27.1 C
Jakarta

Dua Hal yang Disayangkan dari Kelompok Radikal

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanDua Hal yang Disayangkan dari Kelompok Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Munculnya kelompok separatis atau orang yang cara berpikirnya tertutup sehingga mereka gemar menyudutkan orang lain dengan kata-kata kafir, menjadi perbincangan yang tak kunjung selesai. Pasalnya, mereka merasa paling benar, bahkan mereka dengan pe-denya menyandarkan segala pemikirannya terhadap Al-Qur’an.

Penyandaran terhadap Al-Qur’an merupakan cara kelompok separatis menguatkan segala bentuk pemikirannya, meski cara berpikir mereka berlawanan dengan nilai-nilai agama. Maksudnya, Al-Qur’an sendiri tidak membenarkan apa yang mereka pahami. Hanya saja mereka merasa paling benar atas penafsiran yang mereka buat.

Ada beberapa ketimpangan dalam berpikir kelompok separatis setelah dilakukan analisis dengan menggunakan pendekatan Al-Qur’an. Kelompok radikal ini selalu merasa paling benar. Padahal, kebenaran yang sesungguhnya hanyalah milik Allah semata. Sedang, kebenaran manusia adalah relatif, jadi kebenaran itu beragam di tengah-tengah manusia.

Cara pandang semacam itu jelas termasuk dalam kategori orang yang sombong. Merasa paling benar tidak boleh dilakukan oleh manusia. Karena, manusia sejatinya lemah, sehingga membutuhkan yang lain. Merasa sombong jelas itu penyakit hati yang harus dihindari.

BACA JUGA  Membangun Jakarta ala Anies Baswedan

Selain itu, mereka tidak mau mengakui kesalahannya sendiri. Mereka gemar menilai orang lain. Sementara, mereka lupa mengoreksi diri sendiri. Sikap seperti ini jelas berbahaya. Karena, sikap low-profile atau dalam bahasa Arabnya, tawaduk, merupakan sesuatu yang penting. Mereka sama sekali tidak menggambarkan sikap mulia ini.

Sikap tawaduk penting diaplikasikan dalam kehidupan. Perhatikan saja, Imam Malik sering menjawab, saya tidak tahu, karena beliau memang tidak tahu. Bukan justru beliau selalu menjawab pertanyaan, meski beliau tidak tahu. Sehingga menyesatkan banyak orang.

Mengakui suatu kesalahan memang pahit. Tapi, itu bukan merendahkan si pelaku. Justru, dengan keberanian mengaku salah jika benar-benar salah, akan memuliakan kepribadiannya. Orang akan kagum dengan kepribadiannya yang jujur.

Sebagai penutup, tidak perlu kita merasa paling benar. Karena, hakikat kebenaran itu milik Allah. Tidak perlu malu mengakui kesalahan jika memang benar-benar bersalah karena dengan cara itulah si pelaku akan mendapat penghormatan. Hindari meniru sikap kelompok separatis yang merasa paling benar dan enggan mengakui kesalahannya.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru