleh professor dan ahli sejarah di Indonesia tentang itu. Bahkan film-film yang dibuat oleh kelompok Felix Siauw sudah dibantah total oleh pengamat sejarah seperti Peter Cerey dan Azyumardi Azra.

Jadi apa yang tersisa dari cerita Felix Siauw? Tidak ada, selain kekosongan. Felix hanyalah pembuat narasi yang tumpul akan pembutian sejarah. Dia dari dulu hingga sekarang hanyalah sering bermain-bermain dengan narasi-narasi bahkan narasi cerita yang kental dengan kesalahan dan kebohongan.

Di Indonesia hingga dulu sampai sekarang tidak ada sistem khilafah. Bahkan tidak pernah sistem khilafah diterapkan di Indonesia. Indonesia hanyalah pernah menerapkan sistem kesultanan dan terakhir sistem demokrasi Pancasila. Mengapa sistem tersebut dibuat, sebab negara dan bangsa yang membutuhkannya. Dan terbukti, sampai saat ini, sistem yang dipeluk Indonesia itu menjarab karena bisa membantu umat manusia Indonesia dan bisa menjawab tantangan zaman.

Jadi, anggapan Felix bahwa orang yang menolak dan sudah tidak mau menerima/menceritakan khilafah bukan berarti tidak tahu, melainkan lebih tahu darinya tentang pengetahuan khilafah bahkan maqasidnya. Jadi, sebenarnya yang tidak tahu dan buta sejarah adalalah siapa?

Felix menjabarkan panjang lebar tentang khilafah sekadar hanya ingin menabar janji akan kepalsuan khilafah. Sebab, khilafah sampai saat ini belumlah terbukti keberadaannya, karena tidak ada dalam catatan sejarah. Jadi sistem khilafah di Indonesia tidak pernah dan tak akan pernah ada.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru