Tidak menangis
Semua bayi bisa dipastikan lahir dalam keadaan menangis. Terkecuali Nabi Besar Muhammad saw.
Sebagaimana riwayat yang dihimpun oleh al-Baihaqi, al-Khathib, dan Ibnu ʻAsakir. Paman Nabi saw, Abbas bin Abdul Muthalib pernah bercerita dan berterus terang kepada Nabi Muhammad saw, bahwa di antara yang membuat dirinya memeluk agama Islam adalah tanda-tanda kenabian yang sudah nampak di kala Nabi saw masih bayi. Saat itu Abbas melihat Nabi saw bermain dan berbincang dengan rembulan. Ke manapun jari telunjuk Nabi saw mengarah ke situlah arah rembulan bergerak. Nabi Muhammad saw saat mendengar cerita pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib pun mengatakan bahwa beliau saat itu sedang berbincang-bincang dengan rembulan dan mengajaknya bermain hingga melalaikan Nabi saw kecil untuk menangis. Nabi saw pun mendengar suara rembulan saat bersujud di bawah Arsy.
Mampu berbicara
Tidak seperti bayi pada umumnya yang belum cakap berbicara. Nabi Besar Muhammad saw diberikan keistimewaan dapat berbicara.
Keterangan dalam Fath al-Bârî menyebutkan bahwa Nabi saw saat awal-awal baru dilahirkan mampu berbicara. Kemampuan Nabi saw berbicara saat masih dalam masa buaian ini melengkapi sembilan nama bayi sebelumnya seperti Nabi Yahya as, Nabi Isa as, Nabi Ibrahim as, bayi pembebas Juraij, bayi saksi Nabi Yusuf dan lainnya.
Riwayat al-Baihaqi dan Ibnu ʻAsakir dari Ibnu Abbas juga menyebutkan bahwa saat Halimah Sa’diyyah menyapih Nabi saw, beliau mengatakan Allâh Akbar Kabîran wa al-hamd lillâh katsîran wa subhân Allah bukratan wa ashîlan.
Faham dengan apa yang dilihat dan didengar
Balita merupakan usia perkembangan termasuk otaknya. Dia belum bisa faham dan mengerti apa yang ia dengar dan lihat secara sempurna. Beda halnya dengan Nabi Muhammad saw.
Riwayat al-Baihaqi dan Abu Nuʻaim al-Ashfihani menerangkan bahwa Nabi saw saat masih balita mampu menangkap dan memahami apa yang beliau dengar dan lihat. Saat itu beliau saw bisa menceritakan ulang kejadian saat beliau masih balita. Pada suatu pagi ada seorang Yahudi yang berteriak memanggil sekawanan Yahudi-nya. Setelah berkumpul mereka membicarakan kelahiran Ahmad, seorang Nabi -yang dijanjikan dalam kitab mereka- semalam telah dilahirkan. Mereka menyesali terputusnya tradisi kenabian dalam Bani Israil. Salah satu di atara mereka pun akhirnya menemui beberapa orang bersuku Quraisy untuk menanyakan kelahiran seorang bayi laki-laki di kalangan Quraisy. Akhirnya si Yahudi diajak ke rumah si jabang bayi. Saat melihat bayi tersebut memiliki tanda kenabian di antara dua bahunya, si Yahudi spontan pingsan. []