31.8 C
Jakarta
Array

Falsafah Krisis Eksistensi Syariah Islam

Artikel Trending

Falsafah Krisis Eksistensi Syariah Islam
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebuah pergerakan di dalam arena kebangsaan, remaja ini condong pada arah kompetisi rebut kekuasaan ideologi. Berasal dari lembaga-lembaga yang kabur sifat resminya tetapi memiliki doktrin kuat terhadap anggotanya. Perselisihan yang masih hangat yaitu gerakan nasionalisme kebangsaan dan syariat islam di Indonesia.

Secara resmi Indonesia berideologikan pancasila, yang di dalamnya terdapat indikator ketuhanan, kemanusiaan, peraatuan, kerakyatan, dan berujung tujuan kesejahteraan bangsa. Rumusan ini tidak lain merupakan gagasan para pendiri bangsa yang telah membawa Indonesia pada pintu kemerdekaan. Kemudian seiring berjalannya siklus ideologi, dirasa mengalami ketidakcocokan antara teoritis dan praktisnya. Sehingga memunculkan gerakan baru berlandaskan syariat islam dalam rangka mengubah ideologi bangsa.

Jika seperti itu, secara jelas syariat islam di sini berguna sebagai alat atau instrumen kompetisi kekuasaan dalam sistem negara. Hanya kemunafikan mengatasnamakan syariat islam, padahal tujuan utama adalah egoisme kekuasaan. Sekilah ini hanya isu belaka, di sisi lain realitas pergerakan adalah bentuk peradaban.

Mengulang sejarah era lengsernya presiden Soeharto, terjadi perang ideologi antara rakyat dan pemerintah berkuasa. Di mana, rakyat terwakili oleh PRD (Partai Rakyat Demokratik), dideklarasikan tahun 1996 sebagai oposisi radikal. Sebab akibat kemunculannya yaitu kejenuhan rakyat terhadap kepemimpinan Soeharto yang mengarah pada sistem otoriter. Kemudian kekuatan masa yang didorong ideologi demokrasi doktrinan dari Partai Rakyat Demokratik juga, berhasil melengserkan Soeharto beserta sistem otoriternya.

Dua tragedi ini, eksistensi demokrasi di era Soeharto dan eksistensi syariat islam sekarang terdapat suatu kemiripan pergerakan. Yaitu sebuah bentuk gerakan baru bersifat radikal ekstrim. Menariknya dari kasus ini pada eksistensi syariat islamnya, bukan eksis untuk menyebarkan syariat islam melainkan menciptakan sebuah arena kompetisi perebutan ideologi bangsa.

Krisis eksistensi syariat islam

Penanaman syariat islam secara paham umum, merupakan gerakan syiar agama islam karena Alloh Swt. Dalam kisah nusantara diceritakan, penyiar agama islam di tanah jawa yaitu walisongo menyebarkan islam dengan berbagai metode yang pada intinya tetap menganut jalan damai. Kemudian siklus membawa perubahan sistem syiar agama melalui metode pendidikan pondok pesantren masa sekarang ini.

Pendidikan di pondok pesantren ini sebagai strategi pergerakan pejuang agama islam karena Alloh Swt. dalam rangka mempertahankan keislaman generasi muda yang banyak dipengaruhi budaya modern. Melalui pembelajaran tauhid, ushul fiqih, akhlak, qur’an dan hadits mutlak bentuk pergerakan syiar islam. Namun tetap saja kepuasan syiar agama islam tidak cukup dengan itu saja. Doktrin nurani manusia untuk berjihad atas nama agama bukan karena Alloh Swt. lebih mudah diterima masyarakat.

Di sinilah titik kerancuan yang mengaburkan eksistensi syariat islam di Indonesia. Pergerakan-pergerakan lebih mengarah pada konsep radikal ekstrim. Isu-isu yang menggambarkan konsep tersebut baik individu maupun kelompok seperti serangan bom di titik keramaian khusus, yang mana maksud dari itu adalah berjihad atau syiar bela agama islam. Pergerakan lainnya seperti perlawanan oleh masa terhadap ideologi bangsa.

Menganalisa pergerakan melawan ideologi, hal seperti ini bukankah berlandaskan perpolitikan semata. Terangkum dalam kaidah pesan politik, lebih spesifik lagi pesan politik ideologis. Pesan tersebut berisikan pesan pragmatis, artinya penyampai pesan mengharapkan dari penerima pesan supaya melakukan tindakan masa saat momen-momen tertentu.

Mengutip contoh pesan pragmatis beserta kondisi latar kejadian seperti “Indonesia akan sejahtera jika menerapkan sistem pemerintahan berazaz syariat islam”, kemudian lagi “demokrasi tidak cocok diterapkan di Indonesia, yang tepat adalah sistem khilafah islamiyah”.

Lantas penerima pesan baik yang sudah terangkul maupun yang belum diharapkan bisa dikoordinir dalam aksi teror, demonstrasi terhadap kubu pertahanan pemerintah. Pesan pragmatis yang diusung oleh tim oposisi pergerakan radikal ekstrim akan semakin gencar mendekati proses pemilihan calon pemimpin, yakni rangka Pesta Demokrasi Indonesia.

Analisa seperti ini memungkinkan jika saja nanti terdapatnya suatu tujuan jangka panjang oleh pihak terkait, yaitu kesadaran oleh masa akan bentuk ideologi bangsa terbarukan. Kemudian muncul seseorang independen maupun partai yang mengaku pantas menjadi pemimpin bangsa sejatinya.

Walaupun berazaz syariat islam tetaplah menjadi kabur makna dari syiar agama islam. Bukannya menanamkan benih agama terhadap umat, melainkan rasa puas diri setelah mampu berkuasa dalam sebuah negeri. Yang menonjol dari syariat islam adalah eksistensi kekuasaan berpolitik bukan syiar agama islam melalui metode pembelajaran syariat sesungguhnya.

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru