31.8 C
Jakarta

Eks HTI Tegaskan Khilafah Sudah Tegak di Indonesia

Artikel Trending

AkhbarDaerahEks HTI Tegaskan Khilafah Sudah Tegak di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Bandung Barat-Majelis Wakil Cabang Nahdhatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Cipongkor dan MUI Desa Neglasari merayakan momentum Hari Santri Nusantara 22 Oktober 2020 dengan tajuk “Meneguhkan Peran Santri dalam Bela Negara, Menjaga Pancasila, dan NKRI” pada Kamis (22/10) di Neglasari…

Acara tersebut dihadiri langsung oleh Ketua MUI Cipongkor yang juga merupakan Rais Syuriah MWC NU Cipongkor, Ketua MUI Neglasari yang sekaligus merupakan Ketua MWC NU Cipongkor, Kepala Desa Neglasari, dan Ketua LTN NU Bandung Ayik Heriansyah. Kang Ayik, sapaan akrabnya, pada momentum Hari Santri tersebut, juga menjadi pengisi materi tentang kebangsaan.

Banyak yang Kang Ayik sampaikan dalam ceramahnya. Menurutnya, menjaga bangsa, membela Pancasila adalah bahasa lain dari mengkonter gerakan radikal utamanya pengusung khilafah. Kang Ayik kukuh menegaskan, Indonesia sudah menerapk sistem Islam dan sudah tidak butuh khilafah. Karena sisitem negara kita sudah sesuai dengan ajaran Islam. Tugas kita adalah membentengi diri dari usaha pembelokan kebenaran tersebut.

“Sejak maraknya media sosial di era modern, kebenaran sudah buram. Banyak para ustadz yang justru menyebarkan dakwah yang tidak mencerahkan. Ada beberapa orang, khususnya kelompok radikal yang mengorek-ngorek lagi paham kebangsaan kita. Mereka  ujung-ujungnya untuk menjadi penguasa, bukan semata untuk menyebarkan ajaran Islam. Khilafah atau imamah sudah kita tegakkan, yaitu dalam bentuk sistem demokrasi yang memilih pemimpin,” jelas pria yang pernah menjadi Ketua HTI Bangka Belitung.

Kang Ayik menambahkan, khilafah yang digemborkan HTI misalnya itu semua hanya hoax belaka, palsu. Santri NU, utamanya, harus menjadi benteng pertahanan Negara tercinta. “Jadi, kalau ada orang yang hendak menegakkan khilafah itu bohong, hoaks besar. Isu khilafah hanya untuk mengelabui umat Muslim untuk menjadikan pemimpin mereka sebagai pemimpin. Kita tidak perlu merasa bersalah dengan sistem negara kita. Kita sama sekali tidak bertentangan ajaran agama Islam, baik yang berada di Al-Qur’an dan Hadis,” tambahnya.

BACA JUGA  Mahasiswa Jabodetabek Bersinergi Tangkal Paham Radikalisme

“Ketika Rasullah mendirikan negara Madinah, umat Islam masih tersebar di berbagai penjuru, di antaranya ada di Mekkah, Habasyah dll, dan Rasullah tidak memerintahkan mereka untuk berbondong-bondong pindah ke negara Madinah. Artinya, umat Islam tidak diwajibkan untuk berlindung di bawah negara Islam. Dengan dalil tersebut, maka satu umat satu daulah itu sesat,” lanjutnya.

Ustaz Muhaimin Aziz, alumni Ponpes Pagelaran Subang yang juga ikut dalam acara tersebut, merasa puas dengan pemaparan Kang Ayik. Baginya, rakyat Indonesia terutama kalangan santri harus berada di garda terdepan dalam menjaga bangsa dari ancaman-ancaman. Santri, menurutnya, tak cukup hanya mampu membaca kitab kuning, melainkan juga memberikan kontribusi konkret terhadap bangsanya.

“Beliau (Kang Ayik, red.) menjadi salah satu bukti di mana santri gak hanya harus menguasai kitab kuning. Indonesia merdeka karena santri, dan seharusnya santri zaman sekarang nggak buta sejarah. Kalau sampe bangsa ini pecah oleh kalangan radikal dan sejenisnya, yang rugi adalah semuanya. Mari kaum santri bangkit untuk membela Negara, menjaga Pancasila dan NKRI. Ini tugas wajib kita,” pungkasnya. (Khr)

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru