27.5 C
Jakarta
Array

Duta Santri sebagai Agen Penggerak Literasi

Artikel Trending

Duta Santri sebagai Agen Penggerak Literasi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Belum lama ini Fatayat NU Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menyelenggarakan Pemilihan Duta Santri Nasional yang kedua kalinya. Pemilihan kali ini nampak berbeda dengan tahun 2016, karena pada tahun ini banyak isu yang mengiringinya, baik sebelum pelaksanaan maupun sesudahnya. Misalkan isu hate speech, radikalisme, terorisme, dan konflik antar etnis di berbagai daerah. Isu-isu tersebut digoreng dan disebar secara online dan offline, sehingga masyarakat, terutama santri tergonjang-ganjing mengetahui isu-isu tersebut.

Dalam ajang Pemilihan Duta Santri Nasional ini, para juri menetapkan dua pulu santriwan dan santriwati yang berhak memasuki semifinal. Sedangkan pada partai final, para juri menetapkan enam peserta yang berhak lolos menjadi juara.

Pasca terpilihnya duta santri ini, situasi dan kondisi di Indonesia masih menunjukkan kerunyaman, literasi media banyak mengandung ujaran kebencian, berita hoax, pencemaran nama baik, radikalisme, dan terorisme masih menjadi problem yang menjangkit bangsa Indonesia. Hal ini menimbulkan efek tersendiri bagi para santri, misalkan saja akhir-akhir ini tersebar satu video yang berisi ada kang santri dikepung oleh bapak-bapak keamanan, kemudian kang santri diminta untuk membuka kardus dan tas yang dibawanya. Ia dicurigai sebagai orang yang membahayakan di lingkungan sekitarnya.

Untuk mengatasi itu semua memanglah tidak mudah, perlu adanya kerjasama yang intens dari berbagai elemen. Mencegah dan menanggulangi problem-problem tersebut bisa dilaksanakan dengan hard approach dan soft approach. Di sinilah peran duta santri nasional sangat dibutuhkan, karena duta santri nasional dapat menjadi role model untuk memaksimalkan soft approach melalui literasi.

Pesan Damai

Duta santri nasional bisa dikatakan agen penggerak literasi karena beberapa hal, pertama, ia telah memiliki otoritas karena sudah didaulat sebagai duta santri; kedua, kapasitas keilmuannya sangat mumpuni; ketiga, mereka memiliki pengalaman dan segudang prestasi, baik dalam negeri maupun luar negeri. Perjuangannya sebagai agen penggerak literasi dapat disandarkan pada tema pemilihan duta santri nasional 2018, yaitu “Penguatan Peran Santri untuk Mewujudkan Islam yang Santun, Moderat, dan Berkeadilan”. Ini artinya pemilihan duta santri nasional tahun 2018 bertujuan menjadikan para peserta sebagai agen penggerak untuk menyampaikan pesan bahwa Islam itu santun, moderat, ramah, dan berkeadilan.

Hal ini bisa dilihat ketika semifinal sedang berlangsung, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan meliputi beberapa tema besar, di antaranya ialah kebangsaan, keagamaan, kepribadian, aswaja, dan literasi media. Hampir semua peserta mendapatkan pertanyaan mengenai literasi media, karena tema ini menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam mencegah dan menanggulangi problem-problem yang ada.

Sebagai agen penggerak, duta santri perlu memaksimalkan diri untuk menggerakkan literasi di dua lingkungan, yaitu di lingkungan pesantren dan di luar pesantren. Menggerakkan literasi di pesantren bertujuan untuk memberikan fasilitas dan mengembangkan minat serta keilmuan para santri di bidang literasi, agar mereka juga turut aktif dalam menebarkan pesan damai.

Selain itu, menggerakkan budaya literasi bisa juga dilaksanakan di organisasi-organisasi dan forum-forum kajian tertentu, atau bahkan di lembaga-lembaga formal. Jadi pesan damai yang telah lama terpendam dalam benak generasi milenial secara umum bisa tersampaikan melalui tulisan, video, dan gambar.

Sebagai agen penggerak, diharapkan tidak hanya menggerakkan budaya literasi di pesantren, namun perlu juga mengintegrasikan antara gerakan literasi di pesantren dan di luar pesantren. Hal ini juga bertujuan untuk mentransfer nilai-nilai pesantren pada orang-orang yang masih asing dengan pesantren, sehingga mereka bisa tertular dengan pemikiran-pemikiran yang moderat, adil, dan ramah.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru