33.2 C
Jakarta

Dakwah Bil-Hal Kaum Milenial: Meneguhkan Nilai Pancasila

Artikel Trending

KhazanahOpiniDakwah Bil-Hal Kaum Milenial: Meneguhkan Nilai Pancasila
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Kaum milenial memiliki peran penting dalam meneguhkan ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sasarannya adalah masyarakat luas atau dari kalangan sesama milenial. Upaya tersebut bisa dilakukan melalui metode dakwah bil hal dengan turut mengintegrasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Pancasila di dalamnya.

Laporan survei terbaru SETARA Institute bersama dengan Internasional NGO Faorum on Indonesian Development (INFID) bertajuk Toleransi Siswa Menengah Atas (SMA) salah satu hasil temuanya menunjukan sebanyak 83,3% presepsi responden menyatakan bahwa Pancasila bukanlah ideologi yang permanen sehingga bisa digantikan.

Hasil survei tersebut juga turut memaparkan terdapat lima faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan karakter para siswa mengenai sikap toleran atau intoleran yaitu: wawasan kebangsaan, pengaruh media sosial, sikap keagamaan, aktivitas keseharian dan kondisi ekonomi.

Data hasil survei tersebut perlu mendapatkan perhatian serta menjadi refleksi bersama. Semua elemen bangsa perlu memiliki kesadaran dan tanggung jawab yang sama. Bukan hanya dari pihak otoritas penyelenggara pendidikan saja yang berkewajiban meneguhkan kembali karakter para siswa agar Pancasilais. Namun peran aktif para kaum milenial melalui gerakan dakwah bil hal juga diharapkan.

Model dakwah ini dilakukan dengan tindakan nyata melalui perbuatan yang dilakukan oleh si pendakwah kepada si penerima dakwah. Kaum milenial merupakan generasi yang akrab dengan kreativitas dan keluwesan dalam mengelola dakwah, sehingga menjadikan lebih mudah diterima oleh masyarakat luas.

Dari kelima faktor pembentuk karakter siswa di atas, bisa dijadikan sasaran pengembangan dakwah bil hal. Dimulai dengan mengintegrasikan dakwah dengan menumbuhkan wawasan kebangsaan yang dikemas secara kreatif melalui media digital.

Kreativitas dalam berdakwah telah diajarkan oleh para ulama Nusantara sejak era walisongo dengan mengunakan berbagai media dakwah. Sunan Kalijaga misalnya menggunakan media wayang, sementara Sunan Bonang menggunakan media gamelan. Kedua media tersebut sudah digunakan dan dikenal luas di tengah masyarakat. Sehingga masyarakat lebih mudah menerima dan memahami ajaran yang disampaikan.

Para mileninal yang identik dengan era digital juga bisa mengotimalkan berbagai perangkat media teknologi yang bisa digunakan untuk menginternalisasikan nilai keagamaan sekaligus mengintegrasikannya dengan wawasan kebangsaan. Tujuanya agar jemaah memiliki pemahaman yang berimbang; moderat.

BACA JUGA  Radikalisme di Kalangan Mahasiswa, Seberapa Bahaya?

Pada saat yang bersamaan sebagian besar generasi milenial dalam memilih dan menentukan tindakanya tidak bisa dilepaskan dari pengaruh intensitas penggunaan sosial media. Oleh karena itu, sasaran dakwah bil hal juga bisa turut terlibat secara aktif kedalam berbagai jejaring sosial.

Keterlibatan secara aktif melalui berbagai platform media sosial, seperti Facebook, TouTube, Instagram dan media sosial lainnya merupakan perangkat yang strategis membangun nilai – nilai moderasi. Sehingga diharapan akan turut memengaruhi terhadap sikap keagamaan.

Apabila hal ini bisa dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan, maka aktivitas keseharian para remaja yang tidak bisa dipisahkan dengan media digital secara tidak langsung akan terinternalisasikan dengan pesan dakwah yang dibawakan. Baik berupa pesan keagamaan maupun nilai kebangsaan.

Bagian terakhir yang tidak kalah pentingnya turut mempengaruhi karakter sikap adalah seputar perekonomian. Dalam melakukan dakwah bil hal juga bisa memberikan ruang dalam mengembangkan sisi ekonomi. Upaya itu bisa dikembangkan melalui ketrampilan yang telah dimiliki oleh si pendakwah maupun dilakukan dengan bermitra atau berkerjasama dengan pihak-pihak yang lainnya.

Di sinilah pentingnya berdakwah secara berjemaah atau berjejaring, sehingga bisa saling bekerjasama. Melihat begitu pentinya peran dari kaum milenial dalam mendakwahkan nilai-nilai keagamaan dan kebangsaan kepada masyarakat luas maupun di kalangan sesama milenial, maka perlu mendapatkan dukungan dari semua kalangan.

Usaha bersama yang telah dilakukan oleh berbagai pihak selama beberapa tahun ini telah menunjukan hasil yang positif. Masih berdasarkan laporan survei dari lembaga yang sama, data mengenai sikap toleransi di kalangan remaja telah mengalami peningkatan dari 61, 6% di tahun 2016-2017 menjadi 70,2% pada tahun ini.

Artinya setiap upaya yang dilakukan tidak ada yang sia-sia justru bisa memberikan dampak yang semakin membaik. Dengan kontribusi nyata para kaum milenial melalui dakwah bil hal untuk mensyiarkan nilai keagamaan dan kebangsaan, diharapkan akan berdampak positif termasuk dalam meneguhkan nilai-nilai Pancasila di kehidupan berbangsa dan bernegara.

Nor Kholis
Nor Kholis
Peminat Kajian Keislaman dan Kebudayaan

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru