26.7 C
Jakarta

Doa di Petala Malam (Bagian IX)

Artikel Trending

KhazanahOpiniDoa di Petala Malam (Bagian IX)
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pada pertengahan malam desir udara menyisir bulu kuduk. Suasana terasa sunyi. Tiada kebisingan yang mengganggu konsentrasi. Hanya suara hewan terdengar samar-samar dari arah sebelah. Sementara santri terlelap dalam tidur. Diva bergegas bangun untuk melaksanakan shalat tahajud di masjid pesantren.

Kantuk rasanya sulit ditepis. Tapi, Diva mencoba memerangi rasa kantuk dan menghindari zona nyaman meringkuk di atas karpet. Diva coba bangun dan menengok jarum jam menunjuk angka dua. Waktunya shalat tahajud. Diva membatin.

Shalat tahajud merupakan shalat sunnah yang diutamakan dibandingkan shalat sunnah yang lain. Allah menyebutkan dalam firman-Nya: Dan pada sebagian malam, lakukanlah shalat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (QS. al-Isra [17]: 79).

Menyentuh air serasa menyentuh es. Dingin. Diva tidak mengeluh karena terbiasa bangun malam. Kebiasaan ini terbentuk mulai dari rumahnya. Abah dan Ummi selalu membangunkan Diva sehingga akhirnya terbiasa. Diva masih ingat marah-marah pada Ummi dulu karena membangunkannya saat keenakan tidur. Ummi tidak membalas. Ummi selalu bersikap lemah lembut terhadap Diva. Sikap ini yang berkesan di hati.

Di masjid pesantren Diva melaksanakan shalat tahajud sampai cucuran air mata mengalir membasahi wajahnya. Berdoa di pertengahan malam memang memiliki kesan sendiri dibandingkan berdoa pada waktu-waktu yang lain. Suasana yang mendukung dan signal begitu kuat antara Tuhan dan hamba-Nya. Biasanya doa yang dipanjatkan pada waktu itu lekas terkabul.

Bahkan, segala bentuk problema kehidupan akan teratasi bila seseorang tekun melaksanakan shalat tahajud. Nabi Muhammad SAW pernah merasakan kekhawatiran mendalam karena akan dibunuh oleh orang kafir. Allah memberikan solusi dengan melaksanakan shalat tahajud. Maka, bagitu shalat itu dilaksanakan kegentingan berganti dengan ketenangan.

Diva bermunajat kepada Allah dengan segala bentuk kegusaran hatinya.

Tuhan…
Engkau yang menguasai segalanya, termasuk yang menggenggam hati hamba-Mu. Ketika hati gusar, perasaan nelangsa, tiada tempat berkeluh dan berkesah melainkan hanya Engkau.
Tuhan…
Engkau Maha Tahu kalau Diva sedang bingung. Diva tidak mengerti dengan perasaan yang sedang Diva rasakan. Benarkah ini cinta yang mengantarkan kepada kebaikan? Berilah Diva petunjuk agar Diva tidak salah melangkah.
Tuhan…
Perasaan ini adalah suatu yang asing. Belum pernah Diva merasakan sebelumnya. Diva berada di pesantren ini tiada lain hanya untuk mencari ilmu, lebih-lebih barakah. Jangan hilangkan kebarakahan ini karena sikap Diva yang salah.
Tuhan…
Jangan permalukan orangtua Diva. Jangan buat mereka sedih, apalagi malu, karena Diva. Jadikalah Diva anak shalehah sehingga dapat membahagiakan orangtua.

Doa itu diakhiri dengan bacaan shalawat, karena bacaan shalawat itu dapat membantu terkabulnya doa. Sejenak Diva merasakan ketenangan. Ia tenang atas segala hal yang terjadi. Entahlah. Apakah Fairuz merasakan apa yang Diva rasakan atau tidak?

BACA JUGA  Ini Alasan Logis Kenapa Nasionalisme Itu Wajib

Baru satu jam lebih Diva bermunajat. Sambil menunggu waktu Subuh menjelang, Diva mentakrir hafalan Al-Qur’annya. Apalagi pagi ini Diva akan menyetor bacaan Al-Qur’an kepada Nyi Nuh. Kemarin Diva mendapat pujian sehingga membuatnya semakin semangat. Maka, pujian itu harus dijaga sehingga Nyi Nuh tidak kecewa karena setoran bacaan Al-Qur’an yang selanjutnya tidak baik.

Diva bersyukur mendapat didikan yang baik semenjak dari rumahnya sehingga sampai di pesantren tinggal mengembangkan apa yang dipelajari di rumahnya. Umminya yang amat telaten dan Abahnya yang bependirian tegas baru dirasakan saat Diva berbulan-bulan tinggal di pesantren. Bahwasanya orangtua yang cerewet mendidik anaknya merupakan bentuk dari kasih sayang mereka. Orangtua selalu menginginkan anaknya sukses masa depannya, sehingga dapat mengangkat harkat dan martabat keluarga.

Tidak heran bila Diva selalu membacakan doa setiap selesai shalat lima waktu, termasuk selesai shalat tahajud. Rabbi ighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira. Wahai Tuhanku, ampunilah dosaku dan kedua orangtuaku dan anugerahilah kasih sayang kepada mereka berdua karena mereka mendidikku saat masih kecil.

Jasa orangtua begitu besar di mata Diva. Saat dewasa ini Diva tidak pernah membantah apa yang diperintahkan mereka selama tidak bertentangan dengan syariat Islam. Berbakti kepada orangtua adalah cara Diva membalas jasa mereka yang amat besar. Di sela-sela tafakur, Diva merasa banyak salah kepada orangtuanya, karena kenakalan sejak kecil. Pernah bolos sekolah. Pernah nyolong uang Ummi. Pernah membuat Ummi kesal karena menumpahkan minyak goreng di dapur. Abah dan Ummi tidak pernah memarahinya, melainkan mendoakan: Semoga Allah memberikan kamu petunjuk, Nak. Semoga kamu menjadi orang sukses.

Qiraat Muammar baru saja dilantunkan di corong masjid pesantren. Muammar punya suara yang elok. Siapa pun yang mendengarnya seakan dibuat terpana. Anugerah yang amat berharga yang Allah titipkan bagi hamba-Nya! Dia adalah qari internasional yang mampu membawa nama Indonesia di penjuru dunia.

* Tulisan ini diambil dari buku novel “Mengintip Senja Berdua” yang ditulis oleh Khalilullah

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru