29.7 C
Jakarta

Fasilitator Keuangan ISIS (I): WNI Tertangkap Basah Jajakan Hidupnya ke ISIS

Artikel Trending

Milenial IslamFasilitator Keuangan ISIS (I): WNI Tertangkap Basah Jajakan Hidupnya ke ISIS
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Lagi-lagi aktivis ISIS Indonesia tertangkap basah. Ia lagi beroperasi dengan menjajakan diri sebagai fasilitator keuangan ISIS yang beroperasi di tiga negara, salah satunya Indonesia.

Bagi yang konsen di bidang ini, persoalan penyaluran dana ISIS di Indonesia bukan hal baru. Sudah sejak lama kita membuka Pandora itu. Namun, hari ini kembali mencuat setelah Amerika Serikat (AS) menjatuhkan sanksi terhadap lima negara Indonesia (WNI), yang dituding sebagai bagian jaringan fasilitator keuangan Negara Islam Irak dan Suriah (Islamic State of Iraq and Syriah/ISIS) yang beraktivitas di Indonesia, Suriah dan Turki.

ISIS Kembali Beraksi

Apa yang baru dalam kasus pendanaan ini? Tidak ada. Namun, kasus ini menjadi besar, karena sebuah negara besar yang merespons kasus ini bahkan dalam sebuah forum besar pada pertemuan ke-16 Counter ISIS Finance Group (CIFG) Global Coalition to Defeat ISIS, yang terdiri hampir 70 negara dan organisasi internasional dan mengoordinasikan upaya melawan jaringan dukungan keuangan ISIS di seluruh dunia. Pada kesempatan ini pula, Amerika meminta semua negara untuk memantau dan menghentikan aktivitas pendanaan ISIS di seluruh negara.

Keseriusan ini, kita bisa lihat dalam catatan pernyataan AS, yang diunggah di situs resminya pada Senin (9/5), Departemen Keuangan AS dengan membekukan aset di AS. Bahkan AS tak tanggung dengan melarang warga Negeri Paman Sam itu untuk berurusan dengan mereka: para teroris ISIS.

Dalam pernyataan AS, ditemukan ada lima warga negara Indonesia yang terlibat dalam aksi ini. Di antaranya adalah Dwi Dahlia Susanti, Rudi Heryadi, Ari Kardian, Muhammad Dandi Adhiguna dan Dini Ramadhani. Melansir dari detiknews, kelimanya telah berperan penting membantu milisi teroris di Suriah. Mereka memfasilitasi perjalanan anggota ISIS ke Suriah dan wilayah operasi mereka yang lain. Mereka mambantu pengiriman dana untuk mendukung kegiatan milisi teroris ISIS di kamp-kamp pengungsi seperti di Suriah.

Profil Fasilitator Keuangan ISIS

Berikut profil lima warga Indonesia yang terlibat jaringan fasilitator keuangan ISIS dalam melakukan terorisme berdasarkan situs resmi depkeu Amerika Serikat:

  1. Muhammad Dandi Adhiguna, Lahir di Gresik, Jawa Tengah 30 Juli 1996. Ia berkebangsaan Indonesia, dengan bukti paspor Indonesia.
  2. Rudi Heryadi, Lahir di Cirebon, 21 September 1973. Laki-laki, berkebangsaan Indonesia. Ia terindikasi dengan ISIS.
  3. Aria Kardian, Lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat pada 16 Feb 1990. Ia memiliki paspor di Indonesia dan terkait dengan ISIS.
  4. Dini Ramadhani, Lahir pada 10 Mar 1993; nationality Indonesia. Berkelamin perempuan.
  5. Dwi Dahlia Susanti, dia bermukim di Idlib, Syria. Ia seorang perempuan dan lahir 28 Jul 1976. Dwi Dahlia Susanti telah menjadi fasilitator keuangan ISIS  sejak 2017 dan telah membantu anggota ISIS dengan pengiriman dana yang melibatkan individu di Indonesia, Turki, dan Suriah. Pada 2021, ia bersama dengan jaringannya diduga menyelundupkan anak-anak dan mengirimkan dana sekitar 4000 dolar AS untuk pendanaan ISIS.
BACA JUGA  2024: Momentum Memperkuat Demokrasi

Stop Aktivitas ISIS

Terkait pendanaan teroris ini, buku Pendanaan Terorisme di Indonesia (Harakatuna, 2021), sudah membongkar modus operasi para teroris dalam mengumpulkan dana untuk mendukung gerak terorsime di Indonesia dan pelbagai negara. Satu yang sangat penting dalam temuan buku ini, adalah para teroris secara ciamik telah mencederai terhadap sisi kemanusiaan dan fungsi agama, yaitu mereka menarik sumbangan dengan modus kemanusiaan dan keagamaan, yang sebanarnya hanyalah untuk dana aksi terorisme.

Aktivis teroris ini dengan mudah mengumpulkan dana baik dari pendanaan yang dikumpulkan melalui cara menaruk kotak amal di tempat makan-masjid. Mereka juga mengumpulkan melalui usaha-usaha kecil, menengah, dan donasi-donasi kemanusiaan di seluruh Indonesia. Yang paling mutakahir, mereka memanfaatkan teknologi modern, dengan bermain kartu kredit, internet banking, dan perdagangan global, sebagai sebuah gerak evolusi mereka.

Sayangnya, semua itu dilakukan oleh warga negara Indonesia. Lima WNI ini bersama para simpatisan ISIS yang lebih dari 40 negara, telah mengirimkan uang kepada individu-individu di kamp-kamp ISIS untuk mendukung kebangkitan ISIS di masa depan. Untungnya, mereka ini telah diketahui identitasnya dan segera mungkin ditindak tegas. Semoga.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru