29.7 C
Jakarta

Eks Wali Laskar FPI Ini Memilih Berdakwah Secara Santun

Artikel Trending

AkhbarDaerahEks Wali Laskar FPI Ini Memilih Berdakwah Secara Santun
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Bandung – Masa remaja merupakan bagian dari fase dalam proses yang dialami oleh setiap manusia. Masa remaja juga termasuk masa yang menentukan, karena pada masa ini seseorang mengalami banyak perubahan pada psikis dan fisiknya.

Terjadinya perubahan kejiwaan menimbulkan kebingungan di kalangan remaja. Sebabnya karena mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di kalangan masyarakat.

Salah satu bentuk pemberdayaan dan pembinaan bagi remaja yang ada di masyarakat adalah melalui organisasi IRMAS yang pusat kegiatannya adalah di masjid. Idealnya, seluruh masjid yang berada di kota maupun di desa mempunyai organisasi semacam IRMAS yang tujuannya adalah untuk memakmurkan masjid dan mengarahkan para remaja muslim agar dalam kehidupannya mengikuti norma-norma yang telah di tetapkan oleh agama islam.

Hal tersebut disampaikan oleh mantan wali Laskar FPI Kota Bandung, Ustadz Ahyad. Menurut dai yang akrab disapa Ugie ini, remaja masjid sebaiknya turut merespons problematika yang terjadi di masyarakat. Terutama masyarakat sekitar masjid, termasuk problem generasi muda.

“Selama ini, generasi muda identik dengan tawuran, penyalahgunaan narkoba, saling menghina di media sosial dan berbagai bentuk kenakalan khas remaja,” ujar Ugie, sebagaimana disampaikan kepada Redaksi Harakatuna.com, Selasa (19 Januari 2021).

Selain itu, Ugie juga menyampaikan bahwa melalui remaja masjid, kekosongan peran orangtua dalam mendidik nilai-nilai keagamaan, dapat terisi. Dengan demikian, ketika nantinya sudah menginjak dewasa dan bersentuhan dengan budaya dan peradaban lain, mereka tidak lagi kaget karena telah memiliki pegangan nilai yang kuat.

BACA JUGA  Polsek Teweh Tengah Sosialisasikan Bahaya Terorisme ke Warga

Keberadaan remaja masjid, katanya, jangan sampai dipandang sebelah mata, tapi harus mendapatkan pengakuan dan bimbingan supaya peran mereka dalam menangkal perilaku-perilaku negatif dapat berjalan. Karenanya, pembinaan remaja masjid menjadi sebuah keniscayaan mengingat tantangan zaman sekarang demikian berat.

“Dengan majunya teknologi informasi, mereka dengan mudahnya mengakses informasi yang kadang tidak bermanfaat, bahkan saat ini banyak pelaku teroris direkrut dan didoktrin melalui media sosial,” paparnya.

Oleh karena itu, Ugie berharap remaja masjid untuk mengambil peran lebih besar dalam masalah-masalah sosial, seperti kemiskinan, kebodohan, buta huruf, narkotika dan lainnya. Dengan begitu, remaja masjid bisa menjadi solusi mengatasi kegalauan remaja yang masih mencari jatidiri.

Sebab menurutnya, di era digital, kaum radikalis menjadikan remaja sebagai sasaran ajaran ‘sesat’. Hanya dengan memanfaatkan media sosial, situs, dan juga berbagai fitur virtual, kaum radikalis ‘merangkul’ remaja. Radikalisme disebar dengan gencar, dan disambut milenial yang merupakan digital native dengan sangat terbuka. Alhasil, belajar agama hanya melalui internet harus menjadi kewaspadaan bersama.

“Jangan sampai, remaja yang memiliki ghirah untuk belajar agama tersesat dengan pengetahuan agama yang sengaja dimodifikasi oleh kaum radikal,” tegasnya.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru