32.9 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks ISIS (III): Eks Returnis ISIS Menemukan Cinta Sejatinya di Indonesia

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks ISIS (III): Eks Returnis ISIS Menemukan Cinta Sejatinya di...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sebut saja saya Ray. Saya miliki pengalaman yang menurut saya perlu untuk dibagi, tentang kesalah-pahaman dalam memahami perbedaan dalam beragama.

Saya punya masa lalu yang pahit begitu saya mengingatnya sekarang. Masa lalu yang saya maksud ini, bukan soal asmara, namun soal perjalanan hijrah yang salah/keliru. Kekeliruan hijrah itu bermula dari cara saya belajar Islam. Saya belajar dari orangtua. Ditambah dengan membaca banyak buku-buku Islam

Ketika keresahan akan indahnya hidup di zaman Rasulullah, saya membaca berita di internet dan media sosial, bahwa di Suriah, tepatnya kota Raqqah, ada yang mengaku sebagai negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menerapkan sistem khilafah berlandaskan ajaran Nabi Muhammad Saw. Saya bahagia banget karena keresahan yang saya rasakan akan segera terwujud. Bayangan ketenteraman negara Islam—sebagaimana yang saya baca dalam sejarah Nabi (sirah nabawiyyah)—semakin tampak di depan mata.

Sisi lain, hal yang lebih meyakinkan saya adalah informasi tentang ISIS di Suriah yang ramah, damai, bahkan masyarakatnya saling mengasihi. Segala perlengkapan ditanggung negara. Hak-hak rakyat diperhatikan. Keselamatan hidup terjamin. Dan seterusnya. Pokoknya Suriah—yang saya duga pada mulanya—adalah negara istimewa tak ada duanya.

Langkah demi langkah semakin membuat saya jauh dari Indonesia. Berangkat dari bandara Soekarno-Hatta menuju ke Turki. Transit beberapa minggu di Turki, lalu melanjutkan perjalanan menuju ke Suriah. Singkat cerita, saya sekeluarga sampai di Suriah setelah melewati lika-liku perjalanan yang menguras tenaga dan pikiran.

Setelah berminggu-minggu di Suriah, saya merasakan keresahan batin. Keinginan tidak seindah kenyataan. Ketenteraman Suriah yang diceritakan dimedia sedikitpun belum saya rasakan. Hari demi hari saya mendengar dentuman bom yang meledak, bahkan ada yang jatuh tak jauh dari tempat tinggal saya dan keluarga. Pada mulanya saya merasakan ketakutan, sekalipun pada akhirnya mulai terbiasa dan pasrah. Saya menerima kenyataan pahit karena saya sadar telah tertipu propaganda ISIS.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXX): Eks Napiter Khoirul Ihwan Ternyata Pernah Gabung dengan HTI

Saya dan keluarga tetap bertahan hidup di Suriah dengan segala keterbatasan. Janji-janji mereka di internet hanyalah tipu daya belaka. Bahkan semakin sering kami berhadapan dengan maut, karena tiap hari bom semakin banyak berjatuhan. Bahkan, hal paling pahit dan menyakitkan adalah meninggalnya ayah disebabkan bom yang jatuh dari pesawat saat ayah berada di pasar. Saya terpaksa merelakan kepergian ayah selama-lamanya. Kepergian ayah adalah titik terberat dalam hidup saya.

Bahkan, kami mulai bertekad bulat meninggalkan Suriah dan kembali ke Indonesia. Segala cara dicoba agar bisa keluar dari wilayah ISIS di Suriah. Namun, keluar dari Suriah tidaklah mudah. Pertaruhannya nyawa jika ketahuan pemerintah ISIS. Bisa-bisa nanti dibunuh atau paling tidak dihukum.

Selama mencari jalan untuk keluar dari sana, saya semakin banyak melihat kejanggalan-kejanggalan, mereka diskriminatif terhadap penduduk sipil, mayat dipajang di jalan, bahkan kepala mayat dijadikan sasaran lemparan batu oleh anak-anak, astaghfirullaah bahkan dari kecil sudah diajarkan tidak memiliki rasa kemanusiaan.

Setelah berusaha dengan berbagai cara sampai tertipu juga, akhirnya takdir mengizinkan saya dan keluarga untuk keluar dari wilayah ISIS menuju wilayah SDF (Syrian Democratic Forces).  Setelah 2 bulan, akhirnya saya dan keluarga berhasil dijemput oleh Kemenlu Indonesia.

Good bye, Suriah. Saat ini saya akan bersua dengan negara kelahiran saya sendiri. Saya ingin berbagi kepada banyak orang, agar anak muda Indonesia tidak mudah terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang mengatas-namakan agama tetapi malah mengajarkan kebencian di media sosial. Saya menarik kebencian saya kepada Indonesia yang dulu pernah saya pekikkan. Kini saya menyemai cinta sejati hanya untukmu, Indonesia, karena hati ini berlabuh padamu saja, ucap saya dalam-dalam.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini dinarasikan dari cerita Mas Rehan selama bertahun-tahun di negara ISIS, Raqqah, Suriah

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru