31.3 C
Jakarta
Array

Etika Bertamu

Artikel Trending

Etika Bertamu
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Seorang wanita dari kaum Anshar datang menemui Nabi Muhammad saw. Ia mengadukan ketidaknyamanannya di rumah ketika siapapun melihatnya pada waktu tertentu, entah itu keluarga seperti anak ataupun ayah. Hal itu terus berlanjut baik ayah maupun anggota keluarga lainnya hingga membuatnya terus tidak nyaman. Kemudian ia meminta solusi dari Nabi saw apa yang seharusnya ia lakukan. Lalu turunlah QS al-Nur [24]: 27-28. Selang beberapa saat, Abu Bakar al-Shidiq bertanya kepada Rasulullah saw mengenai para saudagar Quraisy yang mempunyai rumah di Mekah, Madinah, Syam. Bagaimana cara mereka meminta izin dan mengucapkan salam pada rumah yang tidak ada penghuninya? Lalu turunlah ayat selanjutnya, QS al-Nur [24]: 29.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ (27) فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فِيهَا أَحَدًا فَلَا تَدْخُلُوهَا حَتَّى يُؤْذَنَ لَكُمْ وَإِنْ قِيلَ لَكُمُ ارْجِعُوا فَارْجِعُوا هُوَ أَزْكَى لَكُمْ واللهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ (28) لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَنْ تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ مَسْكُونَةٍ فِيهَا مَتَاعٌ لَكُمْ واللهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ (29)

Kata kunci adab bertamu ada pada term isti’nâs. Term tersebut berasal dari akar kata uns yang berarti harmonis dan nyaman. Izin saat bertamu dapat menjadikan tuan rumah nyaman dan tidak merasa terganggu.

Salah satu etika yang diajarkan adalah meminta izin dan salam.  Al-Quran menata etika bertamu agar privasi orang terjaga. Sebagaimana riwayat Abu Dawud dari Huzail yang menceritakan Abu Said al-Kudri ketika bertamu di kediaman Nabi saw. Saat itu ia berdiri di depan pintu dan menghadap ke dalam rumah. Nabi saw pun menegurnya, sebab melihat ke dalam rumah haruslah seizin tuan rumah. Sementara riwayat Sahih al-Bukhari dan Muslim menuturkan bahwa Nabi saw menyatakan, Jika ada seseorang melihat ke dalam rumahmu tanpa izin, lalu engkau melimparinya dengan kerikil hingga mengenai matanya, engkau tidak berdosa.  Baik pintu rumah terbuka ataupun tertutup, menghadap ke arah pintu adalah suatu yang harus seizin tuan rumah. Walaupun si tamu seorang tuna netra. Sebab pandangan tanpa izin dapat mengganggu privasi si empunya rumah. Pada zaman sekarang, meminta izin saat bertamu bisa dilakukan dengan memencet bel atau mengetuk pintu. Tentu jika ditanya siapa yang bertamu wajib menjawabnya. Agar tidak mengganggu tuan rumah. Hal ini memiliki pengaruh yang sangat besar dalam terjalinnya keharmonisan sosial bagi umat Muslim. Terlebih lagi sebagai tindakan preventif terhadap gosip murahan. Dengan itu kehormatan menjadi terpelihara. Aturan Al-Quran untuk izin terlebih dahulu ini bukan untuk membatasi masyarakat untuk saling bertatap muka. Namun lebih kepada menerapkan batasan agar tidak timbul keraguan dan kecurigaan. Sehingga timbul pertanyaan; “siapa ini kok bisa masuk ke sini?”. [Ali Fitriana]

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru