27.8 C
Jakarta
Array

Debat: Merayakan Perbedaan Pendapat, Merajut Kesatuan Rakyat

Artikel Trending

Debat: Merayakan Perbedaan Pendapat, Merajut Kesatuan Rakyat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Penyair Arab terkemuka, Syauqi, pernah berujar: “perbedaan pendapat tidak boleh merusak rasa saling menyayangi.

Dewasa ini, di tingkat masyarakat, perbedaan lebih sering menjadi musabab untuk berpecah-belah, berkonflik, bahkan saling serang tanpa didasari oleh logika atau akal sehat. Mereka memandang perbedaan dengan kacamata sentimen, nyinyir dan sejenisnya.

Jika ditelisik lebih dalam, penyebab dari semua itu sangat beragam; mulai dari sikap fanatik dan tentunya memiliki afiliasi terhadap mazhab atau partai (dukungan) politik tertentu yang berlebihan (lebay), juga bisa karena minimnya pengetahuan, menjamurnya sikap irasional, emosional, hingga sikap ekslusif yang dipelihara bak hewan ternak.

Sikap negatif sebagaimana tercermin di atas, berimplikasi terhadap sikap yang cenderung tidak objektif terhadap argumen atau pendapatnya. Gambran tidak utuh tentang sesuatu, terutama lawan (rival) adalah konsekuensi dari sikap-sikap negatif tersebut. Yang demikian belum cukup, sebab yang terjadi di lapangan adalah sikap ini diperparah dengan sikap gemar membuat pernyataan-pernyataan provokatif mengenai keunggulan diri dan kelompok sendiri seraya melemahkan bahkan hingga menjatuhkan serta mencela kelompok lawan.

Itulah kondisi yang terjadi di ruang publik saat ini, terutama di media sosial yang tak ada habis dan cenderung longgar. Terlebih pada momentum pilpres dimana hanya ada dua pasangan. Kondisi ini semakin menambah rumit pergaulan di masyarakat. Betapa tidak. Masyarakat setidaknya akan secara otomatis terpolariasi menjadi dua kubu. Walhasil, perdebatan sulit dihindarkan karena antar pendukung paslon saling melempat pernyataan yang mengunggulkan kelompknya sendiri sementara pihak lawan mencela.

Kosa kata “debat” menjadi trending topik belakangan ini mengingat belum lama ini, debat pertama Capres-cawapres 2019 sudah digelar. Belum usai debat berlangsung, masyarakat, terutama netizen sudah geger di media sosial. Alih-alih untuk meyakinkan publik, justru acara debat kemarin itu dijadikan sebagai bahan bulliying terhadap paslon tertentu.

Fenomena semacam ini menunjukkan beberapa hal terkait karakteristik masyarakat Indonesia. Diantaranya adalah sikap santun sudah mulai luntur. Pun demikian sikap legowo, saling menghargai pendapat dan perbedaan sudah bukan menjadi bahan yang diunggulkan di negeri yang plural ini. Masyarakat Indonesia terpaku pada konflik antar kelompok. Akibatnya, agenda dan cita-cita bersama kabur; tidak menjadi sesuatu yang penting untuk dibahas dan diperjuangkan lagi. Yang ada hanya kepentingan pribadi atau kelompok.

Penting untuk dikemukakan dalam ruang yang luas ini tentang menyikapi perbedaan dan menjaga persatuan. Maka, masyarakat Indonesia harus benar-benar menghayati dan paham betul apa perbedaan (ikhtifah) dengan perpecahan (iftiraq).

Abu al-Baqa al-Kafawi dalam Kulliyyat, sebagaimana dikutip Umar Shihab menyebut beberapa macam perbedaan antara perbedaan dengan perpecahan. Pertama, ikhtilaf jalannya berbeda tapi tujuannya sama (satu). Dalam perpecahan, keduanya berbeda. Kedua, perbedaan berdasarkan pada dalil yang kuat, sementara perpecahan tak bersandar pada dalil, hanya bafsu dan emosi belaka. Ketiga, perbedaan terjadi karena rahmat, perpecahan karena bid’ah.

Dari sini dapat dipahami bahwa debat masuk dalam ranah perbedaan (pendapat). Maka dari itu, debat jangan dijadikan penyebab perpecahan, namun jadikanlah alasan yang kuat untuk saling mengenal, berdiskusi satu sama lain sehingga terbentuk benang-benang persatuan yang menjadi kekuatan.

Dan yang perlu dicamkam lagi adalah, bahwa dalam perdebatan, masih terbuka lebar kemungkinan untuk bersatu, setuju, dan sependapat. Inilah yang sebenarnya dipertontonkan pada setiap kali debat, baik di tingkat pusat maupun daerah.

Semoga pada momentum debat berikutnya tidak menjadikan polarisasi masyarakat semakin menga-nga. Tapi semakin mempererat persatuan. Petiklah nilai positif dalam setiap perdebatan, lalu viralkan. Bukan memotong yang negatif lalu diviralkan. Karena sikap positif inilah, debat akan menjadi seusuatu yang menggembirakan, mendamaikan, merayakan perbedaan, dan dapat merajut persatuan masyarakat.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru