34 C
Jakarta

Dahsyatnya Pahala Ibadah Malam Hari Raya

Artikel Trending

Asas-asas IslamIbadahDahsyatnya Pahala Ibadah Malam Hari Raya
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Setiap agama ada hari rayanya termasuk Islam, meskipun kita mengenal hanya ada dua hari raya dalam Islam yakni Idul Fitri dan Idul Adha, namun sebenarnya masih banyak hari raya secara esensial selain Yaumil ‘Aidaini (Idul fitri dan Idul Adha) tersebut, diantaranya hari tanpa ada dosa juga termasuk hari raya. Keberadaan hari raya juga dikenal dengan lebaran mempunyai banyak kemulian dan  keistimewaannya, bahkan menghidupkan malam hari raya termasuk ibadah yang bernilai tinggi.

Para ulama dalam banyak literatur kitab klasik telah mengupas kelebihan menghidupkan malam hari raya. Diantara kelebihan malam hari raya maqbulnya doa. Ini sebagaimana dalam riwayat yang menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz mengirim surat kepada pegawai beliau di Bashrah, Beliau mengirim surat kepada pegawai beliau di Bashrah.

عليك بأربع ليال من السنة فإن الله يفرغ فيهن الرحمة إفراغا أول ليلة من رجب وليلة النصف من شعبان وليلة الفطر وليلة الأضحى.

Artinya: “Lazimkanlah empat malam dalam setahun karena sesungguhnya Allah memenuhi padanya dengan rahmat Nya, yaitu awal malam dari Rajab, malam nishfu Sya’ban, malam ‘idul-fithri, malam ‘idul-adha”.( Syaikhul Islam Ibnu Hajar al-Haitami, Kitab Ittihaf Ahl al-Islam bi Khushushiyat ash-Shiyam, h. 376).

Kelebihan lainnya, pada malam hari Raya Allah akan menghidupkan hati mereka dimana banyak hati yang telah mati. artinya dimana manusia mencintai dunia dan enggan melakukan amalan akhirat karena mati hatinya, Allah menghidupkan hati orang-orang yang menghidupkan malam hari Raya, Allah memberikan kemudahan dalam beribadah, beramal akhirat bagi mereka-meraka yang menghidupkan malam hari Raya hal ini sebagaimana sabda Rasullah SAW.

وعن أمامة رضي الله تعالى عنه قال : مَنْ أَحْيا لَيْلَتي العِيدِ أَحْيا الله قَلْبهُ يَوْمَ تَمُوتُ القُلُوبُ.

Artinya: Barangsiapa menghidupkan malam hari Raya maka Allah akan mengidupkan hatinya pada hari dimana banyak hati yang telah mati. (HR. Imam Tabrani). Dalam redaksi hadist nabi yang lain, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَتَىِ الْعِيدَيْنِ لِلهِ مُحْتَسِبًا لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ. (رواه الشافعي وابن ماجه)

Artinya, “Siapa saja yang qiyamul lail pada dua malam Id (Idul Fitri dan Idul Adha) karena Allah demi mengharap ridha-Nya, maka hatinya tidak akan mati pada hari di mana hati manusia menjadi mati,” (HR As-Syafi’i dan Ibn Majah).

Menyemarakkan Malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha

Sebagian ulama menyebutkan, dilihat dari sisi riwayat, hadits keutamaan menghidupkan malam hari raya ini memang dhaif, namun demikian menurut para ulama  hadits tersebut masih termasuk dalam kategori dapat diamalkan karena berkaitan dengan keutamaan ibadah. (Imam An-Nawawi, Al-Adzkar,, h.145). Penjelasan dari murad (maksud) ‘hati tidak akan mati’ dalam hadits ini di atas adalah hati tidak akan  mengalami kebingungan di saat banyak orang mengalaminya, yaitu pada saat sakaratul maut, saat ditanya oleh dua malaikat (di alam barzakh), dan ketika hari kiamat. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh zsalah seorang ulama mazhab Maliki asal Mesir, Syekh Ahmad As-Shawi (wafat 1825 M/1241 H), ia berkata:

وَمَعْنَى عَدَمِ مَوْتِ قَلْبِهِ عَدَمُ تَحَيُّرِهِ عِنْدَ النَّزَعِ وَعِنْدَ سُؤَالِ الْمَلَكَيْنِ وَفِي الْقِيَامَةِ. بَلْ يَكُونُ مُطْمَئِنًّا ثَابِتًا فِي تِلْكَ الْمَوَاضِعِ.

BACA JUGA  Lima Persiapan Menyambut Bulan Ramadhan

Artinya, “Makna ‘tidak mati hati orang yang menghidupkan malam hari raya’ adalah tidak bingung hatinya ketika naza’ (sakaratul maut), ketika ditanya oleh dua malaikat (di alam barzakh), dan di hari kiamat. Bahkan hatinya tenang penuh keteguhan pada momen-momen tersebut,” (Lihat Ahmad As-Shawi, Bulghatus Salik li Arqabil Masalik, [Beirut: Darul Kutub Al-‘Ilmiyyah, 1995 M/1415 H], juz I, halaman 345-346).

Selain ini, kesempatan emas malam hari raya, kita juga dianjurkan untuk memperbanyak takbir dan tahlil, taqdis dan tahmid. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh  Syaikh Al Fasyni dalam Tuhfatul Ikhwan dalam hadits Rasulullah, Nabi bersabda :

زيّنوا العيدين بالتهليل والتقديس، والتحميد والتكبير

“Hiasilah dua hari rayamu dengan tahlil, taqdis (menyucikan Allah), tahmid dan takbir” (H.R. ad-Dailami). Dalam hadist yang lain, Nabi juga bersabda :” Barangsiapa yang membaca:Subhaanallah wabihamdihi 300 kali dan dia menghadiahkan untuk muslimin yg sudah wafat, maka seribu cahaya akan masuk di setiap kuburan, dan Allah akan memasukkan seribu cahaya ke kuburnya jika dia meninggal”. Bukan hanya itu, jenis wirid khusus sebagaiamana yang diajarkan Rasulullah, hendaknya kita tidak lupa untuk melakukannya. Mengenai hal ini, Imam Zuhri berkata, Anas berkata bahwa Nabi berkata bahwa siapa yang mengucapkan pada malam dua hari raya :

لا إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد يُحيي ويُميت، وهو حيّ لا يموت، بيده الخير وهو على كل شيء قدير

Laa ilaha ilallahu wahdahu laa syarikala lahul mulku walahul hamdu yuhyi wayumitu biyadihil khairi wahuwa ‘ala kulli syai’in qadiir. (400 kali)

Apabila diucapkan sebelum shalat hari raya, maka akan Allah nikahkan ia dengan 400 bidadari dan seolah-olah ia telah memerdekankan 400 budak, dan Allah akan memerintahkan kepada para malaikat untuk membangun kota baginya dan ditanamkan berbagai pepohonan hingga hari kiamat. Imam az-Zuhri berkata, saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengarnya dari Imam Anas, berliau berkata, saya tidak pernah meninggalkannya setelah mendengarnya dari Rasulullah. (Imam Abdul Hamid Ibn Muhammad Ali Ibn Abdul Qadir, Kanzun Najah Was-Surur, hal. 269).

Juga kita dianjurkan untuk berIstighfar, zikir istighfar ini minimal “astaghfirullah ‘adhim” sebanyak seratus kali. Kelebihan zikir ini sebagaimana di jelaskan juga dalam Kitab “Kanzun Najah Was-Surur” karangan Imam Abdul Hamid Ibn Muhammad Ali, dalam hal ini Imam al-Wanai mengatakan bahwa siapa saja yang beristighfar setelah shalat subuh 100 kali maka tidak akan tersisa dosa dalam buku catatannya. (Imam Abdul Hamid Ibn Muhammad Ali Ibn Abdul Qadir, Kanzun Najah Was-Surur, hal. 269).

Berdasarkan dari paparan diatas, meskipun negeri ini masih di landa Covid-19, namun mari kita menghidupkan malam hari raya dengan ibadah dan amal postifbaik  dengan shalat, berdzikir, istigfar dan membaca Al-Quran khususnya bertakbir dan lainnya. Terlebih malam hari raya merupakan malam bergembira, banyak sekali hamba-hamba yang lalai pada saat itu maka sungguh sangat mulia yang bisa mengingat Allah di saat hamba-hamba pada lalai. Sekali lagi jangan sia-siakan kesempatan terbaik ini mengumpulkan pundi-pundi untuk tabungan hari esok yang lebih baik.

 

 

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi, M.Pd.
Tgk. Helmi Abu Bakar El-Lamkawi, M.Pd.
Dosen IAI Al-Aziziyah Samalanga, Aceh.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru