Untuk lebih jelasnya, apabila diperhatikan gambar tubuh (anatomi) manusia yang terdiri atas rongga dada dan rongga perut, dibagian dalam tubuh itu akan terlihat organ-organ, diantaranya:
- Rongga dada yang terdiri atas batang tenggorokan, paru-paru dan jantung.
- Rongga perut yang terdiri atas lambung, hati, kandung empedu, pancreas, usus dua belas jari, usus halus, usus tebal, umbay cacing, rectum, anus dan buah ginjal.
Dari pengamatan atas gambaran tubuh tersebut, jelaslah bahwa segumpal daging (sebesar gengaman tangan) yang dimaksud dalam hadis Rasulullah itu adalah jantung atau al-qalbu dan posisinya berada di sebelah kiri dalam rongga dada kita.
Sedangkan hati atau al-kabidu letaknya di dalam rongga perut.
Menurut para sufi, jantung tidak hanya sebuah pompa fisiologis untuk mengedarkan darah ke seluruh tubuh tetapi jantung juga memberikan dua fungsi vital dan saling terkait, yaitu:
- Jantung sebagai tempat penyimpanan sifat-sifat ketuhanan hal ini terdapat dalam pengalaman dari Asma’ul Husna.
- Jantung sebagai tempat pembentukan nafs yang masuk ke dalam tubuh bersamaan dengan setiap nafas. Nafaslah yang mengaktifkan seluruh fungsi dari fisiologis tubuh.
Jadi, jantung merupakan organ yang sangat penting sekali dimana ia adalah tempat pertemuan ketiga komponen yang membangun tubuh yaitu tubuh fisik, tubuh pikiran, dan tubuh roh/jiwa. Jantung atau al-Qalbu ini terkadang disebut juga sebagai hati nurani manusia yang merupakan alat kontrol terhadap tingkah laku manusia, apabila melakukan suatu yang bertentangan dengan dirinya dengan agama.
Apabila kita perhatikan orang-orang yang terkena kekalutan mental (mental disorder) karena mereka jauh dari norma-norma religius.
Hal ini dapat dikaitkan dengan teori kepribadian Sigmund Freud, apabila seorang tidak berdzikir atau tidak ingat kepada Allah, maka gerak hidupnya akan selalu dalam pengaruh ID (Das Es), maka orang tersebut akan menjadi psikopat, yakni suatu keadaan di mana seorang dalam keadaan tidak memperhatikan norma-norma dalam segala tindakannya, karena Ego (Das Ich) manusia akan senantiasa mengikuti pengaruh alam bawah sadar (ID). Dengan demikian, pengaruh super Ego (alam moral) tidak berfungsi.
Jika dilihat dari kaca mata psikologis, dzakirin (orang yang berdzikir) merupakan orang yang jauh dari ambivalen (kegoncangan jiwa) akibat penderitaan.
Dengan senantiasa berdzikir super ego akan selalu berfungsi sebagai alat kontrol bagi perilaku manusia dengan baik.
Dengan demikian, dapat dipahami bahwa untuk mengatasi problem-problem psikologis yang dihadapi oleh manusia adalah dengan dzikir. Sebab dzikir mampu dijadikan alat penyeimbang (equilibriumi) bagi rohani manusia.