32.9 C
Jakarta

Di Balik Konflik Palestina: Seruan Tegaknya Khilafah Menjamur di Indonesia

Artikel Trending

KhazanahDi Balik Konflik Palestina: Seruan Tegaknya Khilafah Menjamur di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Duka Palestina adalah duka seluruh umat Muslim di dunia. Meski konflik terjadi sudah bertahun-tahun. Namun, momentum yang ditunggu oleh umat Muslim dunia dengan adanya Ramadan, menjadi salah satu momentum yang menyedihkan bagi umat Muslim Palestina.

Alasan “kemanusiaan” adalah alasan utama mengapa kita harus memiliki empati untuk merasakan kesedihan yang sama seperti umat muslim Palestina. Bagi umat muslim, setidaknya kita bisa merasakan bagaimana ketentraman saat merasakan sholat tarawih di masjid, tiba-tiba ada bom yang menghampiri. Sedang kita sebagai umat Muslim di Indonesia, merasakan ketentraman dan bisa khusyuk dengan kondisi masjid yang disertai kipas di berbagai sudut bangunan, ataupun AC yang disediakan.

Berbagai ekspresi kesedihan dan sikap empati ditunjukkan. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk berharap yang terbaik dari konflik kedua negara tersebut. Paling tidak, kita tidak menutup mata dengan adanya berbagai informasi yang tersebar di laman media sosial tentang kondisi Israel terbaru.

Dengan kondisi demikian,  semestinya kita perlu bangga punya Indonesia yang begitu kompak dengan beragai platform bantuan dan dukungan terhadap Palestina. Para influencer, artis, para ormas bersatu untuk mengumpulkan donasi bagi korban di Palestina yang sudah kehilangan banyak hal atas tragedi kemanusiaan yang terjadi.

Netizen Indonesia bersatu dalam tragedi ini. Kita melihat berbagai postingan yang dibagikan dalam urun waktu satu minggu belakangan ini dengan berbagai platform bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Barangkali dengan fakta demikian, tidak hanya netizen Indonesia yang turut andil memberikan kontribusi kecilnya untuk Palestina.

Akan tetapi netizen di seluruh dunia memberikan kontribusi kecil melalui media sosial agar bisa membantu. Apakah kita tahu siapa yang kita bantu? Tentu tidak. Kita tidak kenal setiap nama yang mendapat bantuan dari kita. Lagi-lagi alasan kemanusiaan yang mendasari setiap gerak yang kita jalani.

Kita Perlu Berhati-hati

Adanya berbagai platform bantuan kemanusiaan, kita perlu berhati-hati dengan beberapa organisasi yang menjadi penyalur bantuan kemanusiaan untuk Palestina. Dikemanakan distribusi bantuan, untuk siapa donasi yang terkumpul, dll. Tulisan ini bukan dalam rangka suuzan dengan kondisi yang menyerang Palestina, tapi barangkali tidak ada salahnya jika kita hati-hati dengan berbagai organisasi yang menjadi penyalur bantuan untuk Palestina.

BACA JUGA  Mengapa Masih Banyak Akun Youtube Keislaman Menjadikan Perempuan sebagai Ladang Dosa?

Sebagian kasus yang lain, ada kelompok yang memanfaatkan momentum kesedihan konflik Palestina dan Israel yang merugikan umat muslim Palestina dengan mengorbankan nyawa, harta ataupun kerugian yang lain. Sebab dari berbagai seruan kemanusiaan untuk Palestina, ada berbagai seruan untuk kembali tegakkan khilafah, kelompok Hizbut Tahrir yang menjamur di berbagai negara.

Tak tekecuali di Indonesia, keberadaan Hizbut Tahrir di Indonesia tidak bisa dipandang sebelah mata dengan adanya konflik Israel-Palestina. Adanya konflik ini adalah salah satu alat untuk kelompok HT untuk mendakwahkan khilafah di Indonesia.

Mereka terus gencar menyerukan kembali tegaknya khilafah, khususnya oada negara Indonesia yang kerap menjadi sasaran negara tentang kembali tegaknya khilafah dengan ulama-ulama yang menjadi banyak panutan Muslim anak muda.

Diantara strategi yang digencarkan, salah satu tulisan yang turut menyita perhatian adalah tulisan Muslimahnews.id yang berjudul “Penjara Tidak Menghalangiku Berdakwah (Syekh Yusuf Makharza Abu Hammam, Ulama Palestina) oleh Joko Prasetyo menjadi alibi yang begitu kuat tentang perjuangan Syekh Yusuf Makharza Abu Hammam dalam mengekkan khilafah di tanah Palestina.

Pengalamannya dipenjara dan mengalami berbagai ancaman dari pemerintah menjadi alegori yang memotivasi pembaca agar semangat menegakkan khilafah, khususnya di Indonesia. dalam tulisan tersebut juga dijelaskan bahwa para penolak ide khilafah adalah orang sosialisme dan kapitalisme. Ini sejalan dengan narasi yang dimunculkan oleh kelompok HT terhadap berbagai kebijakan pemerintah yang ditolak oleh HT.

Kisah ulama Palestina di atas sangat menyayat hati para pembaca. Apalagi jika seorang pembaca sangat awa, dengan kemampuan yang rendah akan literasi, khususnya literasi agama dan kebangsaan. Tulisan tersebut cukup menyulut emosi bahwa penegakan khilafah Indonesia sangat urgent untuk kembali ditegakkan dalam kondisi seperti apapun.

Ini tentu membutuhkan narasi bandingan agar netizen menjadi bijak dalam menanggapi konflik Israel-Palestina. Asupan pengetahuan dengan membaca sepak terjang konflik Israel-Palestina menjadi upaya yang harus kita lakukan agar tidak terjun pada ranah kebodohan dengan mengiyakan narasi HT menggema di dunia maya. Wallahu a’lam

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru