27.1 C
Jakarta
Array

Demokrasi, Palestina, dan Para Pecundang di Indonesia

Artikel Trending

Demokrasi, Palestina, dan Para Pecundang di Indonesia
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tanggal 21-22 Mei lalu, kita menyaksikan amuk massa para pecundang. Mereka mengklaim sedang berdemokrasi dan melakukan aksi ‘damai’, tapi melanggar aturan dan melakukan aksi-aksi brutal. Aparat yang memang bertugas menjaga ketertiban, disalahkan dan disebut melanggar HAM dan membungkam demokrasi.

Apakah demokrasi bermakna ‘boleh melakukan apa saja dan berkata apa saja’? Orang waras akan menjawab TIDAK. Kebebasan kita akan selalu dihalangi oleh kebebasan orang lain, sehingga lahirlah aturan.

Demokrasi memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk berserikat dan berkumpul. Tetapi, ada aturannya: jam demo, tidak menggunakan kekerasan, tidak merusak properti orang lain. Para pelanggar aturan ini wajib dihukum (dalangnya apalagi, lebih wajib lagi ditangkap dan diajukan ke pengadilan). Ini sungguh sesuatu yang logis.

Jika ada kelompok yang antidemokrasi, ingin menumbangkan sistem pemerintahan demokrasi, apakah atas nama demokrasi, mereka boleh dibiarkan? Jelas, TIDAK. Tegaknya demokrasi justru mensyaratkan agar elemen-elemen nondemokratis, fasis, atau pengusung-khilafah-pro-kekerasan dihalangi mencederai demokrasi.

Karena itulah, di negara-negara Barat yang diagungkan sebagai negara demokratis pun polisi bertugas menghentikan pergerakan demo yang anarkhis. Gas air mata dan water canon juga dipakai di sana. Kalau demonya benar-benar damai, taat aturan, tidak main lempar batu ke polisi, tetapi polisi tetap melakukan kekerasan, nah itu baru pelanggaran HAM.

Di titik inilah kesalahan logika mendasar para SJW dan para pecundang berbaju agama. Menurut mereka, demi demokrasi, HTI harus dibiarkan saja. Aksi-aksi rusuh dalam demonstrasi? Oh, PASTI yang salah itu POLISI! Kenapa? Karena semua polisi dan tentara itu PASTI fasis. Sipil ga mungkin salah. Pemblokiran media sosial? Itu melanggar HAM! Lha trus, bagaimana cara memblokir persebaran hoax yang memprovokasi kekacauan massal? Ya itu sih kesalahan pemerintah! Pemerintah telah gagal mendidik warganya supaya ga doyan hoax! Pokoknya, atas nama HAM kami tidak boleh dihalangi pakai medsos!! *tepok jidat

Mungkin saja, ada pelanggaran HAM yang dilakukan polisi dalam situasi chaos itu, tapi kita harus tunggu penyelidikan. Pelanggaran HAM yang dilakukan polisi adalah SALAH dan harus diusut, TAPI, ingat, demonstran yang melempari polisi dengan batu, melukai polisi, dan merusak properti publik JUGA MELANGGAR HAM.

Lalu apa hubungannya dengan Palestina?

Sudah banyak yang menulis kemiripan skenario perusuh 21-22 Mei ini dengan Suriah, tak perlu saya ulangi lagi. Yang belum banyak dibahas adalah: mengapa sih Suriah diobok-obok oleh para “jihadis” itu? Tak lain karena Suriah adalah musuh terbesar Israel. Tapi kan “jihadis” ini ngakunya pro Palestina?

Itulah ironisnya: para “jihadis” ini bagaikan zombie, mudah ditipu dan digerakkan oleh para mentornya. Kepada mereka disebarkan hoax bahwa orang Sunni di Suriah dibantai oleh orang Syiah. Kemarahan mereka dibakar sehingga mau bunuh diri di Suriah.

Di Indonesia, para ustadz/ustazah provokator “jihad” Suriah adalah mereka yang juga menjadi provokator kegaduhan politik Indonesia selama beberapa tahun terakhir ini. Merekalah para pecundang yang memprovokasi para pecundang. Metode mereka adalah: sebarkan berbagai hoax untuk membangkitkan kemarahan massa. Dalam aksi kerusuhan Mei ini, seorang ustazah&seleb medsos bahkan memframing Brimob sama dengan Zionis [1]

Hari ini (31/5/2019] adalah Jumat terakhir di bulan Ramadhan. Tahun 1979, Iran menginisiasi aksi demonstrasi massa membela Palestina (disebut Al Quds International Day), aksi ini menyebar ke berbagai negara dunia. Tahun lalu, ada 80 negara yang menyelenggarakan demo Al Quds, termasuk Indonesia. Meski pencetusnya Iran, tentu saja yang ikut demo bukan hanya orang Syiah. Siapa saja yang peduli Palestina bebas untuk datang.

Di London, bahkan rabi Yahudi ortodoks (anti-Zionis) ikut turun ke jalan. [2] Cinta dan kemanusiaan akan melintasi batas negara, ras, dan agama. Venezuela, negara dengan mayoritas Katolik, selain rajin menggelar demo Al Quds, juga sejak tahun 2009 memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel.

Menarik untuk diketahui: di Indonesia, kelompok yang berteriak agar masyarakat jangan ikut demo Al Quds adalah kelompok yang sama yang memprovokasi jihad Suriah, dan mereka juga yang berperan dalam kegaduhan politik di Indonesia (dengan tagline: dijajah China, komunis, thogut, curang, zalim, dll). [lihat ada nama Jend. K di sini, 3]

Dan lebih menarik lagi, simak video ini: jubir militer Israel sedang berkhutbah dengan bahasa Arab yang fasih, mengutip hadis Rasulullah. Intinya: kalian ga usah ikut demo Al Quds, karena yang mengadakan demo itu adalah orang Iran, Iran itu Syiah, kalau kalian ikut demo itu, artinya kalian ‘menyerupai suatu kaum’. Lho kok para simpatisan “jihad” itu manut sama “ustadz” Israel ya? [4]

Mudah-mudahan bisa ditangkap benang merahnya ya:

  1. Suriah dihancurkan oleh AS dan Israel dengan menggunakan tangan “jihadis”. Banyak bukti valid bahwa AS dan Israel mengirim dana dan senjata kepada para “jihadis”. Tentu yang dapat uang adalah elitnya, para petempurnya dipersilahkan mati dengan bom bunuh diri.
  2. Di Indonesia, kita tahu lembaga dan ustadz mana yang menggalang donasi untuk Suriah. Perhatikan laporan keuangan mereka, lihat persentase fantastis yang diklaim sebagai ’jatah amil’. Beberapa di antara mereka ikut campur juga dalam dalam kerusuhan Mei.
  3. “Jihadis” (dan para simpatisannya) membuat onar di negara-negara Muslim, termasuk Indonesia, baik lewat bom bunuh diri atau lewat kegaduhan politik. Mengapa? Karena mereka sejatinya berasal dari jejaring transnasional (IM, HTI, Al Qaida)
  4. Para pecundang di Indonesia merasa sedang berjihad untuk Suriah, tidak sadar sedang dimanfaatkan AS dan Israel. Untuk isu dalam negeri, merasa sedang berjihad untuk “mengusir Syiah, China, komunis”, tanpa sadar sedang dimanfaatkan orang-orang kaya raya (baik asing maupun lokal) yang ingin meraih kekuasaan dan kekayaan alam Indonesia.

Terakhir, saya ulangi nasehat saya selama ini: orang cerdas itu paham geopolitik global dan ogah ditipu, atas nama agama sekalipun. Tetap dukung Palestina, karena ini adalah amanah UUD 1945 dan pesan Bapak Bangsa kita, Bung Karno. Tetap jaga NKRI: usut tuntas pelaku kerusuhan dan aktor intelektualnya.

—-
[1] https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=207795060195711&id=100028956549658
[2] https://www.youtube.com/watch?v=GvheqdBi7Cg
[3] https://www.kiblat.net/…/300-ulama-hadiri-muzakarah-alians…/
[4] https://www.facebook.com/179010099395168/videos/202157723747072/

*Dina Y Sulaeman, Analis Islam dan Timur Tengah

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru