26.1 C
Jakarta

Desain Perusakan Citra Islam Melalui Gerakan Aktivis Khilafah

Artikel Trending

Milenial IslamDesain Perusakan Citra Islam Melalui Gerakan Aktivis Khilafah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Aktivis khilafah mengkritik rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Social Movement Institute (SMI) pada 30 Maret hingga 2 April 2023 di Pesantren Al-Islam Tambakbayan lalu. Pasalnya, acara ini diindikasikan mengajarkan paham “Islam kiri”, di mana para “santri”-nya lebih diajak kepada pembahasan materi-materi seputar problem sosial ketimbang materi akidah, fikih, dan akhlak spiritual.

Islam kiri mereka artikan sebagai gerakan menyebarkan paham sosialisme yang dibalut dengan Islam. Hasil penggeledahan yang mereka temukan adalah Islam kiri tidak membahas hal-hal terkait akidah, ibadah, dan syariat. Islam kiri malah membahas dan mempersoalkan agar umat Islam terlibat dalam program sosial untuk mengentaskan kemiskinan dan keterbelakangan akibat ketakadilan situasi sosial yang kapitalistik.

Tentang Islam Kiri

Tokoh Islam kiri yang mereka tahu adalah Hassan Hanafi, cendekiawan muslim asal Mesir yang berpaham kiri (sosialisme). Di Indonesia, Islam kiri dipopulerkan oleh aktivis Eko Prasetyo dan lainnya. Mereka tidak tahu bahwa sebelumnya tokoh Islam kiri yang cukup cemerlang Indonesia adalah Haji Misbach atau dikenal dengan sebutan Haji Merah.

Aktivis khilafah ini tidak setuju dengan adanya Islam kiri. Sebabnya, Islam kiri tidak sejalan dengan syariat Islam alias kebalikan dengan Islam kaffah. Karena, Islam kiri menurutnya, adalah bentuk perkawinan antara spiritual Islam dan sosialisme-marxisme sebagai respons atas penerapan kapitalisme. Bukan untuk akidah Islam.

Islam kiri menurut mereka, cara kerjanya hanya memetingkan problem-problem sosial (seperti ketimpangan kelas, ketakadilan, problem pencemaran lingkungan, dan diskriminasi gender) sebagai perhatian utama. Bukan spiritualitas Islam, sistem syariah, akidah ruhiyah dan akidah siyasiyah serta akidah-akidah lainnya. Inilah yang aktivis khilafah tidak suka.

Akidah Yuhiyah-Siyasiyah

Padahal bagi aktivis khilafah, Islam adalah sistem kehidupan yang sempurna, dibangun atas akidah yang sempurna, yakni akidah ruhiyah dan akidah siyasiyah, serta akidah lainnya yang mengarah pada kesalehan spiritual umat.

Akidah ruhiyah adalah akidah yang melahirkan aturan di ranah privat berupa ibadah-ibadah yang sifatnya fardiyah, seperti salat, puasa, zakat, haji, dan ibadah lainnya. Sedang akidah siyasiyah adalah akidah yang melahirkan aturan di ranah publik berupa pengaturan ekonomi, sosial kemasyarakatan, pendidikan, pemerintahan, bahkan hubungan internasional.

BACA JUGA  Wahabi dan Ba’asyir; Propaganda Polarisasi Umat yang Harus Diwaspadai

Jadi yang cocok bagi aktivis khilafah untuk mendapatkan sistem yang sempurna sekonyong-konyongnya hanya berada pada sistem Khilafah Islamiah. Menurut mereka, dengan menerapkan seperangkat aturan yang lahir dari sistem khilafah, seluruh syariat—ranah privat maupun publik—bisa diterapkan secara sempurna.

Katanya, “dengan sistem khilafah, penerapan syariat Islam secara kafah ini, akan melahirkan kesejahteraan dan keadilan. Tidak hanya itu, bahkan dipercaya bisa membawa keberkahan bagi seluruh alam. Sebaliknya, apabila manusia meninggalkan syariat Islam, baik sebagian apalagi seluruhnya, niscaya ketimpangan sosial dan kerusakan akan menimpa manusia.”

Watak Aktivis Khilafah

Aktivis khilafah tidak sepakat dengan paham Islam kiri karena ia menganggap hanya bermain dalam wacana dan definisi yang menjual. Misalnya, Islam kiri menyampaikan bahwa kemiskinan, keterbelakangan, dan ketakadilan akibat penerapan kapitalisme. Aktivis khilafah tidak setuju bahkan menuduh gerakan aktivis Islam kiri, bahwa salah besar aktivis kiri apabila kemiskinan hendak diselesaikan dengan mengambil konsep sosialisme-marxisme meski dibalut dengan spiritual Islam.

Aktivis khilafah menuduh bahwa Islam kiri hanyalah produk pengembangan sosialisme-marxisme-sekularisme yang dibalut dengan Islam. Bahkan mereka berani mengatakan Islam kiri dipastikan bertentangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya, yakni Islam kafah.

Makanya mereka tidak segan-segan untuk meminta masyarakat dan generasi mudah untuk mewaspadai dan menjauh dari gerakan Islam kiri ini. Menurutnya, para anak muda bisa saja dibina secara intens di “pesantren kiri” bukan untuk memperdalam ilmu agama, melainkan mendidik generasi aktivis baru dengan cara pandang “Islam kiri”.

Sekali lagi, menurut aktivis khilafah, daripada masuk dan dibina oleh aktivis Islam kiri, mending mau dibina dengan tsaqafah Islam yang sahih, yakni Islam kafah. Eh, bukannya yang berbahaya untuk kesehatan-keselamatan umat Islam dan mahasiswa Indonesia justru paham, gerakan, dan pesantren berbasis paham khilafah, ya?

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru